11. Shaum bagian dari shabar (kajian hadits riwayat Ibn Majah)
Bagian Kesebelas:
Shaum bagian dari shabar
(kajian hadits riwayat Ibn Majah)
- Teks Hadits dan Tarjamahnya
عن أبي هريرة قَالَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ الصّÙÙŠÙŽØ§Ù…Ù Ù†ÙØµÙ’Ù٠الصَّبْرÙ
Diriwayatkan dari Abi Hurairah bahwa Rasul SAW bersabda: Shaum itu merupakan bagian dari shabar. Hr. Ibn Majah.[1]
Â
- Syarh Hadits
الصّÙÙŠÙŽØ§Ù…Ù Ù†ÙØµÙ’Ù٠الصَّبْر٠shaum merupakan bagian dari shabar. pengertian shaum atau shiam telah dijelaskan pada kajian sebelumnya. oleh karena itu yang dibahas di sini terfokus pada bab shabar. shaum disebut sebagai bagian dari shabar, karena pada dasarnya ibadah itu terdiri atas perbuatan dan penahanan. Melakukan segala yang diperintah, dan menahan diri untuk jauh dari yang dilarang.[2] Semua itu jelas diperlukan kesabaran. Shaum adalah menahan diri dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun psikis. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul jengkel atau kemarahan. Dalam ibadah shaum diharuskan menhan diri dari keinginan sesuatu, dan menahan diri dari kemarahan. Inilah hikmahnya shaum mendidik keshabaran dan sekaligus memerlukannya. Orang yang tidak shabar, akan sulit melaksanakan shaum. Sedanfkan shaum akan melaitih keshabaran. Hadits ini juga memberi isyarat bahwa kesempurnaan shaum sangat terkait dengan kemampuan melatih shabar.
Shabar menurut bahasa berarti menahan atau mengekang. Shaum disebut bagian dari shabar, karena menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya.[3] Ibn Abbas, menerangkan bahwa shabar mengandung arti
الصَّبْر٠عَلَى أدَاء ÙÙŽØ±Ø§ÙŽØ¦ÙØ¶ الله وَتَرْك٠الْمَعَاصÙÙŠ
(mematuhi segala yang diperintahkan Allâh dan menjauhi segala ma’shiat).[4]
Ibn jarir al-Thabari berpendapat bahwa latihan shabar terjadi pada pelaksanaan ibadah shaum; (1) shaum menanamkan kesabaran dalam taat karena menjalakan perintah, (2) shabar menjauhi ma’shiat, karena meninggalkan yang membatalkannya, (3) shabar mengatasi mushibat seperti rasa lapar dan dahaga.[5] Shabar juga mengandung arti disiplin dalam menaati perintah Allâh SWT, mengejar ridlo-Nya, dan menahan hawa nafsu.[6] Abu bakr al-Jaza`iri menandaskan bahwa shabar terdiri atas tiga tempat (1) shabar dalam taat, yaitu senang dan tidak lalai dalam melaksanakan perintah syari’ah, (2) shabar dari ma’shiat, dengan cara menjauhinya, (3) shabar atas mushibat yaitu tidak mengeluh, tidak marah dan selalu mengembalikannya pada Allâh SWT dengan istirja’.[7] Oleh karena itu minta tolong kepada Allâh dengan shabar lebih ditekankan pada usaha dan ikhtiar.
Berdasar beberapa ayat dan hadits, secara garis besarnya shabar itu terdiri dari beberapa hal berikut:
(1) الصَّبْر Ù„ØÙƒÙ… الله yaitu kuat serta disimplin dalam menaati aturan dan hukum Syari’ah. Allâh SWT berfirman:
ÙÙŽØ§ØµÙ’Ø¨ÙØ±Ù’ Ù„ÙØÙكْم٠رَبّÙÙƒÙŽ وَلَا تَكÙنْ كَصَاØÙب٠الْØÙÙˆØªÙ Ø¥ÙØ°Ù’ نَادَى ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ مَكْظÙومٌ
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo’a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Qs.68:48.
ÙÙŽØ§ØµÙ’Ø¨ÙØ±Ù’ Ù„ÙØÙكْم٠رَبّÙÙƒÙŽ وَلَا ØªÙØ·Ùعْ Ù…ÙنْهÙمْ ءَاثÙمًا أَوْ ÙƒÙŽÙÙورًا
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. Qs.76:24
(2) الصَّبْر عَن الْمَعْصÙيَّة yaitu tahan dalam menjauhi ma’shiat. Diriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah, bahwa al-Zuhri,[8] ketika ditanya tentang zuhd, menyatakan
Ø§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ¨Ù’Ø±Ù Ø¹ÙŽÙ†Ù Ø§Ù„ØØ±ÙŽØ§Ù… والشّÙكْر عَلى الØÙŽÙ„ال
shabar dalam menjauhi yang haram, dan syukur dalam menerima yang halal.[9] Dengan demikian, shabar juga mengandung arti menjauhi ma’shiat dan tahan menghadapi godaan. Perhatikan hadits berikut
عَنْ ابْن٠عÙمَرَ قَالَ قَالَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùن٠الَّذÙÙŠ ÙŠÙØ®ÙŽØ§Ù„ÙØ·Ù النَّاسَ ÙˆÙŽÙŠÙŽØµÙ’Ø¨ÙØ±Ù عَلَى أَذَاهÙمْ أَعْظَم٠أَجْرًا Ù…Ùنْ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùن٠الَّذÙÙŠ لا ÙŠÙØ®ÙŽØ§Ù„ÙØ·Ù النَّاسَ وَلَا ÙŠÙŽØµÙ’Ø¨ÙØ±Ù عَلَى أَذَاهÙمْ
Dari Ibn Umar diriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda: orang mu`min yang bergul dengan masyarakat dan shabar atas godaannya lebih besar pahalanya daripada orang mu`min yang menjauhi masyarakat karena tidak shabar atas gangguannya. Hr. ibn Majah dan al-Bayhaqi.[10]
(3) الصَّبْر على Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØµÙيْبة yang berarti tabah atas mushibat yang menimpanya.
عَنْ ثَابت البَنَّاني قَالَ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹Ù’ت٠أَنَسَ بْنَ مَالÙÙƒÙ ÙŠÙŽÙ‚ÙÙˆÙ„Ù Ù„ÙØ§Ù…ْرَأَة٠مÙنْ أَهْلÙه٠تَعْرÙÙÙينَ ÙÙلَانَةَ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ ÙÙŽØ¥Ùنَّ النَّبÙيَّ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ مَرَّ بÙهَا ÙˆÙŽÙ‡ÙÙŠÙŽ تَبْكÙÙŠ عÙنْدَ قَبْر٠Ùَقَالَ اتَّقÙÙŠ اللَّهَ ÙˆÙŽØ§ØµÙ’Ø¨ÙØ±ÙÙŠ Ùَقَالَتْ Ø¥Ùلَيْكَ عَنّÙÙŠ ÙÙŽØ¥Ùنَّكَ Ø®Ùلْوٌ Ù…Ùنْ Ù…ÙØµÙيبَتÙÙŠ قَالَ Ùَجَاوَزَهَا وَمَضَى Ùَمَرَّ بÙهَا رَجÙÙ„ÙŒ Ùَقَالَ مَا قَالَ لَك٠رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَتْ مَا عَرَÙْتÙه٠قَالَ Ø¥Ùنَّه٠لَرَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ Ùَجَاءَتْ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ بَابÙÙ‡Ù Ùَلَمْ ØªÙŽØ¬ÙØ¯Ù’ عَلَيْه٠بَوَّابًا Ùَقَالَتْ يَا رَسÙولَ اللَّه٠وَاللَّه٠مَا عَرَÙْتÙÙƒÙŽ Ùَقَالَ النَّبÙيّ٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ø¥Ùنَّ الصَّبْرَ عÙنْدَ أَوَّل٠صَدْمَةÙ
Diriwayatkan dari Tsabit al-Bannani bahwa Anas bin Malik berkata pada seorang perempuan dari keluarganya: tahukah engkau seorang wanita? Dia menjawab ya! Kata Anas, sesungghunya Rasul pernah melewati dia sedang menangis di dekat kuburan. Rasul SAW bersabda: Taqwalah kepada Allâh dan bersabarlah! Perempuan itu berkata: jauhilah aku, engkau tidak tahu apa yang saya rasakan! Rasul pergi meninggalkan dia. Tak lama kemudian seorang laki-laki menemui perempuan itu dan bertanya: Apa yang dikatakan Rasul SAW padamu? Perempuan menjawab: Saya tidak tahu bahwa dia itu rasul! Kemudian dia pergi ke rumah rasul, ternyata di pintunya tidak ada pengawal dan menemui Rasul sambil berkata: Ya Rasul Allâh! Demi Allâh saya tidak mengenal engkau! Rasul bersabda: Sesungguhnya shabar itu berada pada pukulan pertama. Hr. Al-Bukhari, Muslim.[11]
Mushibat yang paling berat adalah yang menimpa pertama kali, karena yang datang berikutnya biasanya sudah kebal bahkan sudah terlatih. Orang yang baik adalah yang shabar sejak pertama kali menerima mushibat. Adpun cara shabar dalam menghadapi mushibat telah diisyaratkan dalam al-Qur`an:
وَلَنَبْلÙوَنَّكÙمْ Ø¨ÙØ´ÙŽÙŠÙ’ء٠مÙÙ†ÙŽ الْخَوْÙ٠وَالْجÙوع٠وَنَقْص٠مÙÙ†ÙŽ الْأَمْوَال٠وَالْأَنْÙÙØ³Ù ÙˆÙŽØ§Ù„Ø«Ù‘ÙŽÙ…ÙŽØ±ÙŽØ§ØªÙ ÙˆÙŽØ¨ÙŽØ´Ù‘ÙØ±Ù Ø§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ§Ø¨ÙØ±Ùينَ الَّذÙينَ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ أَصَابَتْهÙمْ Ù…ÙØµÙيبَةٌ قَالÙوا Ø¥Ùنَّا Ù„Ùلَّه٠وَإÙنَّا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙŠÙ’Ù‡Ù Ø±ÙŽØ§Ø¬ÙØ¹Ùونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Qs.2:155-156
(4)الصبر ÙÙŠ طلاب العلم Shabar dalam mencari ilmu. Shahabat yang menggunakan suara keras memanggil rasul karena ingin segera menerima pelajaran, ditegur al-Qur`an. Allah SWT berfirman:
Ø¥Ùنَّ الَّذÙينَ ÙŠÙنَادÙونَكَ Ù…Ùنْ وَرَاء٠الْØÙØ¬ÙØ±ÙŽØ§ØªÙ أَكْثَرÙÙ‡Ùمْ لَا يَعْقÙÙ„Ùونَ*وَلَوْ أَنَّهÙمْ صَبَرÙوا ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ØªÙŽØ®Ù’Ø±ÙØ¬ÙŽ Ø¥ÙلَيْهÙمْ لَكَانَ خَيْرًا Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ وَاللَّه٠غَÙÙورٌ رَØÙيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs.49:4-5. Pentingnya shabar dalam thalab ilmu juga dapat dilihat dalam kisah nabi Musa dengan Haidlir dalam surat al-Kahf secara panjang lebar.
(5) الصبر على ما يقول الناس shabar atas apa yang dikatakan manusia. Firman Allâh:
ÙÙŽØ§ØµÙ’Ø¨ÙØ±Ù’ عَلَى مَا ÙŠÙŽÙ‚ÙولÙونَ ÙˆÙŽØ³ÙŽØ¨Ù‘ÙØÙ’ Ø¨ÙØÙŽÙ…Ù’Ø¯Ù Ø±ÙŽØ¨Ù‘ÙÙƒÙŽ قَبْلَ Ø·ÙÙ„Ùوع٠الشَّمْس٠وَقَبْلَ Ø§Ù„Ù’ØºÙØ±ÙوبÙ
Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya).. Qs.50:39.
(6) الصبر ÙÙŠ الإمَامةshabar dalam memimpin. Allah SWT berfirman:
وَجَعَلْنَا Ù…ÙنْهÙمْ أَئÙمَّةً يَهْدÙونَ Ø¨ÙØ£ÙŽÙ…ْرÙنَا لَمَّا صَبَرÙوا وَكَانÙوا Ø¨ÙØ¢ÙŠÙŽØ§ØªÙنَا ÙŠÙوقÙÙ†Ùونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. Qs.32(al-Sajdah):24
(7) الصبر ÙÙŠ القتال shabar dalam perang, seperti disiplin pada taktik dan strategi yang paling canggih. Allâh SWT berfirman:
يَاأَيّÙهَا النَّبÙيّ٠ØÙŽØ±Ù‘ÙØ¶Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùينَ عَلَى Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØªÙŽØ§Ù„٠إÙنْ ÙŠÙŽÙƒÙنْ Ù…ÙنْكÙمْ Ø¹ÙØ´Ù’رÙونَ ØµÙŽØ§Ø¨ÙØ±Ùونَ ÙŠÙŽØºÙ’Ù„ÙØ¨Ùوا Ù…ÙØ§Ø¦ÙŽØªÙŽÙŠÙ’Ù†Ù ÙˆÙŽØ¥Ùنْ ÙŠÙŽÙƒÙنْ Ù…ÙنْكÙمْ Ù…ÙØ§Ø¦ÙŽØ©ÙŒ ÙŠÙŽØºÙ’Ù„ÙØ¨Ùوا أَلْÙًا Ù…ÙÙ†ÙŽ الَّذÙينَ ÙƒÙŽÙَرÙوا Ø¨ÙØ£ÙŽÙ†Ù‘ÙŽÙ‡Ùمْ قَوْمٌ لَا ÙŠÙŽÙْقَهÙونَ
Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Qs.8:65.
(8) الصبر على العدوShabar mengatasi musuh. Allah SWT berfirman:
يَاأَيّÙهَا الَّذÙينَ ءَامَنÙوا Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ Ù„ÙŽÙ‚ÙيتÙمْ ÙÙØ¦ÙŽØ©Ù‹ ÙÙŽØ§Ø«Ù’Ø¨ÙØªÙوا ÙˆÙŽØ§Ø°Ù’ÙƒÙØ±Ùوا اللَّهَ ÙƒÙŽØ«Ùيرًا لَعَلَّكÙمْ تÙÙÙ’Ù„ÙØÙونَ(*)ÙˆÙŽØ£ÙŽØ·ÙيعÙوا اللَّهَ وَرَسÙولَه٠وَلَا تَنَازَعÙوا ÙَتَÙْشَلÙوا وَتَذْهَبَ رÙÙŠØÙÙƒÙمْ ÙˆÙŽØ§ØµÙ’Ø¨ÙØ±Ùوا Ø¥Ùنَّ اللَّهَ مَعَ Ø§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ§Ø¨ÙØ±Ùينَ(*
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Qs.8:45-46
(9) الصبر ÙÙŠ التأديب shabar dalam mendidik.Allah SWT berfirman:
ÙˆÙŽØ£Ù’Ù…ÙØ±Ù’ أَهْلَكَ Ø¨ÙØ§Ù„ØµÙ‘ÙŽÙ„ÙŽØ§Ø©Ù ÙˆÙŽØ§ØµÙ’Ø·ÙŽØ¨ÙØ±Ù’ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلÙÙƒÙŽ Ø±ÙØ²Ù’قًا Ù†ÙŽØÙ’ن٠نَرْزÙÙ‚ÙÙƒÙŽ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ø¹ÙŽØ§Ù‚ÙØ¨ÙŽØ©Ù Ù„Ùلتَّقْوَى
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. Qs.20:132
Sifat orang shabar dan manifestasinya menurut beberapa ayat ala-Qur`an dapat dilihat pada tabel berikut:
TEKS AYAT | TARJAMAH | ESSENSI SHABAR |
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَÙَرَ Ø¥Ùنَّ ذَلÙÙƒÙŽ Ù„ÙŽÙ…Ùنْ عَزْم٠الْأÙÙ…Ùور٠| Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. Qs.42:43 | 1. Menahan amarah terhadap orang yang zhalim |
ÙÙŽØ§ØµÙ’Ø¨ÙØ±Ù’ كَمَا صَبَرَ Ø£ÙولÙÙˆ الْعَزْم٠مÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙØ³Ùل٠وَلَا تَسْتَعْجÙلْ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ | Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Qs.46:35 | 2. Tidak terburu-buru dalam bertindak
3.Berani menentang arus yang salah seperti Nuh pada umatnya, Ibrahim pada Namrud, Musa pada Fir’aun, Isa pada yahudi, Nabi SAW pada kaum jahiliyah |
ÙˆÙŽØ¥Ùنْ عَاقَبْتÙمْ ÙÙŽØ¹ÙŽØ§Ù‚ÙØ¨Ùوا بÙÙ…ÙØ«Ù’ل٠مَا عÙÙˆÙ‚ÙØ¨Ù’تÙمْ بÙه٠وَلَئÙنْ صَبَرْتÙمْ Ù„ÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ خَيْرٌ Ù„ÙÙ„ØµÙ‘ÙŽØ§Ø¨ÙØ±Ùينَ | Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Qs.16:126 | Menghilangkan rasa dendam |
ÙˆÙŽØ§ØµÙ’Ø¨ÙØ±Ù’ وَمَا صَبْرÙÙƒÙŽ Ø¥Ùلَّا Ø¨ÙØ§Ù„لَّه٠وَلَا تَØÙ’زَنْ عَلَيْهÙمْ وَلَا تَك٠ÙÙÙŠ ضَيْق٠مÙمَّا ÙŠÙŽÙ…Ù’ÙƒÙØ±Ùونَ | Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Qs.16:127 | Kuat dan tahan uji dalam menghadapi tantatangan da’wah |
وَلَقَدْ ÙƒÙØ°Ù‘ÙØ¨ÙŽØªÙ’ Ø±ÙØ³ÙÙ„ÙŒ Ù…Ùنْ قَبْلÙÙƒÙŽ ÙَصَبَرÙوا عَلَى مَا ÙƒÙØ°Ù‘ÙØ¨Ùوا ÙˆÙŽØ£ÙوذÙوا ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ أَتَاهÙمْ نَصْرÙنَا وَلَا Ù…ÙØ¨ÙŽØ¯Ù‘ÙÙ„ÙŽ Ù„ÙÙƒÙŽÙ„Ùمَات٠اللَّه٠وَلَقَدْ جَاءَكَ Ù…Ùنْ Ù†ÙŽØ¨ÙŽØ¥Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ±Ù’سَلÙينَ | Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu. Qs.6:34 | Tahan atas ulah manusia yang zhalim. Tidak mudah terpengaruh oleh tindakan manusia yang benci |
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذÙينَ كَانÙوا ÙŠÙØ³Ù’تَضْعَÙÙونَ مَشَارÙÙ‚ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙŽØ±Ù’Ø¶Ù ÙˆÙŽÙ…ÙŽØºÙŽØ§Ø±ÙØ¨ÙŽÙ‡ÙŽØ§ الَّتÙÙŠ بَارَكْنَا ÙÙيهَا وَتَمَّتْ ÙƒÙŽÙ„Ùمَة٠رَبّÙÙƒÙŽ الْØÙسْنَى عَلَى بَنÙÙŠ Ø¥ÙØ³Ù’رَائÙيلَ بÙمَا صَبَرÙوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَع٠ÙÙØ±Ù’عَوْن٠وَقَوْمÙه٠وَمَا كَانÙوا ÙŠÙŽØ¹Ù’Ø±ÙØ´Ùونَ | Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir`aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. Qs.7:137 | Tidak berhenti dalam berjuang membela hak |
Semoga shaum kita benar-benar dapat melatih keshabaran dalam segala aspek kehidupan hingga mewujudkan kejayaan Islam dan muslim. Amin.
-=o0o=-
[1] Sunan Ibn Majah, I h.555
[2] Â Faidl al-Qadir, juz 4 hal.329-330
[3] Ibn al-Jauzi (w.597H), Zad al-Masir, I h.75
[4] Tanwir al-Miqbas ‘an tafsir Ibn Abbas, h.8
[5] Â Jmi al-Bayan, I h.259
[6] Tafsir al-Tsa’alibi, I h.57
[7] Â Aysar al-tafasir, I h.50
[8] Â Muhammad bin Muslim al-Zuhri (51-125H), Ulama besar dari kalangan tabi’in yang paling pertama mentadwin (membukukan secara sistematis) hadits, yang ia terima langsung dari shahabat seperti Ibn Umar, Anas, Jabir, Ubadah bin shamit, Abu Hurairah
[9] Â Abu Sa’id, Ahmad bin Muhammad (245-340H), al-Zuhd wa shimat al-Zahidin, I h.19
[10] Sunan Ibn Majah, II h.1338, Sunan al-Bayhaqi al-Kubra, X h.89
[11] Â shahih al-Bukhari, VI h.2615, Shahih Muslim, II h.637