AL’ADIAT YANG LARI KENCANG (kajian tafsir surat al-Adiat:01-11)
AL’ADIAT YANG LARI KENCANG
(kajian tafsir surat al-Adiat:01-11)
- Teks Ayat dan tarjamah
وَالْعَادÙيَات٠ضَبْØÙ‹Ø§ (1) ÙَالْمÙورÙيَات٠قَدْØÙ‹Ø§ (2) ÙÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØºÙÙŠØ±ÙŽØ§ØªÙ ØµÙØ¨Ù’ØÙ‹Ø§ (3) Ùَأَثَرْنَ بÙه٠نَقْعًا (4) Ùَوَسَطْنَ بÙه٠جَمْعًا (5) Ø¥Ùنَّ الْإÙنْسَانَ Ù„ÙØ±ÙŽØ¨Ù‘ÙÙ‡Ù Ù„ÙŽÙƒÙŽÙ†Ùودٌ (6) ÙˆÙŽØ¥Ùنَّه٠عَلَى ذَلÙÙƒÙŽ Ù„ÙŽØ´ÙŽÙ‡Ùيدٌ (7) ÙˆÙŽØ¥ÙÙ†Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ù„ÙØÙØ¨Ù‘٠الْخَيْر٠لَشَدÙيدٌ (8) Ø£ÙŽÙَلَا ÙŠÙŽØ¹Ù’Ù„ÙŽÙ…Ù Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ Ø¨ÙØ¹Ù’Ø«ÙØ±ÙŽ Ù…ÙŽØ§ ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ¨Ùور٠(9) وَØÙصّÙÙ„ÙŽ مَا ÙÙÙŠ Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ¯Ùور٠(10) Ø¥Ùنَّ رَبَّهÙمْ بÙÙ‡Ùمْ ÙŠÙŽÙˆÙ’Ù…ÙŽØ¦ÙØ°Ù لَخَبÙيرٌ
Â
Â
Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. Qs.100:01-11
- Tinjauan Historis
Surat ini dinamakan al-Adiyat sesuai dengan awal kalimat. Menurut bahasa الْعَادÙيَات٠berarti yang berlari dengan kencang. Surat ini termasuk Makiyah menurut Ibn Mas’ud, Jabir, Ikrimah dan Atha. Sedangkan menurut Ibn Abbas, Anas bin Malik dan Qatadah, surat al-Adiyat ini termasuk madaniyah karena turun pasca hijrah rasul.[1] Sejak dahulu kala dalam peperangan dan bepergian jauh, banyak menggunakan hewan kuda untuk berkendaraan, aka difahami surat ini sebagai kuda yang berlari kencang. Muqaddimah surat ini berisi sumpah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan kuda yang berlari kecang sebagai kebutuhan manusia dalam bepergian dan peperangan.
- Kaitan dengan ayat sebelumnya
- Pada surat al-Zalzalah diterangkan tentang peristiwa hari akhir abakal terjadi, sedangkan pada surat ini diterangkan adanya manusia yang terlalu cinta duniawi sehingga lupa akan kehidupan akhiart.
- Dalam surat al-Zalzalah diterangan bahwa pada hari akhir terjadi bumi mengeluarkan isi perutnya yang mati juga bangkit kembali. Pada surat al-Adiat ditegaskan Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ Ø¨ÙØ¹Ù’Ø«ÙØ±ÙŽ Ù…ÙŽØ§ ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ¨Ùور ketika dibangkitkan apa yang ada dalam qubur.
- Dalam surat al-Zalzalah dikemukan bahwa manusia ketika hari akhir terjadi dari beberpa golongan. Pada surat al-Adiyat diterangkan ada manusia yang sangat mencintai harta duniawi, maka akibatnya nanti akan terlihat di akhirat kelak.
- Tafsir kalimat
- وَالْعَادÙيَات٠ضَبْØÙ‹Ø§ Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,
Huruf Ùˆ pada awal ayat ini menurut mayorits ahli tafsir seperti Qurthubi, al-Baidlawi, al-Nasafi, al-Zuhaili merupakan huruf qasam atau wau untuk bersumpah[2]. Dengan demikian tarjamah dalam bahasa Indoensia diartikan “demi” sedangkan الْعَادÙيَات٠itu bermakna yang lari dengan kencang, merupakan bentuk jama dari عَادÙÙŠÙŽØ© dari عدو yang berarti lari cepat[3]. Sebetulnya tidak langsung disebutkan hewan atau kendaraan apa yang lari kencang tersebut, karena kalimat الْعَادÙيَات٠bentuk katanya sebagai sifat pelaku. Oleh al-Asyqar dan mayoritas mufassir lainnya diartikan kuda yang larinya sangat kencang dan penuh semangat yang ditunggangi oleh para mujahid perang membela agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala melawan orang-orang kafir.[4] Namun bersanadkan pada Ali, yang dimaksud al-Adiyat adalah unta atau kendaraan yang digunakan dalam ibadah haji seperti pulang dari Arafah ke Muzdalifah, dan terus ke Mina. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa perang Badr, yang al-Miqdad bin Aswad dan Jubair menggunakan kuda.[5] Ibn al-Jauzi mengutip beberapa pendapat tentang الْعَادÙيَات٠yang maknanya (a) kendaraan seperti unta yang digunakan dalam ibadah haji pulang dari Arfah menuju Muzdalifah terus ke Mina, ini bersanadkan pada Ali, Ibn Mas’ud dan Ubaid bi Umair; (b) kuda yang digunakan pada peristiwa perang Badr, ini juga bersanadkan pada Ali; tapi pada perang tersebut hanya ada dua yang berkuda yaitu al-Miqdad dan Zubair; (c) kuda perang yang berlari kencang yang digunakan pada jihad di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana dikutip dari Ibn Abbas, al-Hasan, Atha dan Mujahid.[6] Dimungkinkan perbedaan dalam memahaminya, karena dalam ayat ini tidak disebut hewan atau kendaraan yang disifati berlari kencang semangat berjuang tersebut, maka boleh jadi saat ini difahami kendaraan yang digunakan peperangan. Walau kita tahu, walau di jaman modern kuda masih digunakan dalam peperangan dan perjalan hidup keseharin. Oleh karena itu kendaraan saat ini juga diukur oleh kecepatan tenaga kuda. Bahkan kendaraan darat pun sering menggunakan istilah atau nama hewan seperti mistsubisi kuda, Daihatsu zebra, Toyota kijang, bahkan ada tiger, panther, dan penggunaan nama lainnya. Sedangkan ضَبْØÙ‹Ø§ merupakan suara nafas yang sangat keras terhembus atau terengah-engah dari yang berlari sangat kencang. Hewan tunggangan yang berlari akan mengeluarkan suara yang terengah-engah bernafas karena saking cepatnya, seperti kecapean[7].
Allah bersumpah dengan yang berlari kencang yang penuh semangat ini sebagai mengundang perhatian bagi umat agar ampu mengambil pelajaran. Semangat perang berkuda mesti dijalan pada setiap saat dam setiap perjuangan. Etos kerja mu`min yang penuh semangat tidak pernah berhenti untuk meraih keberhasilan.
- ÙَالْمÙورÙيَات٠قَدْØÙ‹Ø§dan yang mencetuskan api dengan pukulan
Perkataan ini merupakan sifat bagi yang lari kencang hingga memercikan api dari bebatuan yang diinjaknya. Perkataan Ù…ÙورÙيَات٠berasal dari الإيْرَاء yang berarti memercikan api. Perkataan Ù…ÙورÙيَات٠juga difahami pelakunya adalah kuda yang lari kencang. Jika seseorang menyalakan api diistilahkan أَورى Ùلان makan dia menyalakan api dengan barang yang bisa memunculkannya.[8] Sedangkan Ù‚Ø¯ØØ§ mengandung arti memunculkan api dengan memukulkan atau membenturkan suatu barang yang dapat memercikan api seperti batu paneker. Karena semua itu difahami sebagai kuda kencang berlari, hingga قَدْØÙ‹Ø§ memercikan api dari kukunya yang mengenai bebatuan terutama bila lari di waktu malam.[9] Sekurang-kurangnya ada lima pandangan ulama tentang arti ayat ini: (a) kuda yang lari kencang hingga mengeluarkan api dari hentakan kakinya yang mengenai bebatuan, sebagimana dikemukakan mayoritas mufassir. Menurut al-Jujaj bila kuda berlari di malam hari memunculkan api dari hentakan kakinya; (b) cahaya mara mujahid pejuang di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala ketika memiliki semangat jihad, sebagaimana diriwayatkan dari Ibn Abbas; (c) taktik dan strategi perang serta balasan makarnya, memancarkan sinar, dikemukakan oleh Mujahid dan Zaid bin Aslam; (d) cahaya para jamaah haji yang memancarkan sinarnya di Muzdalifah, sebagoaman dikemukakan al-Qurthubi; (e) lidah jamaah haji bila menyampaikan dalil-dalinya dalam berdialog yang menegakkan kebenaran dan memathkan kebatilan, maka terpancarlah cahaya, sebagaimana oleh Ikrimah.[10]
- ÙÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØºÙÙŠØ±ÙŽØ§ØªÙ ØµÙØ¨Ù’ØÙ‹Ø§dan yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
Al-Asqar menafsirkan kalimat ini dengan التÙÙŠ تغَيÙّر عَلَى العَدÙÙˆ وقْت Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ¨Ù’Ø yang bisa menyerang waktu shubuh hingga musuh menjadi berubah[11]. PerkataanÂ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØºÙيرَات dalam bentuk jama dari Ø§Ù„Ù…ÙØºÙيْرة berasal dari أغَار على العدو mengandung arti menyerang musuh secara tiba-tiba sehingga bisa menangkap atau merampas persenjataan dan hartanya.[12] Namun oleh al-Naisaburi difahami kaum muslimin waktu shubuh tanggal 10 Dzlhijjah, bersegera dari Muzdalifah menuju Mina untuk menjalankan ibadah haji berupa jumrah, qurban, dan bercukur.[13] Digambarkan pula oleh al-Khazin, peristiwa ini dilakukan oleh kaum muslimin yang berhaji bersegara meninggalkan tempet menuju Mina untuk melakukan ibadah lainnya[14]. Oleh Abu Su’ud digambarkan bahwa pasukan berkuda semangat menyerang di waktu shubuh sehingga bisa menghancurkan dan memorakporandakan musuhnya.[15] Ini gambaran kaum muslimin yang semangat juang dalam segala situasi kondisi, baik di kala ibadah seperti haji, maupun dalam peperangan, bahkan dalam etos kerja sehari-hari semangat sejak pagi hari tanpa ketinggalan zaman, tanpa terlambat. Siap siaga di pagi hari merupakan gambaran kesemangatan dan keberanian untuk merebut kememangan. Siapa yang lai di pagi hari, maka siap-siaplah ketinggalan persaingan dalam segala aspek kehidupan.
- Ùَأَثَرْنَ بÙه٠نَقْعًاmaka ia menerbangkan debu,
Perkataan Ùَأَثَرْنَ berasal adari الإثَارَة yang berarti memunculkan atau mengembuskan debu. Sedangkan نَقْعًا mengandung arti debu itu sendiri.[16] Bila sumpah ini difahami dengan kuda perang seperti pada ayat pertama, maka yang menerbangkan debu adalah hentakkan kaki kuda tersebut. Setiap kuda yang lari kencang akan menghentakkan debu dari tempat yang terinjak olehnya. Namun jika difahami kendaran haji, maka yang menerbangkan debu itu kendaraan jamaah haji menuju ibadah selanjutnya. Ibadah haji memang merupakan gambaran kehidupan yang dialami manusia, baik dari sudut perjuangannya, maupun dari sudut kesibukannya. Tergambar pula dalam ibadah haji, siapa yang memiliki kekayaan yang banyak, jabatan tinggi bisa menggunakan fasilitas sesuai kemampuan yang mereka keluarkan. Dalam kehidupan, manusia juga bisa meni’mati apa yang dimiliki, tapi terkadang tidak bisa meni’matinya, tergantung pada kesehatan dan kesiapan masing-masing. Terkadang manusia memiliki kekayaan yang banyak, tapi tidak biosa meni’matinya. Terkadang orang miskin, tapi bisa meni’mati kekayan orang yang kaya. Perhatikanlah perumahan mewah, apakah pemiliknya meni’mati? perhatikan pula mobil yang mahal, apakah bisa dinimati oleh yang memilikinya?
- Ùَوَسَطْنَ بÙه٠جَمْعًاdan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,
Perkataan  Ùَوَسَطْنَ berasal dari وَسط atau تَوَسَطْنَ  atau وَسطَت٠القَوم أسَطَهم وَسْطًا jika berada di tengah-tengah suatu kaum atau kelompok. Maka dengan kuda yang berlari cepat itu bisa masuk ke tengah-tengah musuh yang sedang lengah. Menurut Imn Mas’ud makna jamaah kaum muslimin masuk di Muzdalifah di tengah-tengah masyarakat yang sedang mabit di sana.[17] Menurut al-Bayidlawi, pasukan berkuda masuk ke tengang-tengah kelompok musuh saking keberaniannya untuk menumpas mereka. Perkataan جَمْعًا adalah منْ جمÙوع الاعْدَاء gerombolan musuh Islam di tengah-tengah peperangan.[18] Pasukan keum muslimin memiliki keberanian menyerang musuh di waktu shubuh, sehinga pasukan lawan berantakan. Bila telah berada ditengah-tengah kelompok, maka musuh akan kacau kelabakan melawannya. Kuda yang dimiliki kaum muslimin dijadikan sumpah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar dijadikan pelajaran. Setiap umat Islam diseru untuk memeiliki etos kerja yang sangat giat serta kesiap siagaan menghadapi musuh dengan takti dan setrategi yang canggih serta persenjataan yang membikin musuhnya gentar. Perhatikan Firman-Nya juga di ayat lain:
ÙˆÙŽØ£ÙŽØ¹ÙØ¯Ù‘Ùوا Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ مَا اسْتَطَعْتÙمْ Ù…Ùنْ Ù‚Ùوَّة٠وَمÙنْ Ø±ÙØ¨ÙŽØ§Ø·Ù Ø§Ù„Ù’Ø®ÙŽÙŠÙ’Ù„Ù ØªÙØ±Ù’Ù‡ÙØ¨Ùونَ بÙه٠عَدÙوَّ اللَّه٠وَعَدÙوَّكÙمْ وَآَخَرÙينَ Ù…Ùنْ دÙونÙÙ‡Ùمْ لَا تَعْلَمÙونَهÙم٠اللَّه٠يَعْلَمÙÙ‡Ùمْ وَمَا تÙنْÙÙÙ‚Ùوا Ù…Ùنْ شَيْء٠ÙÙÙŠ سَبÙيل٠اللَّه٠يÙÙˆÙŽÙÙ‘ÙŽ Ø¥ÙلَيْكÙمْ وَأَنْتÙمْ لَا ØªÙØ¸Ù’Ù„ÙŽÙ…Ùونَ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). Qs.8:60
Ayat ini membertikan dorongan agar kaum muslimin (a) senantiasa siap siaga menghadapi berbagai kendala dan persolan hidup; (b) memiliki perlengakapan yang sempurna baik pasukan berkuda maupun lainnya; (c) punya taktik dan setrategio yang canggih menghadapi musuh Islam; (d) persenjataan yang lengkap hingga membikin musuh Islam gentar dan segan; (e) pembiayaan yang cukup untuk menghadapi berbagai persolan hidup sehingga mampu berinfaq di jalan-Nya. Jadi kuda yang mesti dipersiapkan oleh segenap kaum muslimin yang memiliki kriteria العَاديات lari kencang; الْمÙوريات memancarkan api; Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØºÙيْرَات yang bisa menyergap di pagi hari karena ketangkasannya. Ini sebenarnya merupakan salah satu ruh dari  sumpah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan kuda yang demikian bagus disebutkan dalam limat ayat surat al-Adiat. Jadi sumpah Allah Subhanahu Wa Ta’ala mempunyai makna yang cukup luas untuk dijadikan pelajaran oleh kaum muslimin.
- Ø¥Ùنَّ الْإÙنْسَانَ Ù„ÙØ±ÙŽØ¨Ù‘ÙÙ‡Ù Ù„ÙŽÙƒÙŽÙ†Ùودٌsesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya,
Al-Jaza`iri berpendapat bahwa الْإÙنْسَانَ (manusia) pada ayt ini adalah orang kafir yang bodoh terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mengenal ma’rifat pada-Nya, tidak mengetahui maya yang dilarang. Orang yang demikian itu disumpah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena kebangetan kufurnya tidak mau syukur atas ni’mat-Nya. Perkataan Ù„ÙŽÙƒÙŽÙ†Ùودٌ juga mengandung arti sangat kufur atas ni’mat yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan padanya.[19] Dalam bahasa Arab, menurut al-Maraghi, dikenal dengan kalimat كَنَدَ النÙّعْمَة yaitu mengkufuri ni’mat dan tidak mensyukurinya. Secara bahasa perkataan الْكَنÙوْد itu tanah yang tidak shubur dan tidah bisa tumbuh ditanami tanaman. Jadi istilah ini disebutkan pada manusia yang tidak mau memenuhi hak dan kewajibannya, tidak mau berbagai kebaikan kerpada sesamanya.[20] Ada beberapa pendapat tentang pengertian Ù„ÙŽÙƒÙŽÙ†Ùودٌ yang dikutip oleh al-Bayhaqi[21], antara lain: (a) menurut Qatadah dan al-Hasan الكÙور بالنعمة kufur atas ni’mat; (b) menurut al-Kalabi الكنود البخيل بما أعطي الذي يمنع Ø±ÙØ¯Ù‡ ØŒ ويجيع عبده ويأكل ÙˆØØ¯Ù‡ ØŒ ولا يعطي ØŒ الباسة تكون ÙÙŠ قومه ØŒ bakhil atas apa yang diberikan padanya, tidak mau berbagai pada sahabatnya, memakannya dengan sendirian, tidak memberikan kepada yang membutuhkan pada kaumnya ; (c) menurut al-Hasan bin Ab al-Husain يعدد المصائب ØŒ وينسى النعم menghitung dan menata mushibat tapi melupakan ni’mat; (d) menurut al-Hasan al-Bashri يذكر المصيبات ØŒ وينسى النعم menyebut-nyebut mishibat dan melupakan ni’mat, sehingga yang dirasakan hanya mushibat.
Ditegaskan bahwa orang yang memiliki sifat ÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽÙ†Ùودٌ itu adalah orang kafir yang tidak mau mensyukuri ni’mat yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada mereka. Namun kenyataannya suka menular pada orang mu`min melupakan ni’mat tersebut, padahal betapa banyak ayat yang menyerukan untk mengingat ni’mat yang diberikan padanya. Ayat yang diawali dengan sumpah ini agar jadi peringatan bagi orang mu`min jangan sampai ketularan penyakit kufur yang kurang bersyukur.
- ÙˆÙŽØ¥Ùنَّه٠عَلَى ذَلÙÙƒÙŽ Ù„ÙŽØ´ÙŽÙ‡Ùيدٌdan sesungguhnya dia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
Menurut al-Baydlawi ÙˆÙŽØ¥Ùنَّه٠bisa : (a) bermakna manusia itu sendiri menjadi saksi atas perbuatannya sebagaimana disebut pada ayat sebelumnya tidak mau syukur atas ni’mat sehingga disebut kufur; (b) bisa juga bermakna bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyaksikan kekufuran mereka dan tidak mau bersyukur sebagai peringatan bagi manusia.[22] Ibn al-Jauzi juga menafsirkan huruf Ù‡ pada ÙˆÙŽØ¥Ùنَّه itu bisa dimaknai: (a) merujuk pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga artinya sesungguhnya DIA menyaksiakan atas kekuasaan-Nya pada segala keingkaran manusia sehingga tidak mau seykur; (b) merujuk pada manusia yang mengandung arti bahwa mereka menjadi saksi sendiri atas perbuatan keingkaran mereka pada ni’mat yang diberikan.[23] Manusia menjadi saksi pada dirinya sebagaimana tersirat pula pada surat al-Zalzalah yang dibahas sebelumnya. Barang siapa yang beramal buruk sekecil apapun, maka akan melihat akibatnya.[24] Oleh karena itu seharusnya semua manusia sadar akan dirinya bahwa kejelekan itu bakal diketahui sendiri. Jadi ayat ini merupakan peringatan bagi setiap manusia jangan sampai lengah atau tidak waspada pada ucap, sikap dan tindakan selama hidup di dunia.
- ÙˆÙŽØ¥ÙÙ†Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ù„ÙØÙØ¨Ù‘٠الْخَيْر٠لَشَدÙيدٌdan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
Perkataan Ø¥Ùنَّه٠di sini tidak ada perbedaan di kalangan mufasir, bermakna sesungguhnya manusia Ù„ÙØÙØ¨Ù‘٠الْخَيْر٠لَشَدÙيد sangat mencintai harta. Perkataan الْخَيْر٠pada ayat ini dimaknai harta kekayaan yang bisa dini’mati dalam kehidupan duniawi. Pengertian yang sama juga tercantum pada surat al-Baqarah:180 tentang wasiatØ¥ÙÙ† تَرَكَ خَيْرًا الوصية makna خيرا tersebut adalah harta kekayaan yang akan ditinggalkan bisa diwasiatkan kepada keluarga yang diperkiarakan tidak mendapat warisan. Ini penting, karena rata-rata umat manusia yang mencintai harta secera berlebihan sehingga melalaikan tugas ibadah atau menimbulkan pertengkaran di kalangan keluarga. Dalam surat al-Adiat ini juga Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah, dan menekankan bahwa banyak manusia yang mencintai harta dengan amat sangat. Perkataan لَشَدÙيد difahami لقوي ÙÙŠ ØØ¨Ù‡ للمال kecintaan pada harta sangat kuat dan amat sangat.[25] Namun ada juga yang memahami لبخيل  pelit yang yang amat kikir sehingga tidak mau berbagi pada sesame. Karena sangat mencintai harta, menimbulkan menderita penyakit ruhani seperti pelit yang tidak mau berbagai harta pada orang lain.[26] Semestinya setiap manusia sadar bahwa keni’matan harta kekayan bukan dalam tumpukan atau simpanan yang tidak bermanfaat untuk orang. Keni’matan harta terletak pada kemampuan memanfaatkannya untuk diri dan banyak orang. Harta yang tersimpan hanyalah kebanggan pemilik yang senantiasa dijadikan iri oleh yang tidak punya. Allah bersumpah dengan orang yang terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersyukur. Cinta pada harta hanyalah mendorong untuk memperbanyak tidak kartuan, setelah memiliki satu gunung emas, maka akan berharap menginginkan gunung emas lainnya, dan begitu seterusnya hingga seluruh tubuhnya termakian tanah di liang kubur.
- Ø£ÙŽÙَلَا ÙŠÙŽØ¹Ù’Ù„ÙŽÙ…Ù Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ Ø¨ÙØ¹Ù’Ø«ÙØ±ÙŽ Ù…ÙŽØ§ ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ¨ÙورÙMaka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
Kalimat Ø£ÙŽÙَلَا يَعْلَم٠menurut al-Jaza`iri merupakan istfiham (kalimat tanya) inkari dengan menekankan apakah dia tahu yang mengandung arti masa iada dia tidak tahu? Kalimat Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ Ø¨ÙØ¹Ù’Ø«ÙØ±ÙŽ ÙŽ ketika dibangkitkan? Perkataan Ø¨ÙØ¹Ù’Ø«ÙØ±ÙŽ bermakna dijungkir balikan yang bawah menjadi ke atas, tapi maksud di sini ialah dikeluarkan dari qubur atau dibangunkan. Apa yang ada dalam qubur dikeluarkan, dibangkitkan, utamanya manusia menghadapi hari perhitungan tentang aqidahnya, amalnya, yang semuanya akan nampak di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.[27] Dengan nada bertanya ayat ini, mengingatkan manusia yang melupakan tasyakkur ni’mat, dan sangat mencintai harta kekayaan duniawi. Bagaimana jika mereka dibangkitkan dari qubur, apakah dibawa harta yang banyak? Apakah banyak manfaatnya harta yang melimpah? Cobalah perhatikan sejak masuk ke dalam qubur, apa yang dibawa kesana? Bukankah hanya beberapa lapis kain kafan yang digunakannya? Bahkan kendaraan yang banyak pun, hanya ambulance yang murah saja yang digunakan oleh jenazah? Andaikan mereka tahu tentang nasib harta ketika dibangkitkan dari qubur, tentu saja mereka akan zuhud pada harta, tidak berebut meperkaya diri, tidak akan kikir, tidak akan mencintainya dengan kesungguhan. Namun kenyataan manusia melupakan masa bangkit dari qubur. Bukankah mereka juga melihat betapa banyak orang kaya yang meninggal, hartanya tidak menyelamatkan? Bukankan banyak orang kaya yang numpuk harta, maka ketika dia meninggal hasil jerih payahnya hanya dijadikan bahan pertengkaran ahli warits? Di alam qubur semua harta tersebut tidak berguna, karena tidak bisa dijadikan tebusan amal. Apa yang dikerjakan di dunia itulah yang bakal dibawa kea lam qubur untuk diperhitungkan nilainya. Tentu saja berbeda dengan orang yang memanfaatkan hartanya untuk jihad di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bakal meraih pahala yang berlipat ganda, yang dapat dijadikan bahan perhitungan di alam bangkit dari qubur nanti.
- ÙˆÙŽØÙصّÙÙ„ÙŽ مَا ÙÙÙŠ Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ¯ÙورÙdan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
Apa yang biasanya tersembunyi dalam rongga dada manusia, saat itu akan ditampakkan secara lahiriyah, sehingga diketahuilah keimanan dan kekufuran manusia. Dengan demikian jangankan amal lahiriyah, amal tersembunyi pun akan tampak kelihatan. Siapa manusia yang kufur ni’mat, siapa yang pelit siapa pun yang baik akhlaqanya akan kelihatan secara langsung.
- Ø¥Ùنَّ رَبَّهÙمْ بÙÙ‡Ùمْ ÙŠÙŽÙˆÙ’Ù…ÙŽØ¦ÙØ°Ù لَخَبÙيرٌsesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka
Ini membuktikan bayhwa pengetahun Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjangku lahiriyah dan bathiniyah. Sebagaimana DIA selama hidup manusia di dunia, dikethaui oleh-Nya, di akhirat apalagi ditampilkan ke permukaan. Di dunia bisa saja manusia menyembunyikan dirinya, menyembunyikan isi hati, tapi diakhirat kelak akan tampak dan kelihatan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menggunakan nama خَبÙيرٌ di sini sebagai bukti penwawasan yang tidak terbatas menembus lahir bantin, besar maupun kecil.
- Beberapa Ibrah
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan kuda yang memiliki keistimewaan antara lain (a) lari sangat kencang; (b) memercikan api dari telapak kakinya; (c) menyergap di waktu shubuh; (d) memunculkan debu ke permukaan; (e) bisa masuk ke tengah kelompok musuh. Sumpah ini memberikan pelajaran bagi umat agar memeiliki etos kerja yang hebat serta persiapan mengahadpi musuh dengan taktik dan strategi yang canggih.
- Sumpah Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat banyak fungsinya, yang paling utama hendaklah dijadikan pelajaran oleh manusia tentang yang disebutkan oleh-Nya dalam sumpah tersebut. Kuda yang disebut dalam sumpah ini, tetap menjadi ukuran kendaraan hingga saat ini.
- Kuda yang begitu bagus penampilan, manfaat dan kehebatan lain, tetap akan menjadi pusat perhatian manusia hingga akhir zaman. Zaman modern dan zaman canggih pun, masih mendapat perhatian manusia di seluruh dunia. Bahkan sampai saat ini pun pasuk berkuda masih digunakan oleh mansuia di berbagai Negara. Oleh karena itu mesti dijadikan pelajaran dalam segala aspek kehidupan.
- Di antara manusia ada yang tidak menyadari akan ni’mat dan diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala padanya, sehingga lupa bersyukur. Disangkanya segala keni’matan itu hanya hasil jerih payah sendiri, padahal merupakan anugerah Ilahi.
- Kecintaain manusia peda harta banyak yang menjerumuskan pada kehancuran, dilanda penyakit pelit hingga sulit berbagi. Dikira tidak akan dibangkitkan dari liang kubur yang tidak memiliki apapun, harta yang banyak tidak bisa dimanfaatkan. Seyogyanya mereka sadar bahwa harta yang ditumpuk tidak ada manfaat di akhirat kelak.
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadi saksi tentang amal perbuatan manusia baik yang lahiriyah mauapuan yang rahasia. Di akhirat kelak yang mengetahui amal manusia bukan hanya diketahui oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tapi juga oleh diri sendiri dan sesame manusia lainnya.
- Asma Allah Subhanahu Wa Ta’ala al-Khabir, merupakan nama yang pengetahuan-Nya menembus segala aspek kehidupan, baik yang lahirah maupun bathiniyah. Oleh karena seteiap manusia harus tetap sadar akan dirinya yang tetap dalam pengawasan al-Khabir, maka mesti baik dalam segala aspek kehidupan. Amal lahiriyah biasanya muncul dari niat dalam hati nurani. Oleh karena itu segera perbaiki niat dan i`tikad bathiniyah supaya mewujudkan amal yang baik pula lahiriyahnya.
-=o0o=-
[1] Al-Jami li Ahkam al-Qur`an, XX h.153
[2] tafsir al-Nasafi, IV h.47
[3] tafsir al-Maraghi, XXX h.221
[4] Zubdah al-Tafsir, h.1504
[5] tafsir al-Baghawi, VIII h.505
[6] Zad al-Masir, VI h.184
[7] al-Biqa’iy, IX h.493
[8] tafsir al-Maraghi, XXX h.221
[9] al-Tafsir al-Munir, XXX h.368
[10] Ibn al-Juzi, Zad al-Masir, VI h.184
[11] Zubdah al-Tafsir, h.1504
[12] tafsir al-Maraghi, XXX h.221
[13] tafsir al-Naisaburi, VII h.377
[14] tafsir al-Khazin, VH h.298
[15] Tafsir Abi Su’ud, VII h.48
[16]tafsir al-Maraghi, XXX h.221
[17] Zar al-Masir, VI h.284
[18] Tafsir al-Baydlawi, V h.413
[19] aysar al-Tafasir, V h.606
[20] tafsir al-Maraghi, XXX h.222
[21] syu’b al-Iman, juz XÂ h.151-153
[22] Tafsir al-Baydlawi, V h.413
[23] Zad al-Masir, VI h.184
[24] perhatikan kembali kajian surat al-Zalzalah ayat 8.
[25] Al-Jami li Ahkam al-Qur`an, XX h.162
[26] tafsir al-Baghawi, VIII h.509
[27] aysar al-Tafasir, V h.607