ARTI HADITS
A. Latar Belakang
Allah SWT menciptakan manusia sebagai hamba-Nya, khalifah, dan pengemban amanah. Karena kedudukan manusia yang begitu tinggi dan mulia di atas makhluq lainnya, maka memerlukan pedoman yang lengkap dalam hidupnya. Allah SWT menurunkan pedoman hidup yang lengkap untuk manusia yaitu berupa kitab yang diturunkan melalui Rasul-Nya.
Dalam menempuh hidup berdasar kitab Allah tersebut diperlukan adanya figur dan petunjuk pelaksanaan yang rinci dan operasional (Qs.16:44). Allah SWT mengutus para Rasul-Nya sebagai figur bagi umatnya dalam melaksanakan segala aturan-Nya (Qs.9:33). Rasul yang diutus Allah SWT ke dunia, jumlahnya tidak ada yang tahu selain yang mengutus dan yang diutus oleh-Nya. Dari sekian banyak rasul yang diutus itu ada yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang lainnya (Qs.2:253). Demikian pula umat yang menjadi tanggung jawab pembinaannya ada yang sangat luas dan ada pula yang terbatas. Nabi Muhammad SAW yang diutus terakhir oleh Allah SWT, mempunyai tanggung jawab membina umat paling besar, karena bukan hanya satu suku atau satu bangsa, melainkan seluruh alam semesta (Qs.21:107). Oleh karena itu, saat ini bangsa mana pun dan umat di mana pun mereka berada, dalam menaati dan mencintai Allah SWT mesti mengikuti Rasul SAW.
Allah SWT berfirman:
Ù‚Ùلْ Ø¥Ùنْ ÙƒÙنْتÙمْ ØªÙØÙØ¨Ù‘Ùونَ اللَّهَ ÙÙŽØ§ØªÙ‘ÙŽØ¨ÙØ¹ÙونÙÙŠ ÙŠÙØÙ’Ø¨ÙØ¨Ù’ÙƒÙم٠اللَّه٠وَيَغْÙÙØ±Ù’ Ù„ÙŽÙƒÙمْ ذÙÙ†ÙوبَكÙمْ وَاللَّه٠غَÙÙورٌ رَØÙيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.†Qs.3:31.
Beliau juga merupakan Rasul yang menjadi uswah hasanah atau teladan terbaik bagi umatnya. Firman Allah SWT:
لَقَدْ كَانَ Ù„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙÙŠ رَسÙÙˆÙ„Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø£ÙØ³Ù’وَةٌ ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©ÙŒ Ù„Ùمَنْ كَانَ يَرْجÙÙˆ اللَّهَ وَالْيَوْمَ Ø§Ù„Ù’Ø¢Ø®ÙØ±ÙŽ ÙˆÙŽØ°ÙŽÙƒÙŽØ±ÙŽ اللَّهَ ÙƒÙŽØ«Ùيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul Allah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.†Qs.33:21
Ayat ini mengisyaratkan bahwa segala prilaku Rasul SAW itu menjadi teladan bagi umatnya, yang mengharap kehidupan di akhirat lebih baik dan mendapat rido dari Allah SWT. Persoalannya bagaimana metode dan cara berteladan pada Rasul itu? Apa saja yang mesti diteladani dari Rasul? Dari mana sumbernya untuk mendapatkan informasi tentang apa saja yang mesti diteladani?
Â
B. Sunnah, Hadits dan Khabar
Sumber keteladan Rasul SAW sering diistilahkan Hadits, Khabar terkadang disebut al-Sunnah. Perhatikan gambar berikut:
Â
Gambar ini memberi isyarat bahwa sumber keteladanan rasul itu terdiri dari tiga istilah yaitu al-Sunnah, al-Hadits dan al-Khabar.
a. Disebut Sunnah
Sumber teladan dinamai سÙنَّة  sunnah yang berarti tradisi, kebiasaan atau ketentuan, karena Rasul SAW menggunakan istilah ini seperti pada sabdanya:
ÙَعَلَيْكÙمْ Ø¨ÙØ³ÙنَّتÙÙŠ وَسÙنَّة٠الخÙÙ„ÙŽÙَاء Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙŽØ§Ø´ÙØ¯Ùين المَهْدÙÙŠÙّيْن
“Hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah al-Khulafa al-Rasyidin yang mendapat petunjuk.†Hr. Abu Daud, al-Turmudzi.[1]
Dalam hadits lain, beliau juga menandaskan:
Ùَمَنْ Ø±ÙŽØºÙØ¨ÙŽ Ø¹ÙŽÙ†Ù’ سÙنَّتÙÙŠ Ùَلَيْسَ Ù…ÙنّÙÙŠ
“Barangsiapa yang tidak menyenangi sunnahku, maka bukan golonganku.†Hr. al-Bukhari.[2]
b. Disebut Hadits
Sumber teladan Rasul dinamakan ØØ¯ÙŠØ«  hadits yang berarti peristiwa, perkataan, atau kejadian. Rasul SAW menyebutkan tentang apa yang disampaikan sebagai hadits. Sabda-Nya:
أَلَا Ø£ÙØ®Ù’Ø¨ÙØ±ÙÙƒÙمْ عَنْ الدَّجَّال٠ØÙŽØ¯Ùيثًا مَا ØÙŽØ¯Ù‘َثَه٠نَبÙيٌّ قَوْمَه٠إÙنَّه٠أَعْوَر٠وَإÙنَّه٠يَجÙÙŠØ¡Ù Ù…ÙŽØ¹ÙŽÙ‡Ù Ù…ÙØ«Ù’ل٠الْجَنَّة٠وَالنَّار٠ÙَالَّتÙÙŠ ÙŠÙŽÙ‚Ùول٠إÙنَّهَا الْجَنَّة٠هÙÙŠÙŽ النَّار٠وَإÙنّÙÙŠ أَنْذَرْتÙÙƒÙمْ بÙه٠كَمَا أَنْذَرَ بÙÙ‡Ù Ù†ÙÙˆØÙŒ قَوْمَهÙ
“Tidakkah perlu kabarkan kepadamu tentang Dajal sebagai hadits yang tidak ada nabi yang menyampaikan pada kaumnya? Dajal itu berpandangan satu, yang membawa sesuatu yang menye-rupai surga dan neraka. Apa yang dikatakannya surga, sebenarnya neraka. Dengan ini aku ingatkan kamu seperti nabi Nuh mengingatkan kaumnya.†Hr. Muslim.[3]
Istilah hadits juga sering digunakan shahabat dalam menyampaikan apa yang disabdakan Rasul SAW. Contohnya antara lain Anas bin Malik ketika hendak menyampaikan sabda Rasul SAW tentang tanda hari kiamat, menandaskan:
Ù„ÙŽØ£ÙØÙŽØ¯Ù‘ÙØ«ÙŽÙ†Ù‘ÙŽÙƒÙمْ ØÙŽØ¯Ùيثًا لاَ ÙŠÙØÙŽØ¯Ù‘ÙØ«ÙÙƒÙمْ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŒ بَعْدÙÙŠ
 “Aku sampaikan hadits, yang mungkin tidak ada yang menyampaikannya satu pun sepeninggalku.†Hr.al-Bukhari.[4]
c. Disebut Khabar
Sumber teladan diistilahkan خبر khabar sering digunakan Rasul SAW, seperti pada sabda-Nya tentang khabar menarik:
أَلاَ Ø£ÙØ®Ù’Ø¨ÙØ±ÙÙƒÙمْ Ø¨ÙØ®ÙŽÙŠÙ’ر٠الشّÙهَدَاء٠الَّذÙÙŠ يَأْتÙÙŠ Ø¨ÙØ´ÙŽÙ‡ÙŽØ§Ø¯ÙŽØªÙه٠قَبْلَ أَنْ ÙŠÙØ³Ù’أَلَهَا
“Tidakkah perlu aku khabarkan pada mu tentang saksi yang terbaik? Dialah yang siap bersaksi sebelum diminta.†Hr. Muslim.[5].
Sabda-Nya tentang khabar yang menakutkan:
أَلاَ Ø£ÙØ®Ù’Ø¨ÙØ±ÙÙƒÙمْ Ø¨ÙØ£ÙŽÙƒÙ’Ø¨ÙŽØ±Ù Ø§Ù„Ù’ÙƒÙŽØ¨ÙŽØ§Ø¦ÙØ±Ù قَالÙوا بَلَى يَا رَسÙولَ اللَّه٠قَالَ Ø§Ù„Ù’Ø¥ÙØ´Ù’Ø±ÙŽØ§ÙƒÙ Ø¨ÙØ§Ù„لَّه٠وَعÙÙ‚ÙÙˆÙ‚Ù Ø§Ù„Ù’ÙˆÙŽØ§Ù„ÙØ¯ÙŽÙŠÙ’Ù†ÙÂ
“Tidakkah aku khabarkan padamu tentang dosa yang paling besar? Shahabat menjawab: Tentu saja wahai Rasul! Beliau bersabda: Menyekutukan Allah dan menyakiti orang tua.†Hr. al-Bukhari.[6]
Â
C.Definisi Hadits sebagai Sumber Teladan
Banyak ulama yang memberikan definisi tentang hadits, antara lain:
Abbas Hamadah menerangkan bahwa Hadits atau Sunnah Nabi yang menjadi teladan ialah:
ÙƒÙلّ٠مَا Ø£Ø«ÙØ±ÙŽ Ø¹ÙŽÙ†Ù Ø§Ù„Ù†Ù‘ÙŽØ¨Ùيّ٠صلى الله عليه وسلم Ù…Ùنْ قَوْل٠أوْ ÙÙØ¹Ù’ل٠أَوْ تَقْرÙيْر٠أَوْ صÙÙَة٠خَلْقÙيَّة أَوْ Ø®ÙÙ„ÙÙ‚Ùيَّةأَوْ سÙيْرَة٠سَوَاء أَكَانَ ذَلÙÙƒÙŽ قَبْلَ Ø§Ù„Ø¨ÙØ¹Ù’ثَة٠أمْ بَعْدَهَا
“Segala yang didapat dari Nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan, persetuju–an, sifat khalqiyah (fisik), sifat khuluqiyah (perangai), siroh (jalan kehidupan), baik sesudah diangkat jadi Nabi atau pun sebelum diangkat jadi nabi.â€[7]
Berdasarkan definisi ini, sumber hadits itu terdiri atas (1) ucapan Nabi SAW, (2) perbuatan Nabi, (3) perbuatan shahabat yang disikapi Nabi SAW, (4) sifat Nabi SAW yang diketahui sahabat, baik fisik maupun perangainya dan (5) riwayat kehidupan Nabi SAW.
Namun, Ajaj al-Khathib mengartikan Sunnah atau Hadits Nabi sebagai berikut:
اقوال النبي صلى الله عليه Ùˆ سلم وأَÙْعَالÙÙ‡ وَتَقَارÙيره Ù…Ùمَّا ÙŠÙŽØµÙ’Ù„ÙØ ÙØ§ÙŽÙ†Ù’ ÙŠÙŽÙƒÙوْنَ دَلÙيْلاً Ù„ÙØÙكْم٠شَرْعÙيّÙ
“Ucapan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW yang tepat dijadikan dalil hukum syari’ah.â€[8]
Dengan definisi ini, al-Khathib berpendapat bahwa Sunnah Nabi yang menjadi teladan itu hanya yang berkaitan dengan hukum syari’ah.
Antara al-Qur`an dengan al-Sunnah memiliki persamaan dan perbedaan seperti berikut:
Perbedaan al-Qur’an dengan al-Sunnah
AL-QUR`AN |
AL-SUNNAH |
ISI DAN REDAKSI DARI ALLAH |
ISI DARI ALLAH REDAKSI NABI |
MUJMAL (pokok-pokoknya yang prinsipil) |
MUFASHAL (rinci, mendetail, operasional) |
FAHAM ATAU TIDAK, SELAMA DIBACA BISA BERNILAI IBADAH |
AGAR BERNILAI IBADAH, MESTI DIBACA DAN DIPAHAMI |
TIDAK ADA YANG DIHAPUS KEBERLAKUKANNYA |
ADA YANG DIHAPUS KEBERLAKUKANNYA (غير معمول به) |
REDAKSI DAN ISI MUTAWATIR |
TIDAK SEMUA REDAKSINYA MUTAWATIR |
DITULIS & DIBACA SEMUA SAHABAT |
HANYA OLEH SEBAGIANNYA |
Al-Sunnah secara garis besarnya terdiri dari al-Qudsiyah dan al-Nabawiyah. Al-Sunnah atau al-Hadits al-Qudsi ialah wahyu yang difirmankan Allah SWT dan dikutip oleh nabi. Yang membedakan antara al-Qudsi dengan al-Nabawi ialah terletak pada redaksinya. Hadits Qudsi berisi kutipan firman Allah SWT. Sedangan Hadits Nabawi isinya berasal dari Allah SWT dan redaksinya dari Nabi SAW.
Di samping terdapat perbedaan, terdapat pula persamaan antara al-Qur’an dan al-Sunnah antara lain: (1) sebagai wahyu dari Allah SWT karena Rasul SAW tidak berbicara selain wahyu, (2) sebagai pedoman hidup dan sumber hukum, (3) menggunakan bahasa Arab, (4) tertulis oleh shahabat dan generasi berikutnya, (5) wajib ditaati, (6) mesti diajarkan, disebarluaskan dan dijaga keasliannya, (7) sejak rasul wafat tidak bertambah lagi.
Ditinjau dari sudut asal usulnya, hadits itu terdiri beberapa macam seperti berikut:
Jelaslah hadits itu terdiri qawli (ucapan), fi’li (perbuatan), taqriri (sikap persetujuan), hammi (rencana) dan tarki.
Dengan demikian, sumber hadits yang menjadi teladan itu terkadang langsung dari Rasul SAW dan terkadang dari Shahabat-Nya. Shahabat ialah:
مَنْ Ù„ÙŽÙ‚ÙÙŠÙŽ النَّبÙيَّ صلى الله عليه وسلم Ù…ÙØ³Ù’Ù„Ùمًا وَمَاتَ عَلىَ إسْلاَمÙه٠إمَّا مَن٠ارْتَدَّ بَعْدَه٠ثÙمَّ أسْلَمَ وَمَاتَ Ù…ÙØ³Ù’Ù„Ùمًا
“Shahabat ialah orang yang bertemu Nabi SAW dalam keadaan muslim dan mati sebagai muslim; walau pernah murtad asalkan kembali pada Islam dan wafat dalam keadaan muslim.â€[9]
[1] Sunan Abi Daud, IV h.200, Sunan al-Turmudzi, V h.44, Sunan Ibn Majah, I h.15
[2] Shahih al-Bukhari, V h.1949, no.4675,
[3] Shahih Muslim, IV h.2250, no.5227
[4] Shahih al-Bukhari, I h.43, no.79
[5] Shahih Muslim, III h.1344, Â no.3244
[6] Shahih al-Bukhari, V h.2314
[7] Abbas hamadah, al-Sunnah al-Nabawiyah, h.23
[8] Ajaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, h.27
[9] Abd al-Rahman Bin Abi Bakr al-Suyuthi, تدريب الراوي ÙÙŠ Ø´Ø±Ø ØªÙ‚Ø±ÙŠØ¨ النواوي (j. II h. 209