08. Macam-macam shaum wajib
Bagian Kedelapan:
Macam-macam shaum wajib
Berdasar beberapa ayat dan hadits
Ditinjau dari sudut hukumnya shaum itu terdiri atas yang difardlukan dan yang tathawu atau yang hukumnya sunnat. Ibadah shaum yang wajib ada yang bersifat rutin, ada pula karena sebab. Sedangkan shaum sunnat ada yang berdasar hari, ada yang berdasar tanggal, ada pula yang tidak berdasar tanggal maupun hari. Di asamping itu terdapat pula hari-hari yang dilarang melakukan ibadah shaum.
Â
- Macam-macam Shaum Wajib
Adapun shaum wajib adalah
- Shaum ramadlan
Allah SWT berfirman:
شَهْر٠رَمَضَانَ الَّذÙÙŠ Ø£ÙنْزÙÙ„ÙŽ ÙÙÙŠÙ‡Ù Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’Ø¡ÙŽØ§Ù†Ù Ù‡ÙØ¯Ù‹Ù‰ Ù„Ùلنَّاس٠وَبَيّÙنَات٠مÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù‡ÙØ¯ÙŽÙ‰ وَالْÙÙØ±Ù’قَان٠Ùَمَنْ Ø´ÙŽÙ‡ÙØ¯ÙŽ Ù…ÙنْكÙم٠الشَّهْرَ ÙَلْيَصÙمْه٠وَمَنْ كَانَ مَرÙيضًا أَوْ عَلَى سَÙَر٠ÙÙŽØ¹ÙØ¯Ù‘َةٌ Ù…Ùنْ Ø£ÙŽÙŠÙ‘ÙŽØ§Ù…Ù Ø£ÙØ®ÙŽØ±ÙŽ ÙŠÙØ±Ùيد٠اللَّه٠بÙÙƒÙÙ…Ù Ø§Ù„Ù’ÙŠÙØ³Ù’رَ وَلَا ÙŠÙØ±Ùيد٠بÙÙƒÙÙ…Ù Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙØ³Ù’رَ ÙˆÙŽÙ„ÙØªÙكْمÙÙ„Ùوا Ø§Ù„Ù’Ø¹ÙØ¯Ù‘َةَ ÙˆÙŽÙ„ÙØªÙÙƒÙŽØ¨Ù‘ÙØ±Ùوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكÙمْ وَلَعَلَّكÙمْ ØªÙŽØ´Ù’ÙƒÙØ±Ùونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia ibadah shaum pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya shaum), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. Qs.2:185
Kalimat Ùَمَنْ Ø´ÙŽÙ‡ÙØ¯ÙŽ Ù…ÙنْكÙم٠الشَّهْرَ ÙَلْيَصÙمْه٠menegaskan bahwa siapapun yang tahu bahwa sudah tiba bulan ramadlan maka wajib baginya untuk melaksanakan ibadah shaum. Tegasnya penyebab diwajibkan shaum, adalah tibanya bulan ramadlan. Jika tidak bisa melaksanakannya pada bulan tersebut, baik karena sakit ataupun di perjalanan yang tidak memungkinkkannya, maka mesti mengantinya di hari atau bulan yang lain. Dengan demikian, jika tidak bisa melaksanakan shaum tepat waktu di bulan ramadlan, maka hokum shaum di luar ramadlan menjadi wajib, yang jumlahnya tergantung yang ditingalkan di bulan ramadlan. Namun jika di hari lain atau bulan yang lain pun tidak mampu melaksaakannya, baik karena penyakit yang tidak kunjung sembuh atau karena penyebab lain yang tidak memungkinkan shaum selamanya, maka penggantinya adalah fidyah.[1]
- Shaum Kafarat
Kafarat menurut bahasa berarti usaha untuk menutupi. Yang dimaksud kafarat di sini ialah menutupi kesalahan dengan melakukan sesuatu. Dapat juga dikatakan penebus dosa atau penebus kesalahan. Banyak pelaksanaan Kafarat dengan shaum, antara lain sebagai berikut:
(a). Kafarat sumpah
Jika seseorang mengucapkan sumpah kemudian melanggarnya, atau bernadzar tapi tidak memenuhinya, maka melaksanakan kafarat sebagai berikut:
لَا ÙŠÙØ¤ÙŽØ§Ø®ÙذÙÙƒÙÙ…Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø¨ÙØ§Ù„لَّغْو٠ÙÙÙŠ أَيْمَانÙÙƒÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنْ ÙŠÙØ¤ÙŽØ§Ø®ÙذÙÙƒÙمْ بÙمَا عَقَّدْتÙم٠الْأَيْمَانَ ÙÙŽÙƒÙŽÙَّارَتÙÙ‡Ù Ø¥ÙØ·Ù’عَام٠عَشَرَة٠مَسَاكÙينَ Ù…Ùنْ أَوْسَط٠مَا ØªÙØ·Ù’عÙÙ…Ùونَ أَهْلÙيكÙمْ أَوْ ÙƒÙØ³Ù’وَتÙÙ‡Ùمْ أَوْ تَØÙ’رÙير٠رَقَبَة٠Ùَمَنْ لَمْ ÙŠÙŽØ¬ÙØ¯Ù’ ÙَصÙيَام٠ثَلَاثَة٠أَيَّام٠ذَلÙÙƒÙŽ ÙƒÙŽÙَّارَة٠أَيْمَانÙÙƒÙمْ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ ØÙŽÙ„ÙŽÙْتÙمْ وَاØÙ’ÙَظÙوا أَيْمَانَكÙمْ كَذَلÙÙƒÙŽ ÙŠÙØ¨ÙŽÙŠÙ‘Ùن٠اللَّه٠لَكÙمْ ءَايَاتÙه٠لَعَلَّكÙمْ ØªÙŽØ´Ù’ÙƒÙØ±Ùونَ
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak disengaja, maka kafarat melanggar sumpah ialah: memberi makan sepuluh orang miskin dari yang biasa kamu berikan kepada keluargamu: atau memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan hamba sahaya. Barangsiapa yang tidak sanggup melakukan demikian, maka kafaratnya shaum sebanyak tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat sumpah bila kamu bersumpah dan kamu langgar. Jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu sebagian hukum-Nya agar kamu bersyukur“. (Q.S. 5 Al-Maidah: 89)
Menurut Ibnu Abbas, kalimat أَوْ atau yang digunakan dalam ayat ini menunjukkan adanya kafarat yang boleh dipilih antara memberi makan, memberi pakaian, memerdekakan hamba sahaya, atau shaum tiga hari. [2] Namun pada ayat tersebut ditegaskan Ùَمَنْ لَمْ ÙŠÙŽØ¬ÙØ¯Ù’ ÙَصÙيَام٠ثَلَاثَة٠أَيَّام٠(barang siuapa yang tidak menemukan, maka hendaklah shaum tiga hari). Penegaskan ini jelas bahwa kafarat sumpah dengan ibadah shaum itu meupakan alternative terakhir jika yang melanggar sumpah itu tidak mampu kafarat dengan memberi makan sepuluh orang miskin, tidak mampu pula memerdekakan hamba sahaya. Tegasnya memberi makan sepuluh orang miskin sebagai kafarat sumpah lebih diutamakan di banding shaum. Shaum kafarat sumpah menjadi hukumnya wajib, bila tidak mampu memberi makan sepuluh orang miskin.
(b). Kafarat Pembunuhan Tidak Sengaja
Al-Qur`an menetapkan adanya hukum Qishash dalam pembunuhan. Ketetapan tersebut berlaku dalam pembunuhan yang disengaja atau direncanakan. Jika pembunuhan itu tidak disengaja, maka tidak ada hukum Qishash. Yang dimaksud pembunuhan tidak disengaja di sini ialah pembunuhan yang tidak direncanakan melainkan hanya kesalahan. Contohnya: Niat membunuh binatang buruan tapi ternyata menimpa manusia hingga meninggal, bisa juga terjadi dalam lalulintas seperti sedang tenang menjalankan kendaraan, tahu-tahu ada orang yang lewat dan tertabrak hingga tewas. Pembunuhan semacam ini walau tidak disengaja tetap mendapat hukuman sebagai taubat kepada Allah SWT. Adapun ketentuan kafaratnya dapat dilihat pada ayat berikut:
وَمَا كَانَ Ù„ÙÙ…ÙØ¤Ù’Ù…Ùن٠أَنْ يَقْتÙÙ„ÙŽ Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùنًا Ø¥Ùلَّا خَطَأً وَمَنْ قَتَلَ Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùنًا خَطَأً ÙَتَØÙ’رÙÙŠØ±Ù Ø±ÙŽÙ‚ÙŽØ¨ÙŽØ©Ù Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùنَة٠وَدÙيَةٌ Ù…ÙØ³ÙŽÙ„َّمَةٌ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ أَهْلÙه٠إÙلَّا أَنْ يَصَّدَّقÙوا ÙÙŽØ¥Ùنْ كَانَ Ù…Ùنْ قَوْم٠عَدÙوّ٠لَكÙمْ ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†ÙŒ ÙَتَØÙ’رÙÙŠØ±Ù Ø±ÙŽÙ‚ÙŽØ¨ÙŽØ©Ù Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùنَة٠وَإÙنْ كَانَ Ù…Ùنْ قَوْم٠بَيْنَكÙمْ وَبَيْنَهÙمْ Ù…Ùيثَاقٌ ÙَدÙيَةٌ Ù…ÙØ³ÙŽÙ„َّمَةٌ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ أَهْلÙه٠وَتَØÙ’رÙÙŠØ±Ù Ø±ÙŽÙ‚ÙŽØ¨ÙŽØ©Ù Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùنَة٠Ùَمَنْ لَمْ ÙŠÙŽØ¬ÙØ¯Ù’ ÙَصÙÙŠÙŽØ§Ù…Ù Ø´ÙŽÙ‡Ù’Ø±ÙŽÙŠÙ’Ù†Ù Ù…ÙØªÙŽØªÙŽØ§Ø¨Ùعَيْن٠تَوْبَةً Ù…ÙÙ†ÙŽ اللَّه٠وَكَانَ اللَّه٠عَلÙيمًا ØÙŽÙƒÙيمًا
“Tidak layak bagi seorang mu’min membunuh seorang mu’min yang lain kecuali tersalah atau tidak disengaja. Barangsiapa membunuh seorang mu’min tidak disengaja, maka hendaklah ia memerdekakan hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat atau denda yang diserahkan kepada kelurga si terbunuh, kecuali jika mereka mensedekahkannya. Jika si terbunuh dari kaum yang memusuhi, padahal beriman, maka hendak-lah pembunuh itu memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Jika si terbunuh itu dari kaum kafir yang telah mengadakan perjanjian antara kamu dengan mereka, maka hendaklah pembunuh itu membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga terbunuh serta memerdekakan hamba sahaya mu’min. Barangsiapa yang tidak memperoleh hamba sahaya maka hendaklah pembunuh shaum dua bulan berturut sebagai sarat diterima taubat. Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana“. (QS. 4:92).
Berdasar ayat ini kafarat pembunuhan tidak sengaja atau tanpa recana adalah dengan membayar diyat, memberi santunan pada ahli waris korban dan memerdekakan hamba sahaya. Kemudian ditegaskan Ùَمَنْ لَمْ ÙŠÙŽØ¬ÙØ¯Ù’ ÙَصÙÙŠÙŽØ§Ù…Ù Ø´ÙŽÙ‡Ù’Ø±ÙŽÙŠÙ’Ù†Ù Ù…ÙØªÙŽØªÙŽØ§Ø¨Ùعَيْن٠barangsiapa yang tidak menemukan untuk kafarat tersebut, maka mesti shaum selama dua bulan berturut-turut. Dengan demikian shaum kafarat menjadi wajib hukumnya bila tidak dapat memenuhi ketentuan memerdekakan hamba sahaya dalam menutupi kesahalan pembunuihan tidak sengaja.
(c ). Kafarat Jima’Â Siang Ramadlan
Melakukan jima’ suami istri pada malam hari Ramadlan, adalah diperbolehkan sebagaimana telah dijelaskan pada kajian Qs.2:187 yang lalu. Namun jika melakukannya di siang hari termasuk dosa besar yang harus melakukan kafarat. Abi Hurairah menerangkan:
جَاءَ رَجÙÙ„ÙŒ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ùَقَالَ هَلَكْت٠Ùَقَالَ وَمَا ذَاكَ قَالَ ÙˆÙŽÙ‚ÙŽØ¹Ù’ØªÙ Ø¨ÙØ£ÙŽÙ‡Ù’Ù„ÙÙŠ ÙÙÙŠ رَمَضَانَ قَالَ ØªÙŽØ¬ÙØ¯Ù رَقَبَةً قَالَ لَا قَالَ Ùَهَلْ تَسْتَطÙيع٠أَنْ تَصÙومَ Ø´ÙŽÙ‡Ù’Ø±ÙŽÙŠÙ’Ù†Ù Ù…ÙØªÙŽØªÙŽØ§Ø¨Ùعَيْن٠قَالَ لَا قَالَ ÙَتَسْتَطÙيع٠أَنْ ØªÙØ·Ù’عÙÙ…ÙŽ Ø³ÙØªÙ‘Ùينَ Ù…ÙØ³Ù’ÙƒÙينًا قَالَ لَا قَالَ Ùَجَاءَ رَجÙÙ„ÙŒ Ù…Ùنْ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙŽÙ†Ù’ØµÙŽØ§Ø±Ù Ø¨ÙØ¹ÙŽØ±ÙŽÙ‚٠وَالْعَرَق٠الْمÙكْتَل٠ÙÙيه٠تَمْرٌ Ùَقَالَ اذْهَبْ بÙهَذَا Ùَتَصَدَّقْ بÙه٠قَالَ عَلَى Ø£ÙŽØÙ’وَجَ Ù…Ùنَّا يَا رَسÙولَ اللَّه٠وَالَّذÙÙŠ بَعَثَكَ Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ØÙŽÙ‚ّ٠مَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْل٠بَيْت٠أَØÙ’وَج٠مÙنَّا قَالَ اذْهَبْ ÙَأَطْعÙمْه٠أَهْلَكَ
Seorang laki-laki menghadap Rasul SAW mengatakan “binasalah aku”. Rasul SAW bertanya “ada apa denganmu?”. Dia menjawab “saya menggauli istriku di siang hari bulan ramadlan?”. Rasul SAW bertanya: “Punyakah kau memerdekakan hamba sahaya?”. Dia menjawab “tidak?”. Rasul SAW bertanya lagi “Sanggupkah engkau shaum dua bulan berturut-turut?”. Laki-laki itu menjawab “Tidak”. Rasul SAW bersabda:”sanggupkah engkau memberi makan enampuluh orang miskin?”. Dia menjawab “Tidak”. Tidak lama kemudian shahabat dari Anshar menyumbang satu karung/keranjang penuh berisi kurma. Rasul bersabda: “ambilah makan ini dan bersedekahlah dengannya!”. Â Laki-laki itu bertanya: “apakah mesti diberikan kepada orang yang lebih miskin dari kami?”, wahai Rasul! Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada di antara dua perbatasan keluarga yang lebih miskin dari kami! Kepada siapa kami harus memberikannya? Rasul SAW bersabda “Pergilah dan berikan kepada keluargamu“. Hr. al-Bukhari.[3]
Berdasar Hadits Muttafaq Alaih ini, kafarat atau penebus dosa dari melakukan hubungan suami isteri di siang hari bulan ramadlan adalah memerdekakan hamba sahaya. Jika tidak ada hamba sahaya, maka mesti menggantinya dengan shaum selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak sanggup shaum, maka mesti memberi makan enam puluh orang miskin.
Hadits ini juga memberi isyarat antara lain: (1) kafarat jima siang hari ramadlan adalah memerdekakan hamba sahaya, lebih diutamakan. Namun kalau tidak ada hamba sahaya tau tidak mampu mengeluaran biaya untuk itu, maka shaum dua bulan. (2) shaum dua bulan sebagai kafarat jima siang hari ramadlan diutamakan di banding memberi makan orang miskin, karena pelanggarannya memang pelanggaran ramadlan. (3) saking wajibnya bayar kafarat, orang miskin pun mesti membayarnya. Kalau tidak mampu bayar, maka sebaiknya ada orang kaya yang menyumbang untuk membayarkannya sebagaimana dilakukan oleh kaum Anshar yang diriwayatkan dalam hadits ini. (4) Kafarat diberikan kepada orang yang lebih miskin di banding yang membayarnya.
(d). Kafarat dalam ibadah haji
Allah berfirman:
وَأَتÙمّÙوا الْØÙŽØ¬Ù‘ÙŽ وَالْعÙمْرَةَ Ù„Ùلَّه٠ÙÙŽØ¥Ùنْ Ø£ÙØÙ’ØµÙØ±Ù’تÙمْ Ùَمَا اسْتَيْسَرَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الْهَدْي٠وَلَا تَØÙ’Ù„ÙÙ‚Ùوا Ø±ÙØ¡ÙوسَكÙمْ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙŽØ¨Ù’Ù„ÙØºÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù‡ÙŽØ¯Ù’ÙŠÙ Ù…ÙŽØÙلَّه٠Ùَمَنْ كَانَ Ù…ÙنْكÙمْ مَرÙيضًا أَوْ بÙه٠أَذًى Ù…Ùنْ رَأْسÙÙ‡Ù ÙÙŽÙÙØ¯Ù’يَةٌ Ù…Ùنْ صÙيَام٠أَوْ صَدَقَة٠أَوْ Ù†ÙØ³ÙÙƒÙ ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ Ø£ÙŽÙ…ÙنْتÙمْ Ùَمَنْ تَمَتَّعَ Ø¨ÙØ§Ù„ْعÙمْرَة٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ الْØÙŽØ¬Ù‘Ù Ùَمَا اسْتَيْسَرَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الْهَدْي٠Ùَمَنْ لَمْ ÙŠÙŽØ¬ÙØ¯Ù’ ÙَصÙيَام٠ثَلَاثَة٠أَيَّام٠ÙÙÙŠ الْØÙŽØ¬Ù‘Ù ÙˆÙŽØ³ÙŽØ¨Ù’Ø¹ÙŽØ©Ù Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ رَجَعْتÙمْ تÙلْكَ عَشَرَةٌ كَامÙلَةٌ ذَلÙÙƒÙŽ Ù„Ùمَنْ لَمْ ÙŠÙŽÙƒÙنْ أَهْلÙÙ‡Ù ØÙŽØ§Ø¶ÙرÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯Ù الْØÙŽØ±ÙŽØ§Ù…٠وَاتَّقÙوا اللَّهَ وَاعْلَمÙوا أَنَّ اللَّهَ شَدÙيد٠الْعÙقَابÙ
“Dan sempurnakan ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung musuh atau sakit, maka sembelihlah hadyu yang sudah didapat, janganlah kamu bercukur sebelum waktunya tiba. Jika ada yang sakit atau gangguan di kepala lalu bercukur, maka wajib atasnya fidyah yaitu shaum kafarat atau memerdekakan atau berqurban. Apabila kamu telah aman, maka bagi orang yang mengerjakan umrah sebelum haji maka wajiblah ia menyembelih hadyu yang mudah didapat. Jika tidak menemukan hadyu, maka wajib melakukan shaum sebanyak tiga hari, selama masa haji dan tujuh hari setelah pulang ketempat tinggalnya. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Ketentuan tersebut berlaku bagi orang yang keluarganya yang tidak berada di sekitar Masjidil-Haram. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah itu Maha Keras siksaan-Nya. (Q.S. Al-Baqarah: 196).
Berdasar ayat ini, ibadah shaum menjadi wajib apabilah jamaah haji: (1) meninggalkan salah satu kewajiban dalam haji dan umrah, dan tidak mampu membayar hadyu, maupun kafarat dengan yang lainnya. (2)memilih haji secara tamattu’a tapi tidak mampu membeli hewan untuk hadyu yang seharusnya disedekahkan pada orang yan berhak menerimanya; (3) melanggar larangan ihram dan tidak memiliki biaya untuk membayar kafarat yang seharusnya disedekahkan pada orang yang berhak menerimanya.
Adapun jumlah shaum yang mesti dilaksanakan adalah (1) sepeuluh hari dengan cara tiga hari di tanah suci, dan tujuh hari di tanah airnya masing-masing, berlaku bagi yang tidak mampu membayar hadyu di kala menunaikan haji secara tamattu’. (2) shaum sebanyak tiga hari bagi yang melanggar ihram, dan tidak mampu membayar kafarat yang seharusnya diberikan pada orang miskin. Tegasnya elama jamaah haji itu mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan biaya, maka hendaklah memilih kafarat berupa hadyu atau sedakah. Perhatikan pula hadits berikut:
عن كَعْب بْن Ø¹ÙØ¬Ù’رَة ØÙŽØ¯Ù‘َثَه٠قَالَ ÙˆÙŽÙ‚ÙŽÙÙŽ عَلَيَّ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ØÙدَيْبÙيَة٠وَرَأْسÙÙŠ يَتَهَاÙَت٠قَمْلًا Ùَقَالَ ÙŠÙØ¤Ù’ذÙيكَ هَوَامّÙÙƒÙŽ Ù‚Ùلْت٠نَعَمْ قَالَ ÙَاØÙ’Ù„Ùقْ رَأْسَكَ أَوْ قَالَ اØÙ’Ù„Ùقْ قَالَ ÙÙيَّ نَزَلَتْ هَذÙه٠الْآيَة٠Ùَمَنْ كَانَ Ù…ÙنْكÙمْ مَرÙيضًا أَوْ بÙه٠أَذًى Ù…Ùنْ رَأْسÙه٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø¢Ø®ÙØ±Ùهَا Ùَقَالَ النَّبÙيّ٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ صÙمْ ثَلَاثَةَ أَيَّام٠أَوْ تَصَدَّقْ بÙÙَرَق٠بَيْنَ Ø³ÙØªÙ‘َة٠أَوْ انْسÙكْ بÙمَا تَيَسَّرَ
Diriwayatkan dari Ka’b bin ‘Ujrah menerangkan Rasul mengahmpiriku ketika di Hudzaibiyah (dalam keadaan ihram), sedangkan kepalaku penuh kutu, maka beliau bersabda: “barangkali kepalamu terkena serangga? Saya menjawab “betul”. Kemudian Rasul SAW bersabda “gunduli saja rambut kepalamu”. Ayat Ùَمَنْ كَانَ Ù…ÙنْكÙمْ مَرÙيضًا أَوْ بÙه٠أَذًى Ù…Ùنْ رَأْسÙÙ‡Ù ini turun berkaitan dengaku”. Rasul SAW bersabda “shaumlah kamu tiga hari, atau bersedekah sekitar tiga sha’ untuk enam orang, atau menyembelih hewan qurban yang mudah didapat. Hr. al-Bukhari.[4] Berdasar hadits ini, jika seseorang terpaksa melanggar ihram, baik karena sakit atau sebab lainnya hendaklah membayar kafarat dengan menyembelih hewan. Kalau tidak mampu hendaklah bersedekah, atau shaum tiga hari.
- Shaum Nadzar
Nadzar ialah berjanji kepada Allah untuk melakukan sesuatu pekerjaan sebagai syukur atas keberhasilan atau terpenuhi cita-cita, atau terhindar dari bahaya. Nadzar termasuk ibadah kepada Allah SWT asalkan yang dinadzarkan itu menggambarkan taat kepada Allah dan tidak bertentangan dengan aturan-Nya. Rasul SAW bersabda:
مَنْ نَذَرَ أَنْ ÙŠÙØ·Ùيعَ اللَّهَ ÙÙŽÙ„Ù’ÙŠÙØ·Ùعْه٠وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصÙÙŠÙŽÙ‡Ù Ùَلَا يَعْصÙÙ‡Ù
“Barangsiapa yang nadzar untuk taat kepada Allah. Hendaklah ia mentaati dengan mematuhi-Nya. Barangsiapa yang nadzar dengan ma’shiat, janganlah melaksanakan ma’shiat. Hr. al-Bukhari, Ibn Majah.[5]
Berdasar hadits ini, hanya nadzar yang berbentuk taat kepada Allah yang harus dipenuhi. Jika yang dinadzarkan itu berbentuk ma’shiat, maka harus dilanggar dan diganti dengan kafarat sumpah. Jika nadzar itu bercampur dengan yang sesuai aturan Allah dan yang tidak sesuai, maka yang dilakukan hanya yang sesuai dengan aturan Allah. Ibnu Abbas menerangkan bahwa Rasulullah saw pernah menemukan seseorang sedang berjemur dari terik matahari karena nadzar untuk tidak berteduh dan tidak berbuka shaum selama tiga hari. Saat itu juga Rasulullah saw memerintah orang tersebut untuk membatalkan nadzarnya dengan kafarat shaum tiga hari.[6] Oleh karena itu bernadzar dengan shaum boleh dilaksanakan. Adapun jumlah shaum nadzar tergantung kepada yang dijanjikan.
[1] Perhatikan kembali kajian Qs.2:184-185 pada bagian sebelumnya
[2] (Marwan Siwar, Muchtashar At-Thabari: 122).
[3] Â Shahih al-Bukhari, Juz IX h.59 no.2410
[4] Shahih al-Bukhari, no.1687
[5] Shahih al-Bukhari, no.6202, Sunan Ibnu Majah, I h. 678
[6] (Sunan Ibnu Majah, I: 690).