01. PENGERTIAN, SEJARAH, HIKMAH QURBAN

- Pengertian, sejarah, dan Hikmah Qurban
- Muqaddimah
- Latar Belakang
Ibadah yang diajarkan Islam sejak manusia pertama hingga terakhir, terdiri dari ibadah yang bersifat maliyah (harta) dan ibadah yang bersifat badaniah (jiwa dan raga). Kedua bentuk ibadah itu melibatkan hati, perasaan, akal fikiran dan ucapan. Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah yang bersifat maliyah. Namun semua ibadah tidak berdiri sendiri, melainkan ada keterkaitan satu sama lain. Dalam ibadah maliyah ada sifat badaniyahnya, dan ibadah badaniah pun ada maliahnya. Kualitas ibadah yang dilakukan, dipengaruhi pula oleh kemampuan memahami makna dan hikmahnya, baik dalam arti ritual maupun sosial. Semoga bermanfaat.
- Pengertian Qurban atau Udlhiyah
Perkataan Qurban berasal dari bahasa al-Qur`an قَرَّبَا قُرْبَانًا Qs. 5: 27 yang akar kata قَرُبَ – يَقْرُب-قُرْبًا = قُربَانا yang berarti dekat, mendekat. Istilah قُربَان ini digunakan untuk nama ibadah “mendekatkan diri pada Allah dengan cara menyembelih hewan”. Sedangkan perkataan أُضْحِية diambil dari ضُحَى yang menunjukkan waktu setelah matahari memancarkan sinarnya di waktu pagi hingga siang menjelang zhuhur. Istilah أُضْحِية digunakan untuk nama ibadah penyembelihan hewan di waktu pagi atau di hari raya pagi hari untuk beribadah pada Allah SWT. Oleh karena itu istilah قُربَان dan أُضْحِيةbiasa digunakan untuk nama ibadah berupa pendekatan diri pada Allah dengan menyembelih hewan.
- Kilasan Sejarah Qurban
Ibadah qurban atau أُضْحِية udlihiyah, telah disyari’atkan Allah sejak Nabi Adam a.s.
- Putra Nabi Adam a.s telah mendapat perintah berqurban. Peristiwa tersebut diabadikan dalam al-Qur’an:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ اْلآخَرِ قَالَ َلأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa“. Qs.5:27
Ayat ini mengisahkan dua putra Adam yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk berqurban. Ternyata Allah SWT tidak sembarangan menerima qurban yang dipersembahkan manusia. Ia hanya menerima qurban yang berlandaskan taqwa.
- Peristiwa qurban besar juga terjadi di jaman Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim diperintah berqurban dengan cara menyembelih anaknya yang paling dicintai. Dalam al-Qur’an surat 37 (As-Shaffat): 100-113 dikisahkan bagaimana liku-liku perjuangan qurban Nabi Ibrahim. Berawal dari adanya wahyu untuk berqurban dengan anak, yang kemudian diganti oleh Allah SWT dengan seekor gibas yang besar. Hal ini mengandung pelajaran bahwa qurban pada dasarnya merupakan ujian kepada manusia sampai dimana kesiapan menjalankan perintah Allah SWT, walau isi perintah itu bertentangan dengan hawa nafsu. Karena kesiapan Ibrahim menjalankan perintah Allah SWT maka mendapat kesejahteraan sempurna dengan firman Nya:
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ * كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ)الصافات)
(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Qs.37:109-110
Pengorbanan Nabi Ibrahim dijuluki sebagai qurban terbesar, yang patut diambil pelajaran oleh generasi penerusnya.
- Nabi Musa a.s mendapatkan wahyu agar umat berqurban dengan menyembelih sapi. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah: 67-71 dikisahkan bahwa umat Nabi Musa tidak segera menjalankan tugas qurban, yang akhirnya menyulitkan sendiri. Karena keengganan dan kerewelan Bani Israil saat itu, qurban yang mudah menjadi sulit dikerjakan, hampir saja mereka tidak dapat melakukannya. Peristiwa tersebut diabadikan :
قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَ ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ ولاَ تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لاَ شِيَةَ فِيهَا قَالُوا الآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ
Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” Mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Qs.2:71
Oleh karena itu kaum muslimin jangan mempersulit diri dalam beribadah. Jangan pula merasa enggan untuk menjalankan perintah Allah SWT.
- Rasulullah SAW terus menyerukan umatnya agar menunaikan ibadah qurban, sebagai kelanjutan syari’ah para nabi terdahulu yang kemudian disempurnakan caranya dan ditetapkan waktunya:
عن أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا
Anas Bin Malik menerangkan bahwa Rasulullah SAW berqurban dengan dua ekor gibas mulus, gemuk dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri sambil menyebut nama Allah, bertakbir dan meletakkan kakinya di belikat sembelihannya itu. Hadits Riwayat[1] Bukhari (194-256 H), Muslim (206-261 H) dan Ibn Khuzaimah (223-311 H)[2] .
Dalam riwayat lain diternagkan bahwa rasul pernah berqurban dengan seratus ekor unta sekaligus, yang disembelih sendiri sebanyak 63 dan sisanya oleh Ali bin Abi Thalib.[3]
- Hikmah Qurban
Ibadah qurban diperintahkan kepada umat, bukan hanya berfungsi ta’abudi atau ritual, tapi juga bernilai sosial. Hikmah qurban yang tersurat diuraikan dalam al-Qur’an antara lain :
- Qurban sebagai konsumsi pribadi dan orang lain.
Firman Allah SWT :
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. Qs.22:28
Berdasar ayat ini, daging hewan qurban itu dapat dimakan oleh yang berkurban dan sebagiannya disedekahkan kepada faqir miskin. Dalam ayat 36 surat al-Haj difirmankan:
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرّ.َ
Berdasar ayat, yang berhak memakan daging hewan qurban itu adalah (1) yang berkurban, (2) Al-Qani’ yaitu yang merasa berkecukupan, dan (3) al-Mu’tar yaitu yang meminta.
- Qurban sebagai Mansak dan Dzikir
Salah satu fungsi ibadah qurban adalah sebagai mansak. Mansak yang bentuk jamanya manasik ialah bentuk ibadah yang bersifat pengorbanan dengan cara menyembelih hewan sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekaligus menyebut nama-Nya tatkala menyembelih. Ibadah yang bersifat penyembelihan telah disyari’atkan Allah kepada setiap generasi. Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
Bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh . Qs.22:34
Ada beberapa fungsi ibadah qurban yang patut direalisasikan oleh orang mu’min berdasar ayat ini antara lain: (1) mengagungkan Allah, (2) mentauhidkan Allah dan menjauhi syirik, (3) berserah diri kepada Allah dan tidak berserah kepada selain-Nya, (4) tunduk dan patuh atas segala aturan dan perintah Allah SWT.
- Qurban sebagai syi’ar Islam, Dzikir, Sosial, Penaklukan hewan, penyaluran tabi’at insani menumpahkan darah.
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi`ar Allah, agar kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. Qs.22:36
Sasaran qurban yang harus dicapai menurut ayat ini adalah (1) mensyi’arkan Agama Allah, (2) meningkatkan kebaikan berupa ibadah sosial dan menyantuni sesama manusia, (3) menaklukan makhluq lain, terutama hewan yang berfungsi pula menaklukan sifat kebinatangan, dan (4) mensyukuri ni’mat.
- Qurban sebagai usaha meningkatkan taqwa, dan mengagungkan Allah serta mendekatkan diri pada -Nya.
لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا ولاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. Qs.22:37
Ayat ini menjelaskan bahwa penyembelihan qurban bukan berarti mempersembahkan daging hewan atau darahnya kepada Allah, karena tidak akan sampai kepada-Nya. Persembahan mu’min dengan qurban adalah persembahan taqwa. Oleh karena itu, keliru orang yang beranggapan bahwa daging qurban itu dianggap sama dengan sesajen yang dilakukan kaum musyrikin. Daging qurban adalah konsumsi yang boleh dimakan oleh kaum muslimin. Yang dipersembahkan kepada Allah, adalah ketaqwaan atau bukti ketaatan dan siap berkorban demi taqarrub kepada-Nya.
- Mengikuti millah Ibrahim
Telah dijelaskan di atas bahwa ibadah qurban terbesar adalah qurbannya Nabi Ibrahim. Dia rela mengorbankan putra yang dicintainya demi mencintai Allah SWT. Karena kecintaannya kepada Allah, maka mendapat balasan yang sangat besar terutama diangkat sebagai imam bagi seluruh manusia. Sedangkan pengorbanan anaknya diganti dengan seekor sembelihan yang besar yang dapat dini’mati Nabi Ibrahim dan keluarganya. Kemudian pengorbanan gibas itulah menjadi millah Ibrahim yang harus diikuti oleh umat manusia sepeninggalnya. Umat Nabi Muhammad SAW juga diperintah untuk mengikuti millah Ibrahim tersebut. Allah SWT berfirman:
قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ.
Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah Millah Ibrahim yang hanif, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Qs.3:95
Ada tiga perintah yang tersurat pada ayat ini yaitu (1) mengatakan bahwa kebenaran milik Allah, dan hanya Allah-lah yang Maha benar, (2) mengikuti millah Ibrahim yang hanif ialah selalu cenderung kepada kebenaran, (3) menolak kemusyrikan seperti Nabi Ibrahim sebagai orang yang tidak musyrik.
Karena ibadah qurban merupakan millah Ibrahim, maka termasuk ibadah yang diperintahkan Allah SWT. Melaksanakan ibadah qurban berarti mengikuti millah Ibrahim.
- Meraih berbagai manfaat
Dalam ibadah qurban terkandung berbagai manfaat, baik ditinjau dari sudut ritual maupun sosial. Dengan qurban tersebut, kaum muslimin diharapkan meraih manfaat sebanyak-banyaknya. Allah SWT berfirman:
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
supaya mereka menyaksikan berbagai manfa`at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. Qs.22:28
Banyak sekali manfaat ibadah qurban antara lain :
(1) Ekonomi bidang peternakan, perdagangan dan industri.
(2) Sosial kemasyarakatan, karena dapat menjalin komunikasi antara yang kaya dan yang miskin.
(3) Kesehatan, karena merupakan peningkatan gizi hewani yang telah diakui khasiatnya.
- Penanaman jiwa tasyakkur
Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. Qs.al-Kautsar: 1-3
Tasyakur atau berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan ni’mat, cukup penting artinya dalam memelihara ketenangan lahir dan bathin. Rasulullah SAW telah memperoleh ni’mat yang banyak, terutama iman, kenabian, dan derajat tertinggi. Beliau diperintah bersyukur kepada Allah dengan shalat dan qurban.
Ibadah qurban merupakan rangkaian ibadah shalat. Menurut ahli tafsir, yang dimaksud shalat pada surat al-Kautsar adalah shalat idul-adlha yang dirangkaikan dengan penyembelihan hewan qurban.
Dengan demikian tasyakur yang sempurna harus melalui dua jalur, yaitu jalur pada Allah dengan shalat dan ibadah lainnya, serta jalur pada manusia dengan meningkatkan ibadah sosial. Shalat dan qurban merupakan salah satu contoh tasyakur dua jalur tersebut.
-=o0o=-
[1] selanjutnya ditulis Hr.
[2] Shahih Bukhari, jilid V halaman (selanjutnya ditulis h) 2113 / Shahih Muslim, III h.1556 / Shahih Ibn Khuzaimah, IV h.286
[3] Muhammad bin Isma’il al-Shan’ani, (773-852H), Subul al-Salam, IV h.95