01.HADITS AL-SYAFI’IY TENTANG NASIHAT
KAJIAN HADITS
RIWAYAT
IMAM SYAFI’IY
tentang
NASIHAT
A. Teks Hadits dan Terjemah
أخبرنا سُفْيَانُ ابن عيينة عَنْ سُهَيْلٍ بن أبي صَالح عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ الليثي عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَال قَال رسولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِنَبِيّهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ – رواه الشافعي في مسنده[1]
“Sufyan ibn Uyaynah telah mengabarkan pada kami, dari Suhail bin Abi Shalih dari Atha bin Yaziz al-Laytsi, dari Tamim al-Dari. Berkata Rasulullah saw: Agama itu nasihat bagi Allah dan untuk kitab-Nya dan karena nabi-Nya dan karena para pemimpin muslimin dan bagi masyarakat muslim.” H.r Syafi’iy.
B. Sanad dan Rawi
1. Sanad Hadits
1. أخبرنا سُفْيَانُ ابن عيينة
Sufyan ibn Uyaynah telah mengabarkan pada kami. Artinya al-Syafi’iy memperoleh kabar tentang hadits ini dari Sufyan bin Uyayniah. Dia adalah Sufyan bin Uyaynah ibn Abi Imran Maimun, Abu Muhammad al-Hilali al-Kufi, setingkat الوسُطَى من الأتْبَاع lahir tahun 107 H wafat tahun 198H.
2. عَنْ سُهَيْلٍ بن أبي صَالح
Dari Suhail bin Abi Shalih. Artinya Sufyan menerima hadits ini dari Suhail. Suhail bin Abi Shalih Dakwan dikenal dengan nama Abu Yazid al-Samani, لَم تلق الصَّحابة, wafat di Madinah tahun 138H. Ayahnya Abu Shalih bernama Dakwan, setingkat الوسْطَى من التَّبِعِين, wafat di Madinah tahun 101H.
3. عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ الليثي
Dari Atha bin Yaziz al-Laytsi. Atha bin Yaziz al-Laytsi adalah Abu Muhammad al-Laytsi al-Jundu’iy, الوسْطَى مِن التَّابِعِيْن, wafat di Madinah tahun 107 H.
4. عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ
Dari Tamim al-Dari. Tamim al-Dari ialah Abu Ruqayah bin Aws bin Kharijah, Shahabat, tinggal di Madinah wafat di Syam tahun 40H. Dialah yang menerima hadits ini dari Rasul SAW.
2. Sekilas Imam Syafi’iy
Imam Abu Abd Allah Muhammad bin Idris al-Syafi’iy, mempunyai nasab yang bertemu dengan Rasul yaitu dengan datuk beliau yang bernama Abd Manaf. Beliau lahir di Ghazzah, Palestin(150H) dan wafat di Mesir (204H). Beliau menimba ilmu di Mekkah sampai berumur 15 tahun dan diberikan izin berfatwa, kemudian beliau pindah ke Madinah berguru kepada Imam Malik. Setelah Imam Malik wafat, beliau mengembara ke Yaman untuk berguru pada Yahya bin Hassan Murid Imam al-Auza’i. Beliau ditangkap pada tahun 184 H. karena didakwa menentang pemerintahan Abbasiyah dan dibawa ke Baghdad, di sinilah beliau bertemu dengan Imam Muhammad al-Syaibani dari Mazhab Hanafi. Beliau terus mengembara untuk belajar dan mengembangkan ilmunya sampai akhirnya beliau mukim di Mesir pada tahun199 dan meninggal tahun 204 H.
Oleh karena Imam Syafi’iy banyak mengembara dalam menuntut ilmu maka madzhabnya juga merupakan kombinasi dari beberapa madrasah atau pemikiran dan kecenderungan. Beliau mengambil sikap tengah antara madrasah ahl al-Hadits (yang menolak ijtihad-qiyas) dan madrasah ahlul Ra’yi (yang menolak hadits ahad). Beliau tidak menolak hadits Ahad yang shahih dan menolak hadits Mursal yang bukan oleh Kibar Tabi’in. Beliau menggunakan metode qiyas dalam ijtihadnya, berarti mendukung ahlul Hadits dalam masa yang sama juga mendukung ahlul Ra’yi.
Imam Syafi’iy menulis buku tentang Usul fiqh, al-Risalah sebagai kitab pertama yang membincangkan tentang ilmu itu, dan kitab kedua adalah kitab al-Umm yang khusus membicarakan tentang mazhabnya dalam fiqih. Adapun kitab hadits yang dijadikan sumber dalam kajian ini adalah Musnad al-Syafi’iy. Kitab tersebut merupakan kumpulan hadits yang diambil dari berbagai kitab susunan al-Syafi’iy, seperti al-Risalah, al-Umm, Ibthal al-Istihsan, Ihtilaf Ahkam al-Qur`an, sair al-Waqidi, Jami al-Ulum, Ikhtilaf Ali wa Abd Allah. Hadits-hadits yang tersebar dalam berbagai kitab tersebut disusun secara sistematis dan tematis oleh Muhammad Abid al-Sindi (w.1257H) dengan nama:
تَرتِيْب مسند الإمام الْمعظم الْمجْتَهد الْمقدم أبِي عَبْد الله مُحَمَّد إدريْس الشَّفِعِي
Kemudian diedit berikutnya oleh Muhammad Rahidin al-Hasan al-Kautsari, dan ditashhih oleh Yusuf al-Zawawi al-Husni (ulama al-Azhar Mesir) dan Izzah al-Athar al-Husaini, yang diterbitkan kembali pada tahun 1990 M. Kitab tersebut menghimpun 1721 hadits terdiri atas dua jilid. Jilid pertama memuat 1012 (seribu dua belas) hadits dan jilid kedua memuat 709 (tujuh ratus sembilan) hadits.
C. Perbandingan Matan Hadits
Hadits ini diriwayatkan pula oleh rawi yang lainnya dengan matan yang dapat dilihat pada tabel berikut.
MUKHRIJ |
KITAB |
REDAKSI HADITS |
Al-Syafi’iy (150-204H) |
Musnad al-Syafi’iy, I h.12 |
الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِنَبِيّهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ |
AHMAD (164-241) |
Musnad Ahmad, I h.351 |
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ |
Al-DARIMI (181-255) |
Sunan al-Darimi, II h.402 |
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قَالَ قُلْنَا لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ |
MUSLIM (206-261) |
Shahih Muslim, I h.74 |
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ |
ABU DAWUD (202-275) |
Sunan Abi Dawud, IV h.286 |
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الدِّينَ النَّصِيحَةُ إِنَّ الدِّينَ النَّصِيحَةُ إِنَّ الدِّينَ النَّصِيحَةُ قَالُوا لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِلَّهِ وَكِتَابِهِ وَرَسُولِهِ وَأَئِمَّةِ الْمُؤْمِنِينَ وَعَامَّتِهِمْ أَوْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ |
AL-TURMUDZI (209-279 |
Sunan al-Turmudzi, IV h.324 |
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ |
AL-NASA`IY (215-303) |
Sunan al-Nasa`iy, IV h.432 / IV h.433 |
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الدِّينُ النَّصِيحَةُ قَالُوا لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ |
Memerhatikan perbandingan matan di atas, ternyata hadits ini bukan hanya diterima dari satu shahabat, yang bernama Tamim al-Dari, tapi juga ada dari Abu Hurairah dan Ibn Umar.
D. Syarah Hadits
الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِنَبِيّهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
1. الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ ُ
Agama itu nasihat. Kalimat ini disabdakan Rasul SAW secara berulang hingga tiga kali. Ini menunjukkan betapa pentingnya untuk diperhatikan. Dalam riwayat lain, pengulangan kalimat ini akhirnya mengundang pertanyaan shahabat.
النَّصِيْحة إرَادة الْخَيْرَة لِلْمَنْصُوح لَهُ
Nasihat ialah mendorong yang dinasihati supaya menjadi baik.[2]
Menurut bahasa perkataan النَّصِيْحة berasal dari kata نَصَح – يَنْصَحُ – نُصْحَة – نَصَاحَة yang berarti murni, tulus, bersih.[3] Oleh karena itu madu murni juga disebut نَصَحَتِ العَسل . [4]
Dengan demikian kalimat ini bisa bermakna bahwa pokok keagamaan adalah perbaikan atau pemurnian, bisa juga bermakna keikhlasan. Kalimat semacam ini menunjukkan betapa pentingnya nashihat dalam kehidupan beragama. Menurut al-Mubarakfuri (1283-1353H), kalimat ini bermakna bahwa nashihat itu merupakan tiang agama yang berdiri tegak dengannya.[5]
2. لِلَّهِ
Bagi Allah. Dalam riwayat Ahmad, kalimat ini merupakan jawaban atas pertanyaan shahabat yang mengatakan:
يَا رَسُول الله لِمَن
Untuk siapa nasihat itu wahai rasul![6] Al-Sindi (1230H) menandaskan:
النَّصِيْحَة ِلله صِحَّة الإعْتِقَاد بِوَحْدَانِيتِه وَالإخْلاَص فِيْ عِبَادَتِه
“Nasihat karena Allah adalah benarnya keyakinan akan ke-esaan Allah, murni dan ikhlas dalam ibadah kepada-Nya.[7]
3. وَلِكِتَابِهِDan untuk kitab-Nya
النَّصِيْحَة لِكِتَابِه التَّصْدِيْقُ بِه وَالعَمَل بِمَا فِيْه
Nasihat untuk kitab bermakna mengimaninya dan mengamalkan segala aturan yang ada padanya. Kemurnian menjalankan kitab Allah adalah menjadikannya sebagai dasar hukum dalam segala aspek kehidupan, baik pribadi, keluarga, masyarakat maupun kenegaraan. Dengan demikian nasihat karena kitab, di samping mengamalkan isinya, juga menegakkan keberlakukannya serta menyebarluaskannya ke berbagai lapisan masyarakat. Tanggung jawab muslim terhadap al-Qur`an dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Tanggung Jawab Muslim terhadap al-Qur`an
NASH |
TERJEMAH |
TANGGUNG JAWAB |
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ |
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Qs. 4:136 |
Mengimani-nya serta meningkatakan keimanan padanya |
وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا |
Bacalah al-Qur`an secara tartil Qs.73:4 |
Membacanya secara tartil |
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ |
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Qs.12:2 |
Menganalisis dan memahami isinya serta menafakurinya |
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ |
Tidak ada suatu kelompok berkumpul di salah satu rumah Allah, lalu membaca kitab Allah, dan mempelajarinya secara mendalam di antara mereka, kecuali Allah SWT akan menurunkan bagi mereka ketentraman dan rahmat yang melimpah. Hr. Muslim, Shahih Muslim, IV h.2074 |
Membacanya, mengkaji secara mendalam, mendiskusikan isiya |
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآن وَعَلَّمَهُ |
Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya . Hadits Bukhari, IV h.1919 |
Mempelajari secara mendalam dan mengajarkan-nya |
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا |
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat, dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs.4:105-106 |
Menghayati isinya dan menjadikan sumber hukum dalam mengadili manusia |
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا |
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Qs.4:60 |
Melaksanakan dan Menegakkan hukumnya. Menolak ajaran yang bertentangan dengannya. |
Dalam ayat-ayat di atas tersirat bahwa al-Qur`an itu mesti (1) diimani, (2) dibaca, (3) dikaji isinya, (4) difikirkan, (5) didiskusikan, (6) diamalkan, (7) diajarkan, (8) ditegakkan hukumnya, dan (9) dijadikan dasar hukum dalam mengadili manusia.
4. وَلِنَبِيّهِdan karena nabi-Nya
النَّصِيْحَة لِنَبِيِّهِ التَّصْدِيْق بِنُبُوَّتِهِ وَرِسَالَتِهِ والإِنْقِيَاد ِلأَمْرِهِ وَنَهْيِهِ
Nasihat karena nabi-Nya ialah membenarkan kenabian dan kerasulannya, serta patuh atas perintahnya dan menjauhi segala yang dilarangnya.
Adapun tanggung jawab muslim terhadap Rasul, sama dengan tanggung jawab terhadap sunnah, sebagaimana telah diuraikan pada buku ilmu hadits. Tanggung jawab muslim terhadap Rasul berdasar al-Qur`an dan al-Sunnah, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Tanggung Jawab Muslim terhadap Rasul
NASH |
TERJEMAH |
TANGGUNG JAWAB |
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا |
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Qs.33:21 |
Menjadikan rasul sebagai teladan utama |
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا |
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. Qs.33:36 |
Menerima segala keputusan Rasul, dan tidak memilih ketentuan yang tidak sesuai dengannya |
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ |
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, Qs.49:7 |
1.Meyakini bahwa keberlakukan sunnah rasul itu abadi, walau fisik beliau telah tiada 2. Segala keinginan dan mesti disesuaikan dengan ketetapan Rasul SAW |
وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا |
Apa yang dibawakan Rasul padamu ambilah, dan apa yang dilarang olehnya tinggalkanlah. Qs.59:7 |
Menerima ketetapan Rasul apa adanya
|
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا |
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. Qs.4:65 |
1.Bertahakum pada rasul. 2. Merasa puas atas apa yang ditetapkan Rasul 3. Segala perselisihan diselesaikan berdasar ajaran Rasul |
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا |
Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. Qs.4:80 |
Menaati Rasul, jangan berpaling dari ketentuannya |
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ |
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Qs.8:27 |
Tidak mengkhianati amanat Rasul |
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا |
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).. Qs.24:63 |
Jangan menyamakan Rasul dengan manusia lain |
وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ |
Barangsiapa yang menghidupan sunnahku berarti mencintaiku. Barangsiapa mencintaiku, akan bersamaku di surga. Hr. al-Turmudzi, no.2601 |
Mencintai Rasul dengan menghidupan sunnahnya |
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي |
Barangsiapa yang tudak mencintai sunnahku bukan golonganku. Hr. al-Bukhari, no.4675 |
Tidak membenci kebiasaan Rasul |
فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي |
Barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku, bukan golonganku. Hr. Ibn Majah, no.1836 |
Mengamalkan sunnah Rasul |
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ |
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs.3:31 |
Mengikuti jejak langkah Rasul |
5. وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ
Dan karena para pemimpin muslimin
النَّصِيْحَة للأئِمَّة إطَاعَتُهُم فِي الحق
Nasihat karena pemimpin muslimin ialah menaatinya dalam kebenaran.
Tanggung jawab muslim terhadap pemimpinnya antara lain tersirat pada ayat dan hadits berikut.
Tabel. Tanggung Jawab Muslim terhadap Pemimpin
NASH |
TERJEMAH |
TANGGUNG JAWAB |
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا |
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Qs.4:59 |
1. Taat pada pemimpin yang beriman 2. Jika berbeda paham dengan pemimpin, mesti dikembalikan pada al-Qur`an dan al-Sunnah 3. Menyeleksi peraturan pemerintah |
لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ |
Tidak taat dalam ma’shiat pada Allah. Kewajiban taat hanya dalam perintah ma’ruf. Shahih Muslim, III h.1469 |
Hanya menaati perintah yang ma’ruf |
إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الْجِهَادِ كَلِمَةَ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ |
Di antara jihad yang besar adalah menyampaikan kalimat keadilan di hadapan pemimpin yang tidak adil. Sunan al-Turmudzi, no.2100 |
Menunjukkan yang benar, jika melihat pemimpin yang salah |
َ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حَقٌّ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِالْمَعْصِيَةِ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ |
Memperhatikan dan menaati perintah merupakan kewajiban selama bukan hal ma’shiat. Jika diperintah untuk ma’shiat maka tidak ada kewajiban taat. Shahih al-Bukhari, 2735 |
1. Menaati perintah yang baik 2. Menolak perintah maksiat |
6. وَعَامَّتِهِمْ
Dan bagi masyarakat umum, yaitu:
إرشَادُهُم إِلَى مَصَالِحِهِم Membimbing mereka ke jalan yang menyelamatkan dunia dan akhirat. Langkahnya antara lain tersirat pada firman Allah SWT berikut:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Qs.3:104
Berdasar ayat ini, nasihat untuk kepentingan umat dilakukan dengan menempuh jalan: (1) mengajak al-Khayr, (2) amar ma’ruf, (3) Nahy munkar.[8]
E. Beberapa Ibrah
Pokok keagamaan adalah nasihat. Setiap muslim tidak boleh melepaskan diri untuk mengamban tugas nashihat tersebut. Nasihat itu terdiri atas (1) nama Allah (2) rasul-Nya, (3) Kitab Allah, (4) pemimpin Muslimin, (5) masyarakat umum. Karena agama itu nasihat, maka setiap muslim tidak cukup melaksanakan syari’ah, tapi juga bertanggung jawab dalam menegakkannya dan menyebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat.
[1] Muhammad Idris al-Syafi’iy (150-204H), Musnad al-Syafi’iy, I h.12
[2] Tartib Musnad al-Syafi’iy, I h.12
[3] Kamus al-Munawir, h.1522
[4] ibn hajar al-Asqalani, Fath al-bari, I h.138
[5] Tuhfat al-ahwadzi, VI h.44
[6] Musnad ahmad, II h.297
[7] Tartib Musnad al-Syafi’iy, I h.13
[8] penjelasan lebih luas tentang makna ayat ini dapat dibaca dalam buku kami, Percikan Mutiara al-Qur`an