ali-Imran:142-143 (PANTASKAH MASUK SURGA TANPA JIHAD)
PANTASKAH MASUK SURGA?
(kajian tafsir ali Imran: 142-143)
A. Teks Ayat dan Tarjamahnya
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ () وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya... Qs.3:142-143
B. Kaitan dengan ayat sebelumnya
AYAT 139-141 |
AYAT 142-143 |
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ () إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ () وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ () |
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ () وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
|
Peristiwa perang uhud yang merugikan fihak muslim, jangan menimbulkan kesedihan dan penyesalan yang berkepanjangan, karena mu’min merupakan umat yang ungul melebihi yang lainnya (ayat 139). Bila kaum muslimin mengalami kendala, fihak musuh pun demikian. Kebdala dan kesuksesan yang dialmi muslim dalam berjuang, mengandung hikmah, terutama menguji kualitas keimanan, menghapus dosa, meningkatkan derajat muslim sebagai syuhada (3:140), serta membinasakan kekufuran (qs.3:141). Ayat 142 ini dengan nada bertanya; apakah manusia mengira akan masuk surga tanpa jihad? Dengan demikian apa pun tantangan yang dihadapi, jihad harus tetap berjalan. Sedangkan ayat 143 menunjukan bahwa mu’min selalu mengharapkan jadi syuhada, demi meraih surga.
C. Tafsir Kalimat
1. أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
Menurut Abi al-Su’ud,[1] kalimat ini utamanya ditujukan kepada nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk memberikan dorongan agar mereka shabar menghadapi tantangan dalam perjuangan mengekkan kebenaran memberantas kebatilan. Walau ajaran yang dida’wahkan itu merupakan kebenran mutlak, tapi nyatanya banyak orang yang tidak mau mengerti atas seruan kebenaran tersebut, tantangan itu muncul dari berbagai lapisan masyarakat, baik dari yang orang musyriki, ahl al-Kitab, maupun yang sudah mengaku Islam tapi masih lemah imannya. Pangkal ayat ini menggunakan kalimat tanya, agar yang membacanya mau mengerti. Pamtaskah orang beriman itu beranggapan bahwa iman tanpa disertai ujian. Pantaskah beranggapan bahwa mencapai surga tanpa usaha. Kebahagiaan dunia juga perlu usaha, apalagi kebahagian surga yang kekal dan abadi. Tiada iman tanpa ujian, tiada ujian tanpa tantangan. Dalam ayat lain ditegaskan:
الم () أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ () وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Qs.29:1-3
Dengan nada bertanya ayat ini menegur orang yang tidak mau menghadapi ujian keimanan, atau yang lumtur keimanannya bila sedang menghadapi tantangan. Tidak sepatutnya mu`min menganggap mudah atas perjuangan mempertahakankan keimanan dan memanifestasikannya dalam kehidupan. Bukankah umat terdahulu pun banyak mu`min yang menghadapi tantangan, sehingga terlihat jelas perbedaan antara yang benar dan yang dusta. Dengan demikian pada ayat ini tersirat pula bahwa salah satu fungsi ujian adalah untuk memperjelas bukti perbedaan antara yang benar keimanannya dan yang pura-pura iman, antara yang kuat dan yang lemah keimanannya. Rasul SAW bersabda:
لَمْ يَبْقَ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا بَلَاءٌ وَفِتْنَةٌ
Tidak ada yang tetap dari dunia, selain cobaan dan pitnah. Hr. Ibn Majah,[2] Dalam hadits lain ditandaskan:
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
Cobaan akan tetap menimpa mu’min baik pada dirinya, anak dan hartanya sehingga menghadap Allah SWT sambil terhapus kesalahannya.. Hr. al-Tirmidzi, [3]
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Sesungguhnya yang paling besar balasan pahala adalah yang disertai beratnya cobaan. Sesungguhnya Alllah bila mencintai suatu kaum, akan memberikan cobaan pada mereka. Barang siapa yang rido menghadapi cobaan, maka Allah akan rido padanya. Barang siapa yang marah pada cobaan, maka Allah akan murka padanya. Al-Tirmidzi dan ibn Majah.[4]
2. وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu,
Perkataan جِهَاد jihad menurut bahasa berasal dari ج ه د yang berarti mengerahkan segala kemampuan dan kesungguhan untuk meraih sesuatu. Sedang dalam syari’ah jihad berarti mengerahkan segala kemampuan dan kekuatan untuk membela Agama Allâh SWT. Al-Jurjani memberikan difenisi:الجِهَاد هُو الدُّعَاء إلَى الدِّيْن الحَقِّ Jihad ialah menyeru dengan sungguh-sungguh kepada agama yang benar . [5] Jihad dilakukan dengan berbagai hal, antara lain tersirat pada sabda Rasûl SAW sebagai berikut:جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ Jihadlah untuk mengalahkan musyrikin dengan harta, tangan dan lisan kalian. Hr. al-Nasa`i, Ibn Hibban, Abu Ya’la.[6] Dalam riwayat lain redasksinya adalah:جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ Jihadlah untuk mengalahkan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lisanmu. Hr. Ahmad, Abu Dawud, al-Darimi,[7]
Allah SWT menguji kualitas dan kuantitas jihad orang mu’min. Siapa yang berjihad, berarti calon surga. Orang yang tidak berjihad masih diragukan jadi calon surga. Sabda Rasul SAW:
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
Barangsiapa mati tidak berjihad dan tidak memprogramkannya, maka mati dlam satu bagian dari nifaq (Hr. Muslim,)[8]
3. وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Allah SWT juga mengtuji calon surga dengan kesabaran. Semakin tinggi kualitas keshabaran seseorang semakin dekat ke surga. Ibn Abbas, menerangkan bahwa shabar di sini mengandung arti الصَّبْرُ عَلَى أدَاء فَراَئِض الله وَتَرْكِ الْمَعَاصِي (mematuhi segala yang diperintahkan Allâh dan menjauhi segala ma’shiat).[9] Shabar juga mengandung arti disiplin dalam menaati perintah Allâh SWT, mengejar ridlo-Nya, dan menahan hawa nafsu.[10] Berdasar beberapa ayat dan hadits, secara garis besarnya shabar itu terdiri 9 kategori, sebagai berikut
(1) الصَّبْر لِحُكْمِ الله yaitu kuat dan disimplin dalam menaati aturan dan hukum Syari’ah Allah SWT. Allâh SWT berfirman: فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo’a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Qs.68:48. فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ ءَاثِمًا أَوْ كَفُورًا Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. Qs.76:24
(2) الصَّبْر عَن الْمَعْصِيَّة yaitu tahan dalam menjauhi ma’shiat. Diriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah, bahwa al-Zuhri,[11] ketika ditanya tentang zuhd, menyatakan الصَّبْرُ عَنِ الحرَام والشُّكْر عَلى الحَلال shabar dalam menjauhi yang haram, dan syukur dalam menerima yang halal.[12] Dengan demikian, shabar juga mengandung arti menjauhi ma’shiat dan tahan menghadapi godaan. Perhatikan hadits berikut
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
Dari Ibn Umar diriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda: orang mu`min yang bergul dengan masyarakat dan shabar atas godaannya lebih besar pahalanya daripada orang mu`min yang menjauhi masyarakat karena tidak shabar atas gangguannya. Hr. ibn Majah dan al-Bayhaqi.[13]
(3) الصَّبْر على الْمُصِيْبة yang berarti tabah atas mushibat yang menimpanya. Rasul SAW bersabda:إِنَّ الصَّبْرَ عِنْدَ أَوَّلِ صَدْمَةٍ Sesungguhnya shabar itu berada pada pukulan pertama. Hr. Al-Bukhari, Muslim.[14] Mushibat yang paling berat adalah yang menimpa pertama kali, karena yang datang berikutnya biasanya sudah kebal bahkan sudah terlatih. Orang yang baik adalah yang shabar sejak pertama kali menerima mushibat.
(4)الصبر في طلاب العلم Shabar dalam mencari ilmu. Shahabat yang menggunakan suara keras memanggil rasul karena ingin segera menerima pelajaran, ditegur al-Qur`an. Allah SWT berfirman:إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ*وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Qs.49:4-5.
Pentingnya shabar dalam thalab ilmu juga dapat dilihat dalam kisah nabi Musa dengan Haidlir dalam surat al-Kahf secara panjang lebar.
(5) الصبر على ما يقول الناس shabar atas apa yang dikatakan manusia. Firman Allâh:فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya).. Qs.50:39.
(6) الصبر في الإمَامةshabar dalam memimpin. Allah SWT berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. Qs.32(al-Sajdah):24
(7) الصبر في القتال shabar dalam perang, seperti disiplin pada taktik dan strategi yang paling canggih. Allâh SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Qs.8:65.
(8) الصبر على العدوShabar mengatasi musuh. Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(*)وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ(* Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Qs.8:45-46
(9) الصبر في التأديب shabar dalam mendidik
Allah SWT berfirman:وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. Qs.20:132
4. وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.
Menurut Ibn Abbas, tatkala Allah SWT menyampaikan berita gembira bagi kaum muslimin betapa mulia syuhada Badar di sisi Allah, maka banyak umat yang menginginkan mati syahid. Kemudian terjadi perang Uhud yang menelan korban di kalangan muslimin sehingga menjadi syuhada, maka mereka telah menyaksikan buktinya. Ayat memberikan gambaran yang jelas bahwa kaum muslimin yang berjuang di jalan Allah, baik yang gugur maupun yang meraih kemenangan, tetap meraih kedudukan yang mulia di sisi Allah.
E. Beberapa Ibrah
1. Jangan menyangka seseorang bisa masuk surga dengan mudah tanpa melalui proses menempuh jalan menuju ke sana. Surga diperuntukan bagi orang yang sudah jelas berjuang dengan jihad dan shabar sehingga nampak bukti keinginannya dengan kesungguhan.
2. Jihad dan shabar merupakan langkah untuk meraih surga. Jihad merupakan lambang perjuangan menegakkan kalimah Allah, mengubah kondisi keluarga dan umat untuk menjalankan syari’ah Allah. Sedangkan shabar merupakan karakter peribadi muslim sejati dalam menjalakan syari’ah Ilahi baik dalam kehidupan berpribadi maupun berkelompok.
3. Mengharapkan segera mati ataupun terlalu takut menghadapi kematian, merupakan tanda orang yang tidak shabar. Orang shabar tidak takut mati, tidak pula mengharapkan segera mati, melainkan semangat menempuh hidup dan mempersiapkan bekal menghadapi kematian.
[1] Tafsir Abi al-Su’ud, I h.215
[2] Sunan Ibn Majah, II h.1339
[3] Sunan al-Tirmidzi, IV h.602
[4] Sunban al-Turmidzi, IV h.601, Sunan Ibn Majah, II h.1338
[5] al-Ta’rifat, h.80
[6] sunan al-Nasa`I, VI h.7, Shahih Ibn Hibban, XI h.6, Musnad, VI,468
[7] Musnad Ahmad, III h.124, Sunan Abi dawud, III h.10, Sunan al-Darimi, II h.280,
[8] Shaih Muslim, III h.1517
[9] Tanwir al-Miqbas ‘an tafsir Ibn Abbas, h.8
[10] Tafsir al-Tsa’alibi, I h.57
[11] Muhammad bin Muslim al-Zuhri (51-125H), Ulama besar dari kalangan tabi’in yang paling pertama mentadwin (membukukan secara sistematis) hadits, yang ia terima langsung dari shahabat seperti Ibn Umar, Anas, Jabir, Ubadah bin shamit, Abu Hurairah
[12] Abu Sa’id, Ahmad bin Muhammad (245-340H), al-Zuhd wa shimat al-Zahidin, I h.19
[13] Sunan Ibn Majah, II h.1338, Sunan al-Bayhaqi al-Kubra, X h.89
[14] shahih al-Bukhari, VI h.2615, Shahih Muslim, II h.637