ali-Imran:137-141 (KAJI MASA SILAM JANGAN BERSEDIH HATI)
KAJI MASA SILAM JANGAN BERSEDIH HATI
(kajian tafsir ali Imran: 137-141)
A. Teks Ayat dan Tarjamahnya
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ () هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ () وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ () إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ () وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir… Qs.3:137-141
B. Kaitan dengan ayat sebelumnya
Pada ayat 121 hingga ayat 128, dijelaskan tentang peristiwa perang Badar dan Uhud. Diungkap pula, bagimana Allah SWT berfihak pada para mujahid di jalan-Nya (bandngkan dg Qs.37: 171-173). Ayat 130 menyeru agar mu’min menjauhi riba. Sekaligus pula mengisayaratkan bahwa jihad di jalan Allah berfungsi pemebntukan msyarakat Islam yang bersih dari kebiasaan jahiliyah. Ayat 133-136 menyeru agar bersegra meraih maghfirah dan surga. Ayat 137 ini menandaskan bahwa semua ketentuan itu telah berjalan sejak masa lalu, maka hendaknya mu’min mengambil pelajaran, agar bumi ijni dipusakai orang shalih (bandingkan Qs.21:105).
C. Tafsir Kalimat
1. قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ; Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu, sunnah-sunnah Allah;
خَلَت : مضت من قبلكم berlalu pada umat sebelum kamuسُنَن : ج: سُنة : الطَّرِيْقَةُ المُعْتَبَرة و السِّيْرَة المُتَّبَعَة Sunan merupakan jama dari sunnah yaitu metoda atau jalan hidup yang diambil pelajaran dan diakui.[1] Ibn al-Jauzi berkomentar sebagai berikut:
Firman Allah قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ mengandung dua makna:
(1) قد مضى قبلكم أهل سنن وشرائع ، فانظروا ماذا صنعنا بالمكذبين منهم (telah berlalu sebelum kamu para ahli sunnah dan syari’ah, maka pelajarilah apa yang kami perbuat terhadap orang yang mendustakannya dari kalangan mereka), sebagaimana dikemukakan Ibn Abbas.
(2) قد مضت قبلكم سنن الله في إهلاك من كذب من الأمم ، فاعتبروا بهم (telah berlalu ketetapan Allah yang menghancurkan para pendusta dari kalangan umat, maka hendaklah kamu mengambil pelajaran). Demikian dikemukakan oleh Mujahid.
2. فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُروا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِين karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).Perkataan فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ sekurang-kurangnya mengandung dua makna:
(1) bepergian dalam perjalanan seperti dikemukakan al-Zujaj : إذا سرتم في أسفاركم ، عرفتم أخبار الهالكين بتكذيبهم (jika kalian berepgian cobalah perhatikan kalian kenali berita orang-orang yang mengalami kehancuran disebabkan mereka mendusatakan sunnat Allah).
(2) tafakkur atau menelitian kejadian masa silam, maka makna Fanzhuru itu hendaklah mengadakan penelitian tentang sebab akibat di masa silam, masa kini, maupun gambaran masa depan. Dalam berberapa ayat dapat diketahui fungsi perjalanan yang seharusnya dicapai oleh kaum muslimin, antara lain yang tercantum di table berikut:
FUNGSI SHAFAR |
TARJAMAH |
NASH QUR’ANI |
Menganalisis ayat kauniah, mengambil bayan, hidayah, mau’izhah, |
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. |
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُروا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِين هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ ( Qs.3:137-138) |
Mengkaji sejarah, menggapai masa depan, meningkatakan cakrawala berfikir |
Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? |
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا أَفَلَا تَعْقِلُونَ (Qs.12:109) |
Mengoptimalkan fungsi hati, rasa, rasio, pendengaran, dan penglihatan, |
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. |
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (Qs.22:46) |
Menggali sejarah pengelola masyarakat dan menggali sumber daya alam. Memilah figur yang baik dan yang buruk. Meningkatkan keyakinan atas keadilan Allah SWT (bandingkan: Qs.35:44 / 40:21 / 40:82 / 47:10 |
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. |
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (Qs.30:9) |
Mengambil pelajarn dari pendusta agama (lihat:Qs.16:36 ) |
Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu”. |
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ Qs.6:11 |
Mengambil cermin dari pejahat |
Katakanlah: “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa. |
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ Qs.27:69 |
Mencri bukti kekuasaan Allah SWT dan meyakininya (Qs.29:20) |
Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. |
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ |
Mencari rejeqi, berdzikir, meraih kebahagiaan Qs.62:9 |
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. |
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ |
3. هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Menurut Sa’d bin Jubair, ayat ini merupakan yang pertama diturunkan dari surat ali-Imran. Perkataan هَذَا pada ayat ini menurut al-Hasan, Qatadah dan Muqatil bermakna al-Qur`an. Sedangkan menurut Ibn Ishaq berarti apa yang diterangkan al-Qur`an tentang umat di masa silam. Sedangkan بَيَانٌ لِلنَّاسِ menurut al-Sya’bi bermakna penjelasan segala sesuatu yang masih samara, atau mengungkap sesuatu yang masih tersembunyi. Al-Zuhayli mengungkapkan:هُدًى : تَبْصِيْر وَ إِرْشَاد إلَى طَرِيْق الدِّيْن: Hudan adalah daya pandang yang tajam dan petunjuk pada jalan al-Islam sebagai agama yang lurus. مَوْعِظَة: مَا يُلَيِّن القَلْب وَيَدْعُو إلى التَّمَسُّك بِالطَّاعة Sesuatu yg melunakan hati dan mendorong untuk memegang teguh Islam dan disiplin menaatinya.
4. وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Perkataan وَلَا تَهِنُوا Jangan merasa lemah, berasal dari الوَهْن yang menurut al-Zuhali, الوَهْن: الضَّعْف فِي العَمَل وفِي الرَّأي وَفِي الأمر Wahn ialah penyakit lemah dalam bertindak, berfikir, dan mengambil keputusan.[2] Dalam hadits diterangkan makna الوَهْن:
فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Seseorang bertanya kepada Rasul: Ya Rasul! Apa yang dimaksud penyakit wahn itu? Rasul bersabda: “terlalu mencintai dunia dan sangat takut oleh mati” Hr. Ahmad dan Abu Daud.[3]
Orang mu’min tak sepatutnya merasa hina lemah atau gundah menghadapi kafir. Perkataan ولا تحزَنوا Jangan bersedih, berasal dari kata الحَزَن yang menurut al-Zuhayli bermakna:الحَزَن: ألَمٌ يعرض لِلنَّفْس مِن فَقْد مَا تحب Perasaan sakit dalam hati diakibatkan hilangnya yang dicintai. وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ Mu’min adalah umat tertinggi derajatnya, termulia kedudukan-nya. Oleh karerna itu tidak sepatutnya merasa hina, rendah diri, atau pesimis menghadapi serangan orang kafir. Muslim mesti kuat, baik dalam pendirian maupun perjuangan. Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasul SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu’min yang lemah. Bersemangatlah dalam kebaikan dan yang memberi manfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah jangan bosan. Jika menemui kegagalan, jangan kamu katakan”kenapa dulu tidak melakukan begini begitu. Katakanlah jika Allah mengendaki apa pun bisa terjadi. Sesungguhnya kata-kata “andaikan” memberi peluang bgi perbuatan setan. Hr. Muslim.[4]
Essensi hadits ini antara lain (1) Allah lebih mencintai orang mu`min yang kuat disbanding mu`min yang lemah, (2) mu`min harus tetap semangat mengambil manfaat di setiap saat, (3) jangan bosan meminta pertolongan dari Allah SWT, (4) jangan menyesali kegagalan, tapi hendaklah mengambil pelajaran dari pengalaman, (5) jangan terlalu banyak mengatakan andaikan aku, andaikan begitun andaikan begini, karena sikap seperti itu pengaruh setan.
5. إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Perkataan قَرْحٌ menurut al-Jaza`iri أثَر السِّلاح في الجِسْمِ كالجَرح Bekas senjata yang menimpa badan seperti luka atau cedre.[5] Kalau dalam perjuangan itu mengalami kendala, memang pperjuangan tidak selamanya berjalan lancer. Kalau ada yang terluka, ingatlah pihak lawan pun ada yang terluka. Jika pada perang uhud, kurang sukses dalam mengalahkan kaum kafir, bukankah di perang badar pernah maraih kemenangan yang gemilang. Jika mu`min terluka dalam perang uhud, bukankah di perang badar banyak kafir yang tewas secara konyol? Mengapa mesti merasa terhina, di kala mengalami kendala dalam berjuang. Jangan terlalu girang tatkala menang, jangan tumbang tatkala ada yang hilang.
6. وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); Dalam perjuangan, bisa meraih kemenangan, bisa juga menemui kegagalan. Itu merupakan sunnatullah yang terus berulang. Namun jangan sampai menemui kekagagalan berulang kali, maka mesti pandai mengambil pelajaran.
7. وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.
Jika ada orang mu’min terluka dalam perang, seperti badar dan uhud itu merupakan konsekuensi dalam perjuangan. Namun mesti diingat bahwa gugur dalam perjuangan mela al-Islam, bagi mu`min itu menjdai syuhada yang jaminannya surga.
5. وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, Orang yang zhalim bakal dikalahkan, walau mungkin selama di dunia kelihatan masih mempunyai kekuatan. Di akhirat orang yang zhalim itu bakal terjerumus pada kehancuran. Allah mencintai yang menegakkan keadilan, dan membenci kezhaliman. Oleh karena itu jangan putus asa menegakkan keadilan, jangan bosan memberantas kezaliman.
6. وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir…
Orang mu`min da;lam berjuang, kalah ataupun menang tetap mendapat jaminan kebahagiaan. Jika mu`min menang, maka meraih kebahagian dua kebaikan yaitu keunggulan dunia, dan meraih surga di akhirat kelak, serta menghapus dosa. Mushibat yang dialami mu`min berfungsi penghapus dosa. Sedangkan orang kafir, baik kalah atau pun menang tetap dalam kerugian. Jika mereka menang di dunia, di akhirat masuk neraka. Jika mereka kalah di dunia, maka dunia akhirat menderita.
D. Beberapa Ibrah:
1. Sunnah Allah berfungsi sebagai bayan, hudan dan mau’izhah bagi umat muttaqin
2. Bepergian ke mana pun hendaknya berfungsi mengambil pelajaran dan hidayah, sehingga tahu bagai mana akibat yang dipikul oleh pendusta ayat
3. Untuk mendapatkan mau’izhah dan hidayah, hendkanya banyak pergi menelusuri bumi dan mempelajarinya.
4. Karena ketentuan Allah SWT memberlakukan sunnah-Nya sepanjang masa, maka seyogyanya menjadi hidayah dan mau’izhab bagi orang mu’min
5. Peristiwa menyedihkan jangan menimbulkan lemah fikiran, sikap dan tindakan. Mu’min mesti berpendirian bahwa dirinya lebih mulia dari yang lain.
6. Jika dalam perjuangan menemui kendala dan kerugian, orng kafir pun sama menemui kegagalan. Perjuangan tidak selamanya sukses dengan mudah.
7. Allah SWT selalu mengajarkan agar mu’min pandai mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu.
8. Sejarah bisa berulang tatkala, sikap dan tindakan menusia mengalami kesamaan dengan orang masa silam.
9. Hilangkan penyakit wahn dan hazan, tanamkan sifat qwiy dn syaja’ah. Bila megalami kegagalan jangan terlalu sering menyesal, tapi perbaikilah dan ambil kesempatan yang memberi manfaat. Jangan bosa, dan jangan pula berandi-andai.
10. Musibat yang menimpa mu’min berfungsi pembersih dosa dan noda. Mushibat yang menimpa kafir berfungsi siksa dan kehancuran.