al-ZALZALAH
TATKALA BUMI DIGONCANGKAN
(kajian tafsir surat al-Zalzalah:01-08)
- Teks Ayat dan Tarjamah
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5) يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ (6) فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. Qs.99:01-08
- Tinjauan Historis
- Surat al-Zalzalah terkadang disebut juga surat al-Zilzal, menurut Ibn Katsir turun di Makkah sebagai surat Makiyah, sedangkan menurut al-Suyuthi termasuk Madaniyah karena turun pasca hijrah, yang jumlahnya delapan ayat.[1]
- Banyak orang kafir menanyakan tentang kapan dan bagaimana terjadi hari qiamat seperti kalimat يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ Qs.75:6; وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ Qs.67:25; وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْفَتْحُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ Qs.32:28. maka surat ini jawabannya.[2] Dalam ayat lain diterangkan يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا Qs.79:42 dan يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا Qs.33:63, serta berbagai kalimat yang mempertanyakan tentang kapan hari qiamat terjadi, maka surat al-Zalzalah sebagai jawabannya.
- Diriwayatkan dari Abu Hurairah
وَسُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْحُمُرِ قَالَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيَّ فِيهَا إِلَّا هَذِهِ الْآيَةَ الْفَاذَّةَ الْجَامِعَةَ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang (zakat) hewan keledai, maka beliau bersabda “tiada Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan kepadaku tentang hal itu selain ayat yang mengandung makna menyeluruh dan mandiri yaitu فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ banga siapa yang beramal baik sekecil apapun maka dia akan melihat manfaatnya dan barang siapa yang beamal buruk sekecil apapun, maka dia akan melihat akibatnya. Hr. al-Bukhari, Muslim.[3]
Masih banyak landasan historis berkaitan dengan surat al-Zalzalah ini, tapi dikemukakan di sini poko-pokoknya saja.
- Kaitan dengan surat sebelumnya
- Setelah surat al-Bayyinah mengungkap karakter manusia kufur dari kalangan ahl-Kitab dan musyrikin, maka pada surat al-Zalzalah mengungkap nasib manusia di kala terjadi hari qiamat. Hari qiamat merupakan penentuan nasib manusia disesuaikan dengan kelakukannya selama di dunia.
- Dalam surat al-Bayinah diterangkan bahwa manusia itu ada yang tergolong yang terbaik yaitu yang beriman dan beramal shalih, dan ayat yang terburuk yaitu yang kufur. Pada surat al-Zalzalah dikemukakan bah ketika hari qiamat terjadi akan diketahui nilai amal setiap manusia. Siapa yang beramal baik sekecil apapun akan mengetahui manfaatnya. Siapa yang beramal buruk, sekecil apapun akan diketahui akibatnya.
- Pada surat sebelumnya dikemukakan bahwa manusia berpecah belah ada yang beriman ada pula yang kufur. Namun ketika terjadi qiamat, sebagaimana dikemukakan oleh surat al-Zalzalah, semua manusia mengalami pengalaman yang sama mempertanyakan kejaian yang dakhsyat itu. Namun yang beriman dan beramal shalih akan tetap mendapatkan kebahagiaan di akhirat nanti.
- Di akhir surat al-Bayinah diterangkan bagaimana nashib orang kafir yang bakal masuk neraka, dan keberuntungan orang beriman dan amal shalaih bakal masuk surga. Timbul pertanyaan kapan pembalasan itu terjadi? Maka surat al-Zalzalah jawabnya, bahwa balasan itu terjadi bila sudah tiba hari kiamat.
- Tafsir Kalimat
- إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat),
Perkatan إِذَا pada awal kalimat sering diistilahkan dlarf yang menunjukkan waktu, yang ketika difirmankan, belum terjadi tapi dapat dipastikan akan terjadi. Sedangkan زُلْزِلَتِ mengandung arti bergerak dan goncang dengan kegoncangan yang dahsyat yaitu الْأَرْضُ bumi tempat hunian. Pada saat itu الْأَرْضُ bumi diguncang secara keras dengan زِلْزَالَهَا kegoncagngan yang amat sangat. Menurut sebagian ulama kejadian ini sebagai akhir jaman bertepatan dengan hari qiamat setelah ditiupkan sangkakala pertama atau kedua sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala waktunya[4]. Siapapun tidak akan ada yang tahu kejadian ini akan terjadi kepan, tapi sudah merupakan kepastian. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa kegoncangan bumi ini terjadi masih suasana kehidupan dunia belum berakhir pada peristiwa kiamat, melainkan hanya sebagai tanda mendekatinya, demikian menurut mayorits. Namun ada yang berpendapat kejadian bumi diguncang dengan dahsyat ini terjadi pada akhira jaman atau hari kiamat terjadi, sebagaimna dikemukan oleh Kharijah bin Zaid.[5] Perkataan yang sama telah tercantum dalam surat al-Hajj:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).Qs.22:1
Gomcangan hari qiamat itu merupakan peristiwa yang dahsyat yang bakal mengejutkan setiap manusia. Awal ayat ini meruapakan peringatan bagi manusia, menagapa mereka masih merasa tentang untuk berbuat ma’siat, padahal jika perintiwa ini terjadi mereka menyesal tiada tara. Tatkala bumi telah digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, siapapun tidak akan bisa menolong untuk membebaskannya.
- وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا dan bumi telah mengeluarkan beban-beban beratnya,
Beban berat yang terdapat dalam perut bumi dikeluarkan dengan kegoncangan tersebut. Perkataan أَثْقَالَ merupakan bentuk jama dari ثِقْل yang barang-barang berat biasa digunakan dalam perabotan rumah tangga. Perkataan أَثْقَالَهَا yang terdapat di dalam perut bumi, semua dikeluarkan termasuk juga semua yang terkubur.[6] Bahkan mencakup bebatuan, akar-akaran, air, gas bumi, dan apapun yang terdapat di perut bumi dikeluarkan termasuk jenazah. Hal ini juga bisa difahami kalau orang mati dikeluarkan dari perut bumi, maka mereka hidup kembali.[7] Makhluq mati dihidupkan kembali, menurut al-Asyqar, terjadi pada peristiwa ditiupkannya sangkakala untuk ke dua kali.[8] Tegasnya dengan kejadian ini, orang mati menjadi hidup dan bangkit, serta bertanya keadaan yang mereka alami.
- وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?”,
Manusia yang bangkit dari kuburnya menanyakan tentang keadaan yang demikian mengagetkan itu. Manusia itu bertanya مَا لَهَا apa yang terjadi, mengapa bumi seperti ini? Apa penyebabnya, apa gerangan yang menimbulkan kedahsyatan ini? Menurut sebagian ulama orang yang mempertanykan ini bersifat umum baik kafir maupun muslim. Pendapat ini berpandangan bahwa kejadiannya menjelang kiamat, karena mereka tidak tahu tentang kedahsyatan goncangan bumi. Mereka saling bertanya satu sama lain apa yang menimbulkan kejadian ini, dan mereke belum tahu di awal kejadian qiamat. Sedangkan menurut pendapat lain yang bertanya itu adalah orang kafir yang kerepotan akan kejadian tersebut padahal mereka belum menyiapkan diri. Sedangkan orang mu`min sudah tahu tentang kejadian qiamat, serta mereka tidak mengalami kepedihan di hari yang dahsyat itu.[9]
- يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
Pada hari digoncangkan dengan dahsyat itu, maka bumi menceritrakan berita isinya, mengungkap berbagai amal yang dikerjakan di atasnya, baik yang bagus maupun yang buruk. Tgidak ada yang disembunyikan oleh bumi saat itu, maka terbukalah semua amal manusia. Ini tentu mengingatkan umat manusia yang masih terlena oleh kema’siatan karena menyangka tidak akan ditemukan kalau nilainya sangat kecil. Bumi pada saat itu bisa bicara atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mengungkap apapun yang diamalkan makhluq-Nya supaya menjadi saksi bagi mereka.[10] Menurut al-Zuhaili, bumi bicara tentang amal perbuatan manusia dengan بلسَان الحَال لا لِسَان المقَال dengan bahasa perbuatan bukan dengan bahasa lisan[11]. Namun pada tempat lain al-Zuhaili mengungkapkan bahwa bumi itu mengungkapkan amal baik dan buruk yang hidup di atasnya. Bumi bicara bisa dengan لسان الحال bahasa perbuatan dengan apa peristiwa ini terjadi yang tergoncang dan mengeluarkan isinya. Namun bisa juga Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menaqdirkannya bisa bicara mengungkapkan amal orang yang hidup di atasnya. Diriwayatkan dari Abi Hurairah, bahwa Rasul membaca يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا kemudian beliau bertanya أَتَدْرُونَ مَا أَخْبَارُهَا tahukah anda tentang apa yang diberitakan oleh bumi? Shahabat menjawab
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya yang tahu! Kemudian beliau bersabda
فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا تَقُولُ عَمِلَ يَوْمَ كَذَا كَذَا وَكَذَا فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا
sesungguhnya yang dikabarkannya bersaksi tentang amal perbuatan hamba laki-laki maupun perempuan di atas bumi dia mengatakan seseorang beramal begini dan begitu. Itulah yang mereka kabarkan.Hr. Ahmad dan Tirmidzi[12]. Kata al-Tirmidzi hadits ini Hasan shahih Gharib.
Berdasar hadits ini bumi bisa bicara dengan bahsanya sendiri mengungkap apa saja yang diperbuat manusia selama hidupnya di dunia. Dengan demikian tidaklah ada suatu sikap dan perbuatan yang tersembunyi, karena disaksikan oleh yang diinjaknya.
- بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Bumi bisa menyampaikan berita atas wahyu atau idzin Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Perkataan أَوْحَى لَهَا menurut al-Zuhaily[13], mengandung arti
أذن لَها وأمَرهَا أو أوحَى لَها أي ألْهَمَها mengizinkan, dan memerintah, atau memberi wahyu dalam arti memberikan ilham pada bumi untuk bisa bicara. Tegasnya semua itu atas petunjuk dan kehendak Ilahi yang memiliki kekuasan mutlak baik di alam dunia, alam qiamat, ataupun alam akhir. Semua kejadian itu atas petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga bisa mengungkap seluruh tingkah laku hamba-Nya.
- يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
Perkataan يَصْدُرُ النَّاسُ memngandung arti يَرجِعُون وَيَنْصَرفُون مِن مَوقِف الحِساب kembali dan berlari menjauh dfari tempat perhitungan, dan أَشْتَاتًا berarti berkelompok-kelpompok atau rombongan demi rombongan yang aneka ragam sesuai dengan keadaan mereka masing-masing pada kedudukan dan amal perbuatannya. Sebagian di antara mereka ada yang menuju kearah kanan menuju surga, ada pula yang kea rah kiri menuju neraka. Hal ini terjadi setelah selesai menempuh jalan hisab atau hari perhitungan.[14] Namun ada juga yang memahaminya bahwa umat manusia itu berkelompok-kelompok sebelum mengalami hari perihitungan amal. Mereka masing-masing sesuai dengan amal yang mereka perbuat, ada yang berwajah muram kelam, ada yang berwajah berseri. Mereka menuju tempat perhitungan untuk melihat hasil amal perbuatan mereka dengan ditandaskan لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ diperlihatkan kepada mereka balasan hasil usaha dan jerih pajah mereka. Orang yang beramal baik melihat manfaatnya dan yang beramal buruk melihat pula akibat yang mesti mereka pikul.
- فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.
Bahkan berdasar ayat ini, jelas dan tegas tidak akan ada amal manusia yang tersembunyi. Perkataan مِثْقَالَ ذَرَّةٍ seberat dzarrah pun akan diperlihatkan. Perkataan ذَرَّةٍ mengandung arti barang yang sangat kecil dan tidak bisa dibagi-bagi lagi saking kecilnya. Arti asal مِثْقَال ialah ukuran berat. Kemudian sering digunakan sebagai istilah pada timbangan emas, dan ذَرَّة ialah ukuran barang yang sangat kecil sehingga tidak bisa dipecah lagi. Orang Arab biasa menggunakan istilah kepada yang sangat dan paling terkecil dengan menggunakan perkataan ذَرَّةdzaarah ini. Ibn Abbas diriwayatkan bahwa dia pernah memasukan tangannya ke dalam tanah kemudian mengangkatnya dan meniupkan debu yang menmpel ditelapaknya itu lalu beliau berkata:
كُلُّ وَاحِدَة مِن هؤلاء ذَرَّة
(semua butiran dari semua itu termasuk dzarrah).[15]
Penekanan ini memberikan gambaran bahwa dzarrah itu barang yang terkecil, seberat apapun ringannya. Dlu sering dikatakan biji sawi, kemudian molekul, kemudian proton, kemudian istilah lain bagi barang yang terkecil sehingga tidak biosa dipecah lagi. Itulah nilai amal sekecil apapun akan ada perhitungannya dan bakal diperlihatkan akibatnya. Allah SWT tidak akan berbuat curang terhadap apa yang dikerjakan hamba-Nya seringan apa pun dan sekecil apa pun bobotnya. Kebaikan apa pun, tidak akan dikurangi nilainya, keburukan sekecil apa pun tidak akan ditambah bobotnya. Segala akibat yang bakal diterima manusia akan sesuai dan setimpal dengan yang diperbuatnya. Dikaitkan dengan ayat sebelumnya, pangkal ayat ini merupakan penegasan bahwa sifat yang buruk sekecil apa pun seperti takabur, ria, dan kikir, tidak akan ditmbah keburukannya. Sebaliknya kebaikan apa pun, dan iman seberat apa pun yang dimiliki manusia akan mendapat manfaat di akhirat kelak. Perhatikan hadits berikut:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَا أَوْ الْحَيَاةِ شَكَّ مَالِكٌ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً
Dari Abi Sa’id al-Khudri dari Rasul SAW bersabda: penduduk surga dimasukan ke surga. Penduduk neraka dimasukan ke neraka. Kemudian Allah berfirman: أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ (Keluarkanlah dari neraka orang yang terdapat dalam hatinya iman walau sekecil apapun). Pada saat itu mereka dikeluarkan dari neraka padahal fisiknya sudah hitam bagaikan arang, maka dimasaukan terlebih dahulu ke dalam sungai kehidupan. Kemudian keadaan mereka bagaikan tunas yang tumbul setelah lepas dari kebanjiran. Tidakkah anda lihat bagaimana tunas yang tumbuh kekuning-kuningan? Hr. al-Bukhari.[16]
Hadit ini menberikan gambaran (1) bila orang yang beriman berbuat jahat, maka kejahatannya akan diperlihatkan dan menimbulkan masuk neraka; (2) keimanan sekeci apapun beratnya akan tetap terlihat oleh pelakukan; (3) keimanan dan amal shalih seseorang bakal mengangkat dia dari hukuman neraka dan meindahkan ke surga; (4) yang bisa msuk surga adalah orang yang sudah bersih dari dosanya; (5) semakin berat dan semakin banyak dosanya akan semakin lama di neraka. Namun yang jelas amal baik sekecil apapun bakal dilihat manfaatnya.
- وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula
Demikian pula amal buruk yang dilakukan manusia, sekecil apapun bakal diperlihatkan akibatnya. Oleh karena itu untuk menjaga diri dari jilatan api neraka, hendaklah bertaqwa darinya walau dengan amal apapun dan sekecil apapun. Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam bersabda:
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Bertaqwalah kalian atas neraka, walau dengan hanya mengorbankan kecil dari kurma. Kalau kamu tidak mendapatkannya, maka bertaqwa;lah dengan kalimat yang baik. Hr. al-Bukhari. Muslim.[17]
Hadits ini menekankan lakukan amal untuk menghindarkan diri dari jilatan api neraka, dengan amal apapun yang bisa diperbuat. Kalau ternyata tidak memiliki kemampuan untuk beramal atau bersedekah dengan barang yang nilai harganya kecil, maka minimal perkataan yang baik, bisa dikerjakan. Ini saking pentingnya menabung amal baik yang bisa menghindarkan diri dari jilatan api neraka. Sebaliknya kejahatan sekecil apapun, seperti sombong, bisa saja membawa mu`min ke neraka. Dalam hadits lain, Rasul SAW bersabda:
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَيُسَاقُونَ إِلَى سِجْنٍ فِي جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُولَسَ تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأَنْيَارِ يُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِينَةَ الْخَبَالِ
Orang-orang sombong di akhirat akan dikumpulkan bagaikan semut kecil dalam bentuk manusia yang diliputi dengan kehinaan rasa aib di berbagai tempat. Mereka diseret ke penjara Neraka Jahannam yang bernama Bulas. Di sana mereka dibakar dengan api yang besar dan diberi minum dengan air keringat ahli neraka yang bernama Thinah al-Khabal.[18] Hr. al-Tirmidzi.[19]
Betapa tersiksa dan terhina nasib orang takabur di akhirat kelak, bukan hanya disiksa neraka tapi juga dipermalukan di hadapan ahli neraka lainnya. Oleh karena itu, untuk membersihkan diri dari sifat sombong yang menjauhkan dari surga, mesti terus menerus meningkatkan keimanan. Tegasnya kesombongan sekecil apapun yang diperbuat manusia akan kelihatan akibatnya di akhirat kelak. Dalam hadits lain sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ وَلَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرِيَاءَ
Diriwayatkan dari Abd Allah (ibn Mas’ud), Rasul SAW bersabda: seseorang tidak akan masuk neraka sepanjang terdapat dalam hatinya seberat biji terkecil dari iman. Seseorang tidak akan masuk surga sepanjang dalam hatinya terdapat kesombongan walau seberat biji terkecil apapun. Hr. Muslim.[20]
Berdasar hadits ini, iman akan membawa seseorang ke surga menjauhkan dari neraka. Takabur dapat menjauhkan diri dari surga dan menjerumuskan ke neraka. Oleh karena itu, supaya sifat takabur bisa hilang mesti meningkatkan keimanan. Prinsip iman adalah percaya seratus prosen pada apa yang diajarkan Rasul SAW, yang diwujudkan dalam lisan, hati dan perbuatan. Iman adalah kepercayaan yang dimanfistesikan pada sikap, ucap dan perbuatan yang sesuai dengan ajarannya. Oleh karena itu yang yidak mau tunduk pada ajaran Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam termasuk meynombongkan diri. Kesombongan sekecil apapun akan tertlihat akibatnya nanti di akhirat. Dalam hadits tentang syafaat yang panjang diterangkan: Rasul SAW memohon kepada Allah SWT agar dapat menyelamatankan umatnya dari siksa neraka, kemudian Allah SWT mengabulkan dengan firman-Nya:
انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ أَدْنَى أَدْنَى أَدْنَى مِثْقَالِ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجْهُ مِنْ النَّارِ
Pergilah dan keluarkanlah dari neraka, orang yang ada dalam hatinya seringan apa pun dari iman. Keluarkanlah dia dari neraka. Hr. al-Bukhari.[21]
Di akhirat kelak, Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam memiliki syafaat yang terbesar yang merupakan anugerah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuknya. Beliau bisa membantu orang yang setia padanya, asalkan ada setitik iman yang dimilikinya. Oleh karena itu amal baik apapun dan sekecil apapun akan dilihat manfaatnya, dan amal kecil apapun dan sekecil apapun akan dilihat akibatnya.
- Beberapa Ibrah
- Pada suatu saat, bumi akan digoncangkan dengan goncangan yang sangat dahsyat sehingga mengeluarkan isinya yang berat maupun yang ringan. Orang yang sudah wafat pun akan bangkit dan memeprtanyan tentang apa gerangan yang menimbulkan goncangan bumi yang mengagetkan itu.
- Pada hari nanti setiap manusia akan tahu tentang manfaat amal baik dan akibat amal buruk. Pengetahuan tersebut didapat dari diri sendiri maupun dari perinstiwak kegincangan bumi.
- Kegoncangan, kehebohan bumi serta kegaduhan manusia terjadi karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala mewahyukan tentang hal itu. Itulah kehandak yang memiliki kekuasaan dunia dan akhirat. Siapa pun tidak akan ada yang bisa menahan dan mencegahnya.
- Manusia di ahri berbangkit terdiri dari berbagai rombongan, kelompok, firqah masing-masing semua itu akan terlihat tanda-tandanya baik yang bahagia baupun yang sengsara, ada yang wajahnya muram kelam ada juga yang cerah meriah.
- Manusia mengungkap sendiri apa yang telah diperbuatnya, sehingga bukan hanya oleh dirinya sendiri tapi juga dikethaui oleh orang lain.
- Orang yang beramal baik sekecil apapun bobotnya akan diketahui manfaatnya. Dengan demikian sejak mereka bangkit dari kubur sudah bisa melihat manfaat yang akan dia ambil di hari berikutnya.
- Orang yang berbuat jahat sekecil apapun kejahatannya bakal diketahui langsung akibatnya. Oleh karena itu jadilah sebagai orang yang taqwa dari hal-hal yang menjerumuskan ke neraka sekecil apapun bobotnya. Jangan ceroboh untuk berbuat jahat, karena bakal dikethaui akibatnya di hari nanti.
-=o0o=-
[1] Al-Qasimi, Mahasin al-Ta`wil, XVII h.227
[2] wahbah al-Zuhaili, al-Tafsir al-Munir, XXX h.356
[3] shahih al-Bukhari, no.6809, Shahih Muslim, no.1648
[4] al-Tafsir al-Munir, XXX h.358
[5] Zad al-Masir, VI h.182
[6] tafsir al-Nasafi, IV h.46
[7] tafsir al-Thabari, XXIV h.547
[8] Muhmmad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah al-Tafasir, h.1503
[9] zad al-Masir, VI h.182
[10] al-Asyqar, Zubdah al-Tafasir, h.1503
[11] al-Tafsir al-Munir, XXX h.361
[12] musnad Ahmad, no.8512, Sunan al-Tirmidzi, no.3276
[13] al-Tafsir al-Munir, XXX h.361
[14] al-Jami li Ahkam al-Qur`an, XX h.149
[15] Tafsir al-Maraghi, V h.42
[16] Shahih al-Bukhari, no.21
[17] shahih al-Bukhari, no.6078, Shahih Muslim, no.1689
[18] thinah al-khabal, ialah perasan keringat, nanah busuk dan darah kotor yang diambil dari badan ahli neraka.
[19] Sunan al-Tirmidzi, no. 2416
[20] Shahih Muslim, no. 132
[21] Shahih al-Bukhari, no.6596