al-Nisa:137-139 (HUKUMAN BAGI MURTAD DAN MUNAFIQ)
HUKUMAN MURTAD DAN MUNAFIQ
(Kajian tafsir an-Nisa:137-139)
A. Teks Ayat dan Tarjamahnya
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلًا () بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا () الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Qs.4:137-139
B. Kaitan Ayat
1. Ayat sebelumnya menyerukan agar orang yang telah mengaku beriman, agar tetap memperbaiki dan meningkatkan kualitas keimanannya. Ayat berikutnya mengecam orang yang terkadang iman terkadang kufur. Dengan demikian bila ingin tetap beriman mesti berusaha menjauhkanndiri dari kekufuran.
2. Pada pengunci ayat sebelumnya ditegaskan bahwa orang yang kufur itu telah tersesat jalan dan menyimpang yang sangat jauh dari kebenaran. Ayat berikutnya mengungkap sebagian orang yang telah menderita kesesatan, yaitu orang yang murtad dan munafiq.
C. Tinjauan Historis
1. Menurut riwayat Qatadah dari Ibn Abbas, secara historis ayat ini tertuju pada kaum yahudi yang mengaku beriman kepada Nabi Musa, kemudian kufur pada nabi sesudahnya, kemudian iman pada Uzair, kemudian kufura pada Nabi Isa, dan bertambah kufur setelah Nabi Muhammad SAW diutus.
2. Menurut riwayat al-Hasan ayat ini secara historis tertuju kaum yahudi dan nashrani yang mengaku beriman kepada Taurat, tapi kufur pada al-Qur`an yang selanjutnya bertambah kufur.
3. Menurut Mujahid secara historis ayat ini mengungkap kebusukan orang munafiq yang terkadang mengaku beriman, terkadang kufur dan akhirnnya bertambah kufur.
D. Tafsir Kalimat
1. إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلًا () Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
Sebagian ulama menyimpulkan ayat ini sebagai batas kurtad yang dapat diampuni yaitu tiga kali, karena yang karena setelah itu bila mau masuk islam tidak akan diterima. Namun pendapat yanglainnya memandang bahwa yang tidak mendapat ampunan itu adalah yang ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا yaitu yang terus menerus pada kekukufuran atau bertambah kufur. Artinya kalau ternyata setelah kufur itu kembali pada keimanan, maka boleh jadi menjadapt ampunan, asalkan menjaga keimanannya sampai akhir hayat.
Setelah pada ayat sebelumnya ditegaskan bahwa orang yang beriman itu hendaklah terus berusaha meningkatkan keimanannya, maka pada ayat ini ditegaskan bahwa yang kufur setelah mengaku beriman sampai tiga kali tidak akan mendapat ampunan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud orang mu`min sejati adalah yang imannya kokoh tidak tergoyahkan. Bila ada yang kufur setelah iman, maka bukanlah mu`min tapi murtad. Siksaan di neraka yang ditimpakan kepada murtad bersifat kekal abdi, tdak ada keringanan dan tidak ada penangguhan. Dalam ayat lain ditegaskan:
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Qs.2:217
Kekalnya di neraka berlaku bagi yang mati dalam kekufuran, sebagaimana dintandaskan pada ayat lainnya:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. Qs.3:91
Adapun tanggung jawab muslim terhadap yang murtad tetap ada utamanya menda’wahi mereka supaya kembali pada keimanan. Setiap muslim tidak boleh membiarkan teman atau sahabatnya terjerumus pada kekufuran.
عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ حِينَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ:”أَيُّمَا رَجُلٍ ارْتَدَّ عَنِ الإِسْلامِ فَادْعُهُ، فَإِنْ تَابَ، فَاقْبَلْ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَتُبْ، فَاضْرِبْ عُنُقَهُ، وَأَيُّمَا امْرَأَةٍ ارْتَدَّتْ عَنِ الإِسْلامِ فَادْعُهَا، فَإِنْ تَابَتْ، فَاقْبَلْ مِنْهَا، وَإِنْ أَبَتْ، فَاسْتَتِبْهَا”
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, sesungguhnya Rasul SAW bersabda ketika mengutusnya ke Yaman: Siapapun laki-laki yang murtad dari Islam, ajaklah ia kembali. Jika ia bertaubat, terimalah taubatnya. Jika ia tidak mau bertaubat tebaslah lehernya. Siapapun perempuan yang murtad dari Islam, ajaklah ia bertaubat. Jika dia bertaubat, terimalah. Jika ia menolak paksanalah untuk taubat. Hr. Al-Thabarani[1].
Berdasar hadits ini orang yang murtad mesti diajak kembali ke jalan al-Islam, tapi bila menolak baru dapat divonis hukuman. Seberapa lama mengajak mereka kepada al-Islam, dalam hadits ini memang tidak ditentukan. Namun menurut ibn Hajar al-Asqalani sanad hadits ini adalah dla’if.[2] Menurut al-Haytsami, terdapat rawi yang tidak disebutkan namanya, tapi sanad lainnya dapat dipercaya.[3] Al-Syaukani menilai hadits ini sebagai hadits hasan, karena banyak yang mendukungnya.[4] Taubat dari dosa apapun, tetap ada kesempatan asalkan dilakukan dengan memenuhi syarat. Salah satu syarat taubat dari murtad adalah kembali pada keimanan, tidak bertambah kufur. Inilah salah satu alasan yang berpendapat bahwa taubat dari murtad ada batasnya, maksimal tiga kali. Sebagian mufasiir berpendapat bahwa kalimat لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلًا merupakan vonis bagi ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا (yang bertambah kufur). Tegasnya orang yang terus menerus kufur tidak akan mendapat ampunan dari Allah dan tidak akan mendapat petunjuk. Adapun bagi yang kembali pada keimanan secara benar dan meninggalkan kekufuran, masih dimungkinkan untuk menerima ampunan. Dalam ayat lain ditegaskan:
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. Qs.2:82
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah mengampuni dosa hambanya yang bertaubat secara benar yang dirangkaikan dengan amal shalih serta kembali ke jalan yang benar secara tetap. Dengan demikian yang tidak mendapat ampunan itu adalah yang bertambah kekufurannya hingga akhir hayat.
2. بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,
Perkataan بَشِّرِ biasanya bermakna beritakan dengan kabar gembira, tapi pada ayat ini justru kabar yang menyedihkan. Ini berfungsi celaan atau ejekan pada munafiq yang suka merasa bangga dengan keburukan. Mereka sering tidak merasa bersalah dengan kukufuran dan kema’siatannya. Oleh karena itu sampaikan pada mereka dengan wajah ceria bahwa mereka bakal menderita di akhirat sepanjang masa karena masuk neraka. Dikaitkan dengan ayat sebelumnya memberi isyarat pula bahwa orang yang plin-plan kadang mengaku iman, kadang mengaku kufur adalah sebagai sifat munafiq yang di dunia dan akhirat bakal menderita.
Orang munafiq sebenarnya tersiksa di dunia, hatinya terombang ambing diliputi serba ketakutan dan kekawatiran. Tatkala kufur akan merasa takut dan kawatir diketahui mu`min. tatkala mereka mengaku beriman, dilanda kawatir diketahui orang kafir.
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Qs.2:15
Orang munafiq akan selama tersiksa oleh ulahnya sendiri, hidupnya terombang ambing dalam kesesatan serba bingung tidak tahu jalan kebenaran.
3. الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min.
Salah satu sifat munafiq adalah suka mengangkat pemimpin dari kalangan orang kafir dan tidak mau dipimpin orang mu`min. dengan demikian walau munafiq itu terkadang menmgaku beriman, sebenarnya hatinya kafir hanya tidak ma uterus terang. Di kala mereka mengaku beriman hanyalah pura-pura, bukan keadaan sebenarnya. Oleh karena itu jika dalam memilih peminpin, munafiq tidak akan mau memilih yang mu`min. pangkal ayat ini juga memvonis bahwa orang yang memilih pemimpinnya dari kalangan orang kafir termasuk sifat munafiq, walau dengan alasan mencari kekuatan atau dukungan.
4. أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?
Banyak yang mengaku beriman, tapi tidak memilih pemimpinnya dari kalangan mu`min dengan berbagai alasan, utamnya mencaki kekuatan atau dukungan. Dengan nada bertanya ayat ini mengecam orang yang mencari kekuatan dengan memilih pemimpin dari kafir.
5. فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah
Memangnya kekuatan itu milik manusia? Ingatlah semua kekuatan itu hanya milik Allah. Lalu mengapa mereka mau mengorbankan aqidah demi mencari dukungan atau kekuatan dari kalangan orang kafir? Kalau mengaku beriman tidak sepantasnya mencari kekuatan dari golongan kafir. Hal ini pernah dilakukan orang yahudi yang mengaku iman, tapi mencari dukungan dari kalangan kfir musyrikin, ternyata mereka menderita kekalahan. Kalu ingin memiliki kekuatan mestinya dicari dari Allah, Rasul dan sesame mu`min.
يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الأعَزُّ مِنْهَا الأذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لا يَعْلَمُونَ
Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. Qs. Al-Munafiqun:8.
E. Beberapa Ibrah
1. Orang yang murtad atau ke luar dari al-Islam kemudian terus menerus dalam kekufuran, tidak akan mendapat ampunan, tidak pula mendapatkan hidayah dari Allah SWT, melainkan akan kekal di dalam neraka.
2. Orang munafiq sering berganti-ganti aqidah dan pendirian, serta suka memlih pemimpin dari kalangan orang kafir dengan berbagai alas an mencari kekuatan.
3. Setiap mu`min dilarang memilih pemimpin dari kalangan orang kafir. Jika ingin meraih kekuatan maka carilah dukungan dari Allah, rasul-Nya dan dari sesame mu`min. Kekuatan mutlak hanyalah milik Allah SWT.