al-Nisa:51-52 (PANTASKAH PERCAYA PADA JIBT DAN THAGHUT?)
PANTASKAH MEMPERCAYAI JIBT DAN THAGHUT
(kajian tafsir al-nisa:51-52)
A. Teks Ayat dan tarjamahnya
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا سَبِيلًا(*)أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ وَمَنْ يَلْعَنِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا(*)
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya..”.Qs.4:51-52
B. Tinjauan Historis
1. Menurut riwayat Ibn Ishaq dari Ibn Abbas, para pembesar Yahudi utamnya Huyay bin Akhthab, Salam bin Abi al-Haqiq, Abu Rafi, Al-Rabi, Abi Imarah merupakan penggerak persekutuan antara kaum Quraisy, Ghtahfan serta Bani Quraidlah juga Haudah dari Bani al-Nadlir dalam menentang Rasul SAW. Kemudian mereka mengunjungi kaum Quraisy dengan mengatakan هؤلاء أحبار يهود فسلوهم أدينكم خيرا أم دين محمد inilah para pendeta yahudi yang sangat tahu tentang isi kitab terdahulu, bertanyalah kepada mereka tentang agama; apakah agamamu yang lebih baik atau agama Muhammad? Mereka mengatakan دِيْنُكُم خَيْرٌ مِن دِيْنِه وَأنْتُم أهْدَى مِنْه وَمِمَّن اتَّبَعَه (agamamu lebih baik daripada agama Muhammad, dan kamu lebih mendapat petunjuk darinya serta dari orang yang mengikutinya).[1] Ayat ini turun sebagai bantahan dan kecaman terhadap kaum yahudi. Betapa buruknya perangai yahudi yang mengaku telah mendapat al-Kitab, justeru lebih menganggap baik terhadap orang yang percaya pada Thaghut dan Jibt.
2. Menurut al-Maraghi, ayat ini turun ketika terjadi perang Ahzab. Kaum yahudi saat itu telah melanggar perjanjian damai dengan Rasul SAW. Mereka bersekutu dengan Quraisy untuk menggempur kaum muslimin. Kaum yahudi memuji kepercayaan jahiliyah, supaya mendapat dukungan Quraisy.[2] Kaum yahudi bersekutu dengan Quraisy memerangi Muslimin (Syawal-5H), tapi Rasul SAW telah membuat ranjau darat berupa parit yang dikenal dengan Khandaq. Lihat gambar berikut:
Akhirnya kaum muslimin di bawah komando Rasul SAW meraih kemenangan yang gemiliang, karena sekutu tidak dapat menyebrangi parit. Mereka kalah sebelum bertanding.
C. Kaitan dengan Ayat Sebelumnya
Ayat sebelumnya mempertanyakan orang yang merasa dirinya sudah suci. Allah maha tahu siapa yang benar suci, siapa pula yang pura-pura tidak berdosa. Sungguh merupakan kebohongan besar, orang yang masih menyembah berhala, tapi mengaku suci. Ayat selanjutnya juga dengan nada bertanya mengecam orang yang merasa ahli dalam agama, tapi masih mempercayai Thaghut dan Jibt.
D. Tafsir tiap Ayat
1. أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab?
Perkataan أَلَمْ تَرَ إِلَى berbentuk tanda tanya ta’ajjub berfungsi kecaman dan celaan keras terhadap orang yang sudah menerima kitab, tapi berbuat tidak benar. Secara historis ayat ini tertuju kepada Ka’b bin asyraf dan Huyay bin Akhthab yang mengatakan bahwa Quraisy jahiliyah sebagai orang yang mendapat petunjuk.[3]
2. يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ Mereka percaya kepada jibt dan thaghut,
Sungguh mengherankan, lihatlah mereka yang menerima kitab tapi masih percaya pada al-Jibt dan al-Thaghut.
NAMA ULAMA |
DEFINISI JIBT & THAGHUT |
TARJAMAH |
Ibn al-Manzhur[4] |
الجبت كل ما عبد من دون الله وقيل هي كلمة تقع على الصنم والكاهن والساحر ونحو ذلك |
Al-Jibt ialah segala yang disembah selain Allah. Istilah in mencakup atas berhala, pedukunan, sihir dan sebangsanya |
Al-Baydlawi,[5] |
والجبت في الأصل اسم صنم فاستعمل في كل ما عبد من دون الله وقيل أصله الجبس وهو الذي لا خير فيه فقلبت سينه تاء والطاغوت يطلق لكل باطل من معبود أو غيره |
Al-Jibt merupakan mama berhala. Kemudian digunakan untuk segala sesembahan selain Allah. Istilah jibt hampir sama dengan al-Jibs yang berarti sesuatu yang tidak mengandung kebikan (sin diganti dengan ta). Adapun Thaghut mencakup segala ajaran yang bathil dalam yang disembah atupun tidak |
Al-Nuhas[6] |
الجبت السحر والطاغوت الشيطان |
Al-Jibt adalah Sihr dan Thabhut ialah syaetan |
Ibn Ubad,[7] |
الجِبْتُ والطَاغُوْتُ في القُرْآنِ: فُسِّرَ على الكاهِن |
Al-Jibt dan Thaghut yang tercantum dalam al-Qur`an mencakup segala pedukunan |
Al-Fayruz Abadi,[8] |
الجِبْتُ، بالكسر الصَّنَمُ، والكاهِنُ، والساحِرُ، والسِّحْرُ، والذي لا خَيْرَ فيه، وكُلُّ ما عُبِدَ من دونِ اللَّهِ تعالى. |
Al-Jibt adalah berhala, pedukunan, sihir, yang tidak berpaedah, serta segala yang disembah selain Allah |
Al-Razi,[9] |
الجِبْتُ كلمة تَقَع على الصَّنَم والكاهِن والسَّاحِر ونحو ذلك |
Al-Jibt merupakan istilah atas berhala, pedukunan, sihir dan sebangsanya |
Dengan demikian al-Jibt dan al-Thaghut merupakan sepasang ajaran yang menyesatkan manusia. Jika memperhatikan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa al-Jibt itu objek yang disembah, dipertuhankan, dipercayai. Sedangkan al-thaghut adalah ajaran yang menyesatkan, karena tidak berdasar pada kebenaran yang mutlak. Rasul SAW bersabda:
العِيَافَة وَالطِّيَرَة وَالطُرْقُ مِنَ الجِبْتِ
Iyafah, Thiyarah dan Thurq termasuk bagian dari al-Jibt. Hr. Abu Dawud, al-Nasa`iy, Ibn Hibban.[10]
Iyafah ialah kepercayaan pada suara atau jenis burung atau binatang lain yang lewat atau mereka temukan sangat berkaitan dengan nasib yang akan dia terima. Di antara mereka juga ada yang beranggapan bahwa suara burung tentu bila berbunyi akan ada sesuatu yang terjadi.
Thiyarah adalah kepercayaan orang jahiliyah yang beranggapan bila ada burung hantu berkicau dan hinggap di rumah seseorang, maka salah satu penghuninya ada yang ketimbanan sial. Rasul SAW mengoreksi pandangan jahiliyah itu, karena tidak ada kesialan seseorang diinformasikan atau dibawa burung.[11]
Sedangkan al-Thurq ialah menentukan sikap dengan melemparkan batu atau sejenisnya, atau memutar alat. Bila mengenai tulisan tidak, maka akan dia tinggalkan. Bila jatuh pada tulisan yah, maka ia akan kerjakan. Mereka lakukan hal tersebut sampai tiga atau tujuh kali, dan diambil kesimpulan dari mana yang terbanyak. Dalam hadits ini ditegaskan kepercayaan pada yang tiga hal itu termasuk al-Jibt, sebagai cabang dari kemusyrikan. Oleh karena itu sungguh mengherankan jika ada orang yang mengaku beriman pada kitab, tapi masih mempercayai pedukunan. Kata ibn Abbas ahl al-kitab yang masih percaya pada pedukunan itu adalah Ka’b bin al-Asyraf dan Huyay bin Akhthab. Menurut yang lainnya, al-Jibt pada saat itu adalah tokoh yahudi, dan al-Thaghut adalah tokoh nashrani.
8. وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا سَبِيلًا dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
Seperti dijelaskan di atas, kaum yahudi itu memuji kepercayaan Qurasiy untuk mengaburkan kebenaran, dan mengelabui mereka agar dapat bersatu menentang Rasul SAW. secara historis menyindir kaum yahudi yang mengatakan pada kaum Quraisy sebagai pemeluk agama yang benar serta mendapat petunjuk di banding dengan orang mu`min. Menurut riwayat dari Ikrimah, Ka’b bin al-Syraf pernah mendatangi musyrikin Quraisy dan mengajak perang melawan Rasul SAW. kaum Quraisy itu sempat meragukan bin al-Asyraf, dengan mengatakan
إنَّكُم أهْل كِتاب و هُو صاحب كِتَاب وَلا نَأْمن أن يَّكُون هَذا مَكر مِنْكُم فَإن أردْتَ أن تَخْرُجَ مَعَنَا فَاسْجُد لِهذين الصَّنَمَيْن و آمِن بِهَا
(kamu ahl kitab, Muhammad pun punya kitab. Kami tidak percaya padamu, jangan-jangan ini hanya makar tipuan belaka dari kalian. Jika kamu benar akan membela kami coba tunjukkan dengan sujud pada kedua berhala ini dan imanlah padanya). Ternyata Ka’b bin al-Asyraf itu melakukan apa yang diminati kaum Quraisy. Kemudian mereka bertanya: apakah kami yang lebih mendapat petunjuk ataukah Muhammad? Bukankah kami selalu menjadi pelayan jamaah haji, berkurban, menyediakan air dan susu untuk yang beribadah? Kami juga thawaf di rumah ini, memuliakan tamu? Sedangkan Muhammad memutuskan silaturahim dan meninggalkan negerinya? Yahudi itu menjawab بَل أَنْتُم خَيْر وَأهْدى (benar kamu yang lebih baik dan mendapat petunjuk). Inilah bukti tokoh yahudi yang pandai mengelabui orang lain demi meraih keuntungan dukungan atas apa yang tersirat dalam isi hatinya. Sebenarnya mereka tahu bahwa kepercayaan jahiliyah Quraisy itu telah sesat. Namun karena ingin mendapat dukungan menentang Rasul, maka mereka memutarbalikan fakta. Orang semacam ini masih ada sampai sekarang. Betapa banyak orang yang memuji lawannya demi kepentingan politik.
9. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ Mereka itulah orang yang dikutuki Allah.
Orang yang mempercayai jibt, thaghut, dan menganggap benar pada yang bathil bakal mendapat kutukan dari Allah SWT. . وَمَنْ يَلْعَنِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya
E. Beberapa Ibrah
1. Iman kepada kitab Allah mesti menentang al-Jibt dan al-Thaghut. Selama mempercayai jibt dan thaghut selama itu pula imannya tidak sah.
2. kaum yahudi, nashrani, kaum quraiys jahiliyah termasuk golongan musyrikin, karena mempercayai al-Jibt dan al-Thaghut, walau mereka mengaku beriman kepada kitab terdahulu.
3. setiap muslim mesti waspada terhadap orang yang suka mengelabui orang lain hingga pura-pura masuk pada salah satu agama, padahal demi kepentingan diri sendiri.
4. Orang yang mempercayai jibt dan thaguht akan dikutuk oleh Allah SWT dan tidak akan ada yang menolong.
5, Orang yang dila’nat Allah, tidak akan memperoleh pertolongan dari siapapun di akhirat kelak. Sedangkan yang dipertuhankan mereka selama di dunia, tidak memiliki kemampuan apapun di akhirat kelak, karena sudah kembali ke asalnya yaitu tanah.
[1] Ibn hajar al-Asqalani (w.852H), al-Ijab Fi Bayan al-Asbab, II h.887
[2] Tafsir a-Maraghi, V h.63
[3] Tafsir al-Baydlawi, II h.202
[4] Lisan al-Arab, II h.21
[5] Tafsir al-Baydlawi, II h.202
[6] Ma’ani al-Qur`an, II h.110
[7] al-Muhith fi al-Lughah, II h.104
[8] al-Qamus al-Muhith, I h.138
[9] Mukhtar al-Shihah, I h.45
[10] Sunan Abi dawud, IV h.16, al-Sunan al-Kubra, VI h.324, Shahih Ibn Hibban, XIII h.502
[11] Muhammad bin Salim al-Hifni (w.1081H), Hasyiyah al-Jami al-Shaghir, III h.472