THURSINA (tafsir surat al-Tin:02)
2. وَطُورِ سِينِينَ dan demi thurisinin,
Allah SWT bersumpah dengan Thursina yang mangandung arti pula untuk menarik hamba-Nya memperhatikan sejarah masa silam, keadaan masa kini dan menggapai masa depan. Dikaitkan dengan ayat pertama tentang tin dan zaitun yang berupa konsumsi badani, maka dengan sumpah berupa bukit dan lembah mengandang perhatian lingkungan sekitar. Bahwa dalam menjaga keutuhan ahsani taqwim penting pula menjaga kemaslahatan lingkungan.
Hampir semua ahli tafsir menyepakati bahwa Bukit Thursina adalah bukit saat Musa menerima wahyu dari Allah. Namun, mereka berbeda pendapat dalam memutuskan di mana letak Bukit Thursina tersebut. Setidaknya, ada beberapa versi tentang Bukit Thursina, antara lain sebabagi berikut.
Versi Pertama
Sejumlah ahli tafsir meyakini bahwa Bukit Thursina sebagaimana disebutkan dalam surah Attin berada di wilayah Mesir yang lokasinya berada di Gunung Munajah, di sisi Gunung Musa yang tingginya sekitar 2.285 meter di atas permukaan laut. Lokasi ini dikaitkan dengan keberadaan Semenanjung Sinai. Pendapat ini didukung oleh Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur’an. Menurut Quthb, Thursina atau Sinai itu adalah gunung tempat Musa dipanggil berdialog dengan Allah SWT. Dalam versi ini pula, banyak pihak yang meyakini bahwa daerah Mesir adalah tempat yang disebutkan sebagai Thursina. Sebab, di daerah ini, terdapat sebuah patung anak lembu. Peristiwa ini dikaitkan dengan perbuatan Samiri, salah seorang pengikut Nabi Musa yang berkhianat. Allah SWT berfirman:
وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَى مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Qs.7:148
Ketika kaum Bani Israil keluar dari tanah Mesir, mereka banyak membawa perhiasan masyarakat Mesir (berupa emas dan perak). Para wanita Bani Israil telah meminjamnya untuk dipakai sebagai hiasan. Perhiasan tersebut dibawa ketika mereka keluar dari Mesir. Mereka kemudian melepaskan perhiasan tersebut karena diharamkan. Setelah Musa pergi ke tempat perjumpaan dengan Rabb-nya, Samiri mengambil perhiasan itu dan menjadikannya sebagai patung anak lembu yang bisa mengeluarkan suara melenguh jika angin masuk ke dalamnya. Mungkin, segenggam tanah yang dia ambil dari jejak utusan (Jibril) membuat patung anak lembu tersebut dapat melenguh. Karena itu, menurut sebagian ahli tafsir, Thursina terletak di Sinai. Inilah versi pertama. Jika yang dijadikan sumpah pada surat al-Tin ini bukit Sinai, maka mengingatkan sejarah perjuangan Nabi Musa dalam mentauhidkan bangsa Israil. Namun menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, pendapat pertama yang mengatakan Thursina berada di wilayah Mesir sangat lemah, sebab, perkataan itu hanya mengandung kekeliruan pemahaman سِينِينَ yang diidentikkan dengan kata ‘Sinai’. ”Siapa yang bisa memastikan bahwa yang dimaksud Allah SWT dengan Thursina itu adalah Sinai, Mesir? Sekiranya memang benar demikian, tentunya Allah SWT tidak mengatakan سِينِينَ Siniin jika maksudnya Sinai.
Versi Kedua
Mengutip pendapat Muhammad bin Abdul Mun’im al-Himyari, dalam bukunya Al-Raudh al-Mi’thar fi Khabari al-Aqthar, Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadis, menyatakan bahwa Thursina adalah bukit yang terletak di barat daya negeri Syam. Di sini, Allah SWT berbicara secara langsung dengan Nabi Musa AS. Sementara itu, dalam al-Qamus al-Islam, kata ‘Thursina’ adalah gunung yang tandus atau gersang. Nama bukit ThurSina disebutkan dalam Alquran sebagaimana surah Attin ayat 2 dan surah Almu’minun: 20.
وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلْآَكِلِينَ
dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan makanan bagi orang-orang yang makan.Qs.23:20.
Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan, banyak dalil yang menguatkan pendapat bahwa yang dimaksud Thuur Siniin adalah bukit di Baitul Maqdis. Di antara pendapat yang disebutkan Ar-Razi adalah mufassir seperti Qatadah dan al-Kalibi yang menyatakan kata Thuur Siniin (Sinai) adalah bukit yang berpepohonan dan berbuah-buahan. apakah ini adalah Sinai, Mesir? ”Kalau memang ya, tentu tak seorang pun yang membantahnya,”. Menurut pendapat ini, justru yang dimaksud dalam ayat itu adalah Thur Sina, bukit di Baitul Maqdis dan Balad al-Amin adalah Makkah. Argumentasinya antara lain
(1) Firman Allah (Almu’minun ayat 20) di atas. Ayat ini, mengikat dan menghimpun dengan kuat antara ‘Thursina’ dan hasil bumi serta tumbuh-tumbuhan penghasil minyak bagi orang yang makan. Sementara itu, lanjutnya, di Sinai (Mesir) tidak ada pohon zaitun yang mampu menghasilkan buah, apalagi mengeluarkan minyak. Menurut dia, ayat 20 surah Almu’minun dan ayat 1-3 surah Attin itu justru merujuk pada tanah suci di Palestina. Di Palestina, terdapat banyak pohon zaitun yang terus berproduksi di sepanjang tahun sehingga penduduk di sekitar Baitul Maqdis menamakannya dengan ”Bukit Zaitun” dan Allah SWT telah berseru kepada Musa di tempat yang diberkahi di sisi bukit.
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam, Qs.28:30
Hal yang sama juga diungkapkan Shalahuddin Ibrahim Abu ‘Arafah, seorang ulama asal Palestina. Menurutnya, Bukit Thursina adalah tempat yang diberkahi. Dan, tempat yang diberkahi itu adalah Palestina sebagaimana surah Al-Isra ayat 1 yang menceritakan peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Keterangan ini makin diperkuat lagi dengan ayat 16 surah Annaziat
إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى ”Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci, yaitu Lembah Thuwa.” (Annaziat: 16). dan ayat 21 surah Almaidah.
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi..” (Almaidah: 21).
Lembah suci itu, pada zaman Nabi Musa hanya ada dua, yaitu Makkah dan Palestina. Oleh karena itu lebih tepat diartikan bahwa طُورِ سِينِينَ turisinin pada surat al-Tin adalah bukit yang berada di Palestin.
(2) Terdapat peristiwa Nabi Musa AS menerima wahyu saat keluar dari Mesir akibat kejaran Firaun. Karena itu, pendapat ini menegaskan bahwa yang dimaksud Thursina itu sudah berada di luar Mesir. Seperti diketahui, Semenanjung Sinai merupakan wilayah yang sangat luas, yaitu mencapai 9.400 km persegi dengan panjang sekitar 130 km. Sisi pertamanya adalah Teluk Aqabah dengan panjang 100 km. Di sisi keduanya adalah Teluk Suez dengan panjang 150 km. Sedangkan, gunung tertinggi di semenanjung Sinai adalah Gunung Katrina (2.637 m).
Jika yang sumpah Allah SWT dalam surat al-Tin ini adalah Thursina bukit al-Maqdis, maka mengingatkan banyak pelaku sejarah terbesar di dunia seperti (1) Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Ya’qub dan sejarah terwujudnya Bani Istrail; (2) Masjid al-Aqsha sebagai tempat ibadah yang memiliki keutamaan; (3) Nabi Musa menerima bimbingan menghadapi berbagai tantangan; (4) Nabi Isa dilahirkan dan berda’wah; (5) Nabi Muhammad SAW mi’raj menuju Sidrat al-Muntaha.
Versi Ketiga
Pengertian وطور سينين mencakup segala bukit yang tumbuh subur di tanahnya berbagai tumbuhan yang berbuah. Pada dasarnya وكل جبل فيه أشجار مثمرة يسمى سينين وسيناء setiap bukit, yang tumbuh di sana berbagai pepohonan yang berbuah, maka bisa disebut sinin, atau sina. jadi menurut pengertian ini sumpah Alah mencakup segaa dataran tinggi yang tumbuh di atasnya berbagai pepohonan.