2. Contoh Program Ibadah Umrah
- Contoh Program Ibadah Umrah
- Sampai di Makkah
- Setibanya di Makkah bisa istirahat terlebih dahulu sejenak.
- Setelah badan merasa segar hendaklah berwudlu dan bersuci dari najis.
Masuk Masjid al-Haram melalui Bab (pintu) Bani Syaibah atau Bab al-Salam[1] atau pintu mana saja yang memungkinkan dimasuki secara aman dan nyaman, membaca:
أَعÙÙˆØ°Ù Ø¨ÙØ§Ù„لَّه٠الْعَظÙيم٠وَبÙوَجْهÙه٠الْكَرÙيم٠وَسÙلْطَانÙه٠الْقَدÙيم٠مÙنْ الشَّيْطَان٠الرَّجÙيمÙ
Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung dengan wajah-Nya yang Maha Mulia, dengan Kekuasaan-Nya yang kekal dari godaan syetan yang terkutuk. [2]
- Di pintu masuk membaca:
اَللّهÙمَّ أَنْتَ السَّلاَم٠وَمÙنْكَ السَّلاَم ÙÙŽØÙŽÙŠÙ‘Ùنَا رَبَّنَا Ø¨ÙØ§Ù„سَّلاَمÙ
Ya Allah Engkaulah Maha Penyelamat. Dari Engkau lah Segala keselamatan/kesejahteraan Hidupkanlah kami Ya Tuhan! dengan penuh keselamatan/ kesejahteraan. [3]
Kemudian lanjutkan membaca du’a masuk masjid:
اللَّهÙمَّ اÙْتَØÙ’ Ù„ÙÙŠ أَبْوَابَ رَØÙ’مَتÙÙƒ
Ya Allah bukakanlah bagiku pintu rahmat-Mu. Hr. Muslim, Abu Daud, al-Nasaiy dan Ibn Majah.[4]
- Menyeberang Mas’a (tempat sa’i) alas kaki dibuka.
- Langsung ke dalam masjid dan tampaklah Ka’bah terlihat dengan jelas, maka hendaklah berdu’a:
Ya Allah tambahkanlah ke Baitullah ini, kemuliaan, keagungan, keunggulan dan kehebatan. Tambahkan pula kepada orang yang memuliakannnya dari kalangan yang berhaji atau umrah, kehormatan, keagungan, kemuliaan, dan kebaikan baginya. [5]
Â
- Thawaf
- Setelah berdu’a melihat Ka’bah, menuju tempat yang diperkiarakan lurus dengan hajar aswad.
- Tatkala merasa lurus dengan hajar aswad, langsung menghadap hajar aswad sambil berisyarat dengan tangan kanan dan membaca:
Ø¨ÙØ³Ù’م٠الله٠الله٠أَكْبَرÙ
Atas Nama Allah yang Maha Besar
اَللَّهÙمَّ تَصْدÙيْقًا بÙÙƒÙØªÙŽØ§Ùبكَ وَسÙنَّة٠نَبÙيّÙكَ صلى الله عليه وسلم
Ya Allah, dengan thawaf ini kami lakukan demi membenarkan kitab-Mu, dan mengikuti sunnah Rasul-Mu SAW. [6]
- Hadap kanan sehingga Ka’bah berada di sebelah kiri. Selama thawaf, posisi ka’bah harus tetap di sebelah kiri. [7] Tidak boleh membelakangi, atau menghadap Ka’bah, selama thawaf.[8]
- Melakukan thawaf dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Mulai dari hajar aswad, berakhir di hajar aswad pula.[9] Pria berlari kecil pada putaran pertama, kedua dan ketiga.
- Setiap lurus dengan Rukn-Yamani[10] berisyarat dengan tangan kanan dan membaca Bismillahi Allahu Akbar
- Di antara rukn Yamani dan Hajar Aswad, hendaklah berdu’a:
رَبَّنَا ءَاتÙنَا ÙÙىالدّÙنْيَا ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ وَّÙÙÙ‰ Ø§Ù„Ø£ÙŽØ®ÙØ±ÙŽØ©Ù ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ
Ya Allah Tuhan kami, curahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, selamatkanlah kami dari adzab neraka. (Qs.2: 201)
- Setiap merasa lurus dengan hajar aswad memalingkan wajah ke hajar aswad dan berisyarat dengan tangan,[11] sambil membaca Bismillahi Allahu Akbar.
- Selesai tujuh putaran, langsung menuju belakang Maqam Ibrahim (tugu berwarna kuning) sambil membaca:
ÙˆÙŽØ§ØªÙ‘ÙŽØ®ÙØ°Ùوْا Ù…Ùنْ Ù…ÙŽÙ‚ÙŽØ§Ù…Ù Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙيْمَ Ù…ÙØµÙŽÙ„ًّى.
Jadikanlah Maqam (tempat berdiri) Ibrahim sebagai tempat shalat. (Qs.2:125)
- Shalat di Belakang Maqam Ibrahim
- Tatkala Maqam Ibrahim telah berada di antara kita dengan Ka’bah, langsung melaksanakan shalat dua rakaat dengan menjaharkan fatihah dan surat al-Kafirun pada rakaat pertama, serta surat Al-Ikhlash ba’da fatihah pada rakaat kedua. Jika tidak memungkinkan berdiri lurus dengan Maqam Ibrahim, bisa saja mengambil tempat yang luas di sekeliling Masjidil-Haram, yang penting di luar lingkaran Maqam Ibrahim.
- Berdu’alah di tempat tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan.
- Menuju garis hajar aswad berisyarat dan membaca Bismillahi Allahu Akbar
- Menuju tempat air zam-zam untuk minum demi menghilangkan rasa haus setelah thawaf.
Â
- Sa’i antara Shafa dan Marwah
- Tinggalkan tempat air zam-zam atau tempat minum
- Naik ke Shafa melalui Babush-Shafa sambil membaca:
Ø¥Ùنَّ الصَّÙَا وَالمَرْوَةَ Ù…Ùنْ Ø´ÙŽØ¹ÙŽØ§Ø¦ÙØ±Ù الله
Sesungguhnya shafa dan marwah itu merupakan bagian dari syi’ar-syi’ar Allah.
أَبْدَأ٠بÙمَا بَدَأَ الله بÙÙ‡Ù
Aku memulai sebagaimana Allah memulai dengannya. [12]
- Tiba di Shafa, mengangkat kedua tangan dan menghadap ka’bah, membaca:
Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa Tiada sekutu bagi-Nya, Milik-Nya segala kekuasaan, Segala Puji bagi-Nya, Dialah Maha Kuasa atas segalanya. Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, Dia memenuhi janjinya, Dia yang menolong hamba-Nya, Dia sendiri yang mengalahkan musuh-Nya.
(kemudian dilanjutkan berdu’a sesuai dengan apa yang diinginkan).[13]
- Turun menuju Marwah. Tatkala berada di lampu hijau (dahulunya tanah becek), yang sejak tahun 2012 ditandai lampu berwarna hijau pria hendaklah berlari kecil.
- Naik sampai di Marwah dan melakukan seperti apa yang dilakukan di bukit Shafa.
- Turun menuju Shafa lagi dan melakukan apa yang dilakukan ketika menuju Marwah.
- Sa’i antara Shafa dan Marwah ini dilakukan tujuh kali (dari Shafa menuju Marwah dihiting satu kali; dari Marwah ke Shafa pun dihitung satu kali).
- Tahallul
- Selesai sa’i, melakukan tahallul, kemudian memotong rambut.
- Pria dianjurkan sampai gundul dan boleh pula hanya memendekkan saja rambutnya.
- Wanita hanya memotong beberapa lembar rambut, minimal tiga lembar.
- Selesailah ibadah umrah dan boleh mengganti pakaian ihram dengan pakaian sehari-hari. (Larangan ihram saat ini menjadi halal kembali, termasuk jima).
- Tatkala keluar dari masjid hendaklah berdu’a:
اللَّهÙمَّ Ø¥ÙنّÙÙŠ أَسْأَلÙÙƒÙŽ Ù…Ùنْ ÙَضْلÙÙƒÙŽ
Ya Allah aku memohon kepada-Mu untuk mencurahkan segala karunia-Mu. (Hr. Muslim, Abu Daud, Ibn Majah).[14]
- Contoh program Prosesi Ibadah Haji
- Ihram Haji pada Tarwiyah
Tanggal 8 Dzul-Hijjah:
- Di pagi hari seluruh jamaah mandi jinabat guna mempersiapkan diri untuk ihram haji.
- Berpakaian ihram memakai wangi-wangian dan menggunakan obat anti bau badan.
- Tatkala sudah siap berangkat menuju Mina mulai ber-ihram untuk haji dengan membaca talbiyah kemudian ikrar ihram:
لَبَّيْكَ اللهÙمَّ ØÙŽØ¬Ù‘ًا
“kusambut panggilanMu ya Allah untuk ibadah haji”[15]
- Mabit Di Mina
- Waktu Zhuhur sebaiknya telah berada di Mina agar semua jamaah bisa melakukan shalat lima waktu selama mabit di Mina sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW.[16]
Di Mina, shalat Zhuhur, Ashar, dan Isya diqashar menjadi dua rakaat.
- Semua shalat dilakukan tepat pada waktunya.
- Pada malam hari di Mina, sesuai Sunnah Rasul diadakan khuthbah Tarwiyah (Ceramah Islam dan Tanya-Jawab).
- Selama di Mina memperbanyak talbiyah.
Â
- Wuquf di Arafah
Tanggal 9 Dzul-Hijjah seluruh jamaah haji wajib wuquf di Arafah sejak Zhuhur hingga Maghrib. Barang siapa yang tidak sempat wuquf, maka hajinya tidak sah.[17]
- Pagi hari setelah terbit matahari, berangkat menuju Arafah.
- Sampai di Masjid Namirah (atau di dekatnya) melakukan shalat Zhuhur dan Ashar dijama taqdim dan diqashar. Jika situasi tidak mengizinkan bisa saja langsung menuju tempat wuquf yang kemahnya telah disediakan oleh Maktab .
- Setelah mendengar Khuthbah Wuquf, jamaah melakukan wuquf / menetap dengan berdu’a sesuai dengan apa yang diinginkan sambil menghadap kiblat.
- Mabit di Muzdalifah
- Waktu Maghrib tiba, langsung menuju Muzdalifah (shalat Maghrib dijama takhir ke Isya di Muzdalifah).
- Sampai di Muzdalifah, jamaah turun dari kendaraan untuk melakukan shalat Maghrib dan Isya jama qashar.
- Bisa saja di sini memungut batu-batu kecil untuk jumrah sejumlah lebih dari tujuh puluh buah, agar di Mina tidak mendapat kesulitan mencari batu. Namun batu untuk jumrah bisa didapat di mana saja yang dianggap mudah untuk mengambilnya.
- Tidur di Muzdalifah sampai menjelang Shubuh. Selama di sini juga memperbanyak talbiyah dan dzikir lainnya. (bagi yang sudah tua atau udzur dibolehkan langsung menuju penginapan di Mina).
- Waktu Shubuh diusahakan berada di dekat masjid Masy’ar al-Haram. Bila tidak memungkinkan boleh dimana saja asal di kawasan Muzdalifah. Seluruh kawasan Muzdalifah adalah Masy’ar al-Haram[18]
- Shalat Shubuh di Masy’ar al-Haram.
- Ba’da shalat Shubuh mendengar ceramah singkat dan langsung berdu’a, berdzikir dan bertakbir (sesuai Qs.2:198 yang akan dibahas pada bagian berikutnya).
- Jumrah al-Aqabah
Tanggal 10-Dzul-Hijjah
- Setelah shalat Shubuh dan berdu’a di Masy’ar al-Haram, berangkat menuju Mina, jika berjalan kaki, pilihlah jalan khusus untuk pejalan kaki. Namun jika memakai kendaraan ikuti saja jalur yang tersedia.
- Sampai di Mina pagi-pagi istirahat sejenak.
- Setelah terbit matahari menuju jumrah al-Aqabah dan melontar jumrah tujuh kali dengan batu kecil. Setiap kali melempar membaca Allahu Akbar dan setelah usai, membaca:
اَللّهÙمَّ اجْعَلْه٠ØÙŽØ¬Ù‘ًا مَبْرÙورًا وَذَنْبًا مَغْÙÙورًا .
Ya Allah jadikanlah haji ini yang mabrur dan ampunilah segala dosa.
Â
- Tahalul Awal
Masih Tanggal 10 Dzul-Hijjah
- Setelah melontar jumrah aqabah bertahalul dan menggunting rambut seperti tahalul umrah
- Saat ini sudah boleh ganti pakaian dengan pakaian biasa (larangan ihram menjadi bebas, kecuali jima).
- Thawaf Ifadlah
Masih Tanggal 10 Dzul-Hijjah
- Setelah melontar jumrah di Mina langsung berangkat menuju Masjil-Haram di Makkah (bagi yang udzur bisa istirahat dulu di penginapan Mina, thawaf ifadlah ditangguhkan).
- Masuk Masjid al-Haram melalui pintu mana saja dan langsung melakukan thawaf ifadlah.
Setelah thawaf ifadlah apakah dirangkaikan dengan sa’i ataukah tidak, lihat penjelasan khsusus bab Sa’i ba’da Ifadlah.
- Istirahat di Masjidil Haram sambil memper-banyak dizkir dan berdu’a. Sesuai dangan sunnah Rasul pula melakukan shalat dzuhur berjamaah di Masjidil-Haram.
- Setelah shalat Zhuhur kembali ke Mina, untuk mabit.
- Penyembelihan Hadyu
- Pulang dari thawaf Ifadlah menuju Madbah (tempat penyembelihan hewan, masih kawasan Mina),  guna menyembelih hadyu, jika situasi memungkinkan.
Jika situasi tidak memungkinkan, menyembelih hadyu bisa dilakukan tanggal 11, 12, atau 13 Dzul-Hijjah.
- Jika tidak berani menyembelih bisa minta bantuan siapapun yang memiliki keahlian dalam penyembelihan.
- Mabit di Mina dan Melontar Tiga Jumrah
Tanggal 11-12-13 Dzul-Hijjah
- Selama tiga hari tiga malam semua jamaah berada di Mina.
- Malam harinya setelah shalat Maghrib berdiskusi mendengar ceramah.
- Selama di Mina shalat Zhuhur, Ashar dan Isya tetap diqashar, namun tidak perlu dijama.
- Tanggal 11 Dzul-Hijjah, ba’da Zhuhur melakukan jumrah dengan cara: (1) Jumrah Ula tujuh kali setiap lemparan membaca takbir, terus berdu’a, (2) Jumrah Wushtha tujuh batu, dengan takbir, kemudian berdu’a (3) Jumrah Aqabah tujuh batu, setiap lemparan disertai takbir.
- Tanggal 12 Dzul-Hijah melontar tiga jumrah seperti tanggal 11. Bagi yang akan meninggalkan Mina, hari ini sudah bisa dengan nama Nafar Awal.
- Bagi yang waktu Maghrib tgl 12 masih ada di Mina maka tanggal 13 Dzul-Hijjah harus melontar tiga jumrah lagi seperti yang dilakukan pada tanggal 11 dan 12.
- Kembali ke Mekkah
- Setelah selesai jumrah, menuju Mekkah untuk memperbanyak ibadah.
- Sebaiknya tidak terlalu lama di Mekah, sebab kaum Muhajirin pun hanya diizinkan Rasul selama tiga hari. Rasul SAW bersabda:
ÙŠÙÙ‚Ùيم٠الْمÙÙ‡ÙŽØ§Ø¬ÙØ±Ù بÙمَكَّةَ بَعْدَ Ù‚ÙŽØ¶ÙŽØ§Ø¡Ù Ù†ÙØ³ÙÙƒÙه٠ثَلَاثًا
Kaum Muhajirin boleh berada di Mekkah setelah menunaikan ibadah haji selama tiga hari[19].
- Namun bila terpaksa harus berlama di Mekah, karena menunggu pesawat kepulangan, manfaatkanlah waktu untuk memperbanyak thawaf tathawwu.
- Setiap ba’da Shubuh bisa mengikuti pengajian yang diadakan oleh Masjidil-Haram. Di Masjidil Haram banyak halaqah (semacam mentoring dengan bermacam bahasa seperti bahasa Arab, Inggris, Melayu ataupun bahasa Indonesia). Bila tidak ditemukan, buat saja halaqah sendiri di masjid, dengan narasumber pembimbing.
- Shalat sunnah yang dilakukan selama shafar yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah adalah tahajjud plus witir, dan shalat qabliyah Shubuh.
- Thawaf Wada
Bila telah siap untuk pulang, lakukanlah thawaf wada. Adapun caranya sama denga thawaf lain, kecuali niatnya dalam hati. Setelah thawaf wada jangan menginap lagi di Mekah, sebab meninggalkan Mekah mesti dari Masjid al-Haram. Rasul SAW bersabda:
لَا يَنْÙÙØ±ÙŽÙ†Ù‘ÙŽ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŒ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙŽÙƒÙونَ Ø¢Ø®ÙØ±Ù عَهْدÙÙ‡Ù Ø¨ÙØ§Ù„ْبَيْتÙ
Janganlah seseorang meninggalkan Mekah, kecuali akhir acaranya di Baitullah. Hr. Muslim[20].
-=o0o=-
[1] ibid h.584
[2] Sunan Abi Daud, hadits no 394
[3] Fiqh al-Sunnah, I : 585
[4] Shahih Muslim, I h.494/Â Sunan Ibn Majah, I h.254/ Abi Daud no.393
[5] Sunan al-Baihaqi, V : 73,
[6] Al-Thayalisi, I :25, Abi Syaibah, III: 441, Baihaqi, V:79
[7] Muhammad al-Syasy, Huliyah al-Ulama, (Yordan, al-Risalah), j.II h.281
[8] Zainuddin al-Mulaybari, Fath al-Mu’in, h.296
[9] al-Ghazali, al-Wasith, j. II h.642
[10] sudut keempat dari hajar aswad.
[11] al-Syarbaini, al-Iqna, j. I h. 256
[12] Shahih Ibn Hibban, IX h.255 / Fath al-Bari, III h. 503
[13] al-Haitami, al-Manhaj al-Qawim, h. 584
[14] Shahih Muslim, I h.494/Â Sunan Ibn Majah, I h.254/ Sunan Abi Daud no.393
[15]Utsaimin, al-Haram al-Maky, h.219
[16] Mansur al-Bahuti, Kisyaf al-Qanna, j. II h.591
[17] al-Fairuz Abadi (393-476H), al-Tanbih, h. 80
[18] lihat kembali hadits riwayat Muslim di atas
[19] Shahih Muslim, no.2409
[20] Shahih Muslim, juz II h. 963