TAFAQQUH FI AL-DIN
KAJIAN HADITS AL-BUKHRI
TENTANG TAFAQQUH FI AL-DIN
A. Teks Hadits
1. Redaksi yang dikaji
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
Sa’id bin Ufair ([1]) berkata: Ibn Wahab([2]) telah menyampaikan hadits kepada kami dari Yunus([3]), dari Ibn Syihab([4]) yang menerangkan bahwa Humaid bin Abd al-Rahman([5]) mengatakan: Saya mendengar Mu’awiyah ([6]) sebagai khathib mengatakan: Saya mendengar rasul SAW bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan, diberi-Nya kemampuan memahami agama secara mendalam. Saya hanyalah sebagai pembagi dan Allah sebagai pemberi. Tiada hentinya umat yang faham agama ini tegak atas ketentuan Allah. Orang yang melawannya tidak akan memadaratkan mereka sehingga keputusan Allah tiba di ahri nanti. Hr. Al-Bukhari. [7]
2. Redaksi lainnya dalam riwayat al-Bukhari
REDAKSI HADITS | NO | TARJAMAH | |
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَاللَّهُ الْمُعْطِي وَأَنَا الْقَاسِمُ وَلَا تَزَالُ هَذِهِ الْأُمَّةُ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ |
2884 bab bagoan seperlima |
Barangsiapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan, diberi-Nya pemehaman tentang agama. Allah yang memberi, saya yang membagikan. Umat yang memperdalam keagamaan akan selalu meraih kemenangan terhadap lawannya, sehingga datang perintah Allah, sedangkan mereka tetap menang |
|
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَيُعْطِي اللَّهُ وَلَنْ يَزَالَ أَمْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ مُسْتَقِيمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ أَوْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ |
6768 bab berpegag teguh pada kitab dan sunnah |
Barangsiapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan, diberikan-Nya pemahaman mendalam tentang agaama. Saya hanya sebagai pembagi dan Allah sebagai pemberi. Umatku ini tidak hentinya istiqamah sehingga datang suatu saat atau ketentuan Allah. |
B. Essensi Hadits
1. Jaminan bagi yang tafaqquh fi al-Din, antara lain (a) bakal meraih kebaikan, (b) tidak akan terpengaruh oleh penentangnya, (c) tidak terkena madlarat yang diakibatkan kurang pengikut,(d) selalu berada pada posisi yang menang hingga akhir zaman.
2. Rasul SAW hanya sebagai penyampai apa yang telah ditetapkan Allah SWT.
3. Yang menghentikan kegiatan tafaquh fi al-Din hanyalah kiamat.
4. Orang yang tafaqquh, kuat pendirian dalam memegang teguh agama Allah bersumber pada al-Qur`an dan al-Sunnah
C. Tafaqquh fi al-Din Sebagai Bagian dari Perjuangan
a. Satuan Tugas Pejuang
Dalam tabel di atas tergambar bahwa kaum mu`min terdiri atas dua satuan tugas besar yaitu (1) لينفروا maju di fron depan, yang terjun ke medan perang untuk memberantas kemunkaran, (2) ليتفقهوا في الدين berada di posisi belakang memperdalam berbagai ilmu baik syar’iyah maupun ilmiyah serta mengembangkannya. Kelompok pertama lebih sering disebut mujahid, dan kelompok kedua dikenal dengan mujtahid dan mujaddid. Menurut riwayat Abu Hatim dari Ikrimah, perintah membagi tugas itu berkaitan dengan firman Allah SWT:
إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Qs.9:39
Tatkala surat Qs.9:39 turun, semua shahabat mendaftarkan diri sebagai tentara yang siap berperang melawan musyrikin, tidak lama kemudian turun Qs.9:122 yang memerintahkan agar kaum muslimin dibagi dua bagian.[8] Dengan demikian memperjuangkan al-Islam, di samping dengan perang, juga dengan melalui tafaqquh fi al-din.
b. Tugas Masing-masing Kedua Satuan
Tugas utama mujahid askari adalah menumpas lawan dengan al-Qital (perang fisik) sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Qs.2:190
Adapun tugas utama mujahid Fikri yang tafaquh fi al-Diin adalah jihad melalui pendidikan dan memberi peringatan, sebagai mana ditandaskan:
فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Qs.9:122
D. Target Jihad dengan Qital dan Tafaqquh
Gambar di atas mengisyaratkan bahwa jihad dengan qital maupun tafaqquh, mempunyai tujuan yang sama yaitu (1)جَاهدوا المشرِكِيْن memerangi kemusyrikan baik dengan harta, tenaga maupun lisan, [9] dan (2) لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ menampakkan keungguhlan Islam di atas agama yang lainnya.[10]
Namun memperhatikan kedua ayat yang tercantum dalam gambar di atas, sasaran antara yang menjadi target dari kedua macam satuan tugas itu berbeda. Pengunci ayat Qs.61:9 dan Qs.9:33 berbunyi وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (walau orang musyrik tidak senang, alias membenci), berbeda dengan pengunci Qs.48:28 yang berbunyi وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (cukup Allah sebagai saksi). Dengan demikian target tafaqquh adalah mengubah musyrikin agar bisa kembali kepada Islam dengan sukarela, dan target qital ialah menaklukan musyrikin yang tidak mau menerima da’wah dan melawan musuh islam lainnya. Perhatikan gambar berikut:
Adapun fungsi jihad dengan qital lebih lengkapnya antara lain tersirat pada ayat berikut:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (*) وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ(*)فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ(*)وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ( (*
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. Qs.2:191-193
Berdasar ayat-ayat ini fungsi qital, lihat tabel berikut.
SASARAN YANG JADI TARGET | TERSIRAT PADA AYAT |
Menegakkan agama Allah |
في سبيل الله – ويَكُونَ الِّدين ِلله |
Membela diri |
الذين يُقَاتلُونَكُم |
Menghukum dengan stimpal |
ولاتَعْتَدُوا |
Memeprtahankan haq |
من حيث أَخْرَجُوكُمْ |
Memberantas kekacauan fitnah |
والْفِتْنَة أَشَدُّ من القَتْلِ-حَتَّى لاَتَكُوْن فِِتْنَة |
Menjaga kesucian masjid |
ولا تُقَاتِلُوهُم عِنْد المَسْجِد الحَرَام حَتَّى يُقَاتِلُوكُم فيْه |
Menyebarkan ampunan |
فَأِن انْتَهَوا فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْم |
Membela perdamaian dengan yang tidak zhalim |
فَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِميْن
|
Menumpas kezhaliman |
على الظالمين |
Oleh karena itu alat jihad dengan qital mesti dalam bentuk senjata.
Perhatikan firman Allah SWT berikut:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). Qs.8:60
E. Sifat Yang Tafaqquh fi al-Din berdasar beberapa ayat
Sifat orang yang tafaqquh fi al-Din berdasar beberapa ayat al-Qur`an dapat dilihat pada tabel berikut:
TEKS AYAT |
TARJAMAH |
SIFAT TAFAQUH |
||
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ Qs.39:9 |
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. |
1.Terus menerus mengali ilmu |
||
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ Qs.21:7 |
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. |
2. mau bertanya pada ahlinya 3. siap ditanya tentang ilmu |
||
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا Qs.17:36 |
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. |
4. tidak taqlid
5. siap mempertanggung jawabkan pendapat |
||
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ Qs.39:17 |
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, |
6. menjauhi thaghut 7. hanya menjadi hamba Allah 8. selalu mengembalikan permasalahan pada hukum Allah |
||
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ Qs.39:18 |
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. |
9. memperhatikan pendapat yang berbeda 10.memilih pandangan yang lebih baik 11. memohon petunjuk Allah 12. menggunakan akal, fikiran, rasa rasio dalam menganalisis |
||
Ayat dan atsar shahabat di atas menunjukkan bahwa tafaqquh itu hanya bisa dite,mpuh oleh orang yang berilmu secara mendalam. Untuk memperoleh ilmu diperlukan terus menerus belajar. Inilah yang menjadi sasaran dalam wahyu pertama (Qs.al-Alaq:1-5) yang menugaskan membaca, menulis dan mengajar.
Sedangkan kepribadian yang berjihad dengan tafaquh tergambar pada wahyu yang diturunkan Allah SWT di awal kenabian.
[1] Sa’id bin Katsir bin Ufair bin Muslim bin Yazid keturunan Anshar. Dikenal dengan nama Abu Utsman sebagai murid dari atba al-tabi’in, wafat di Marw tahun 226H
[2] Abd Allah bin Wahab bin Muslim keturunan Quraisy, dijuluki Abu Muhammad, murid Tabi’in, wafat di Marw tahun 197H
[3] Yunus bin Yazid bin Abi al-Najar, keturunan al-Ayli, dijuluki Abu Yazid, murid Tabi’in, lama hidup di Syam, wafat di Marw tahun 159H
[4] Muhammad bin Muslim bin Abd Allah bin Abd Allah bin Syihab keturun Quraisy al-Zuhry, tabi’in pertengahan, dijuluki Abi Bakr, wafat di Madinah tahun 125H
[5] Humaid bin Abd al-Rahman bin Awf, keturunan Quraisy al-Zuhry, dijulki Abi Ibrahim, sebagai tabi’in besar wafat di Madinah tahun 105H
[6] Mu’awiyah bin abi Sufyan Shahr bin Harb bin Umayah, keturunan Quraisy al-Umawi, shahabat yang dijuluki Abu Abd al-Rahman, pendiri dinasti Umayah, wafat di Syam 60H
[7] Shahih al-Bukhari pada bab Ilmu, no 88
[8] Wahbah al-Zuhayli, al-tafsir al-Munir, XI h.76
[9] Sunan al-Darmi, II h.280
[10] lihat Qs.9:33, Qs.48:28 dan Qs.61:9