ali-Imran:95 (EKSISTENSI MUSLIM)
EKSISTENSI MUSLIM
(kajian ali Imran: 95)
Teks Ayat dan tarjamahnya
Ù‚Ùلْ صَدَقَ اللَّه٠ÙÙŽØ§ØªÙ‘ÙŽØ¨ÙØ¹Ùوا Ù…Ùلَّةَ Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙيمَ ØÙŽÙ†ÙÙŠÙًا وَمَا كَانَ Ù…ÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ´Ù’رÙÙƒÙينَ
Katakana olehmu”Allah Maha Benar” ikutilah millah Ibrahim yang hanif, dia bukanlah orang musyrik. Qs.3:95
Kaitan dengan Ayat Sebelumnya
Ayat 93 yang lalu membantah Bani Isra`il yang beranggapan bahwa ada beberapa makanan nyang diharamkan di jaman dahulu kala. Ayat tersebut juga menantang mereka untuk membuka kitab taurat yang asli, apakah ada pertentangan dengan yang diungkapkan Rasul SAW. Ayat 95 menegaskan bahwa yang benar adalah apa yang diungkapkan dalam al-Qur`an. Oleh karena itu jika ingin selamat ikutilah millah Ibrahim sebagaimana diuraikan dalam firman Allah SWT, yang mengajarkan tauhid melarang musyrik.
Ayat 94 mengancam orang yang mendustakan Allah, ayat 95 memerintah agar membenarkan-Nya.
Tafsir Kalimat
Ù‚Ùلْ صَدَقَ اللَّهÙ
Perkataan Ù‚ÙÙ„ merupakan bentuk perintah dari قَال – يقÙول – قولا maka berarti katakanlah olehmu. Secara historis, ketika ayat ini turun berisi perintah untuk menjawab tantangan kaum yahudi dan nashrani yang telah berbuat kebohongan tentang hukum halal dan haram. Namun perintah ini bersifat umum atas setiap manusia agar menyatakan keyakinannya di hadapan manusia lain, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Keyakinan yang dikatakan, akan mengandung konsekuensi siap dipertanggung-jawabkan. Dengan demikian akidah bukan hanya diyakini, tapi juga mesti diungkapkan, dan dibuktikan. Al-Wahidi (w.468H) mengatakan  قل صدق الله  ÙÙŠ هذا ÙˆÙÙŠ جميع ما أخبر به (katakan yang maha benar adalah Allah, baik dalam hal diungkapkan di sini maupun semua apa yang diberitakan oleh-Nya).[1] Perkataan صَدَقَ اللَّه menurut al-Baydlawi (w.791H) mengandung perintah agar Nabi Muhammad dan umatnya menegaskan bahwa yang benar adalah apa yang difirmankan Allah, sedangkan yang dikatakan yahudi dan nashrani adalah bohong.[2] Kebohongan kafir kitabi yang diungkapkan pada ayat sebelumnya itu antara lain tentang hukum makanan, dan pengakuan palsu tentang Ibrahim.[3]
ÙÙŽØ§ØªÙ‘ÙŽØ¨ÙØ¹Ùوا Ù…Ùلَّةَ Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙيمَ ikutilah millah Ibrahim
Perkataan Ù…Ùلَّةَ menurut bahasa berarti jalan hidup, dan menurut istilah berarti الشريعة والدين (hukum-hukum dan ajaran keagamaan).[4] Dengan demikin Ù…Ùلَّةَ Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙيمَ berarti agama yang dida’wahkan nabi Ibrahim, yaitu al-Islam.
ØÙŽÙ†ÙÙŠÙًا
Arti hanif  adalah selalu cenderung pada kebenaran dan berpaling dari kebatilan. Adapun pengertian hanif menurut mufasirin antara lain sebagai berikut:
NAMA MUFASIR | ARTI HANIF | TARJAMAHNYA |
Al-Wahidi (w.468H)[5] | مائلا عن الأديان كلها إلى دين الإسلام | Berpaling dari agama apa pun dan lurus pada al-Islam |
Al-Baghawi (w.516H),[6] | المائل عن الأديان كلها إلى دين الإسلام | Berpaling dari agama apa pun dan lurus pada al-Islam |
Al-Baydlawi w.791H),[7] | مائلا عن الباطل إلى الØÙ‚ | Berpaling dari yang batil dan condong kepada yang benar |
Al-Syawkani (w.125H),[8] | المائل عن الأديان الباطلة إلى دين الØÙ‚ | Berpaling dari agama yang batil, memusatk perhatiannya pada agama yang benar |
وَمَا كَانَ Ù…ÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ´Ù’رÙÙƒÙينَDan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik”. Agama yang dianut yahudi dan nashrani, tidak sama dengan yang diajarkan Nabi Ibrahim. Ibrahim bukan orang musyrik, tapi benar-benar tauhid. Yahudi sudah musyrik, karena mempertuhankan Uzair. Nashrani juga musyrik, karena menyembah Isa.[9]
Beberapa Ibrah
Essensi Ayat
Allah SWT memerintahkan agar Nabi Muhammad dan umatnya membantah kebatilan, memberantas kemusyrikan, dan berani tampil di hadapan manusia, seperti Nabi Ibrahim yang memiliki kepribadian hanif
.
lima langkah menjaga eksistensi muslim
Berdasar ayat ini, sekurang-kurangnya terdapat lima tanggung jawab muslim dalam menjaga eksistensinya yaitu:
(Pertama): Menampilkan identitas muslim
Ayat yang diawali dengan kata قَلْ qul yang berarti katakanlah olehmu! Ini menunjukkan bahwa kita sebagai muslim harus berani mengatakan dan menampakkan identitas diri. Kepribadian muslim, harus diperlihatkan kepada siapa pun. Jika kita berani mengatakannya, maka harus berani menampilkan dan mempertahankannya. Identitas diri sebagai muslim, tidak boleh kita sembunyikan. Seorang muslim harus ukhrijat linnas (Qs3:110), yang tampil di depan manusia. Eksistensinya nampak. Perkataan Qul ini harus mengoreksi anggapan yang menyatakan bahwa ikhlash itu, sembunyi dan tertutup. Ikhlash ternyata tidak berarti tertutup dan bersembunyi. Bukankah surat al-Ikhlash yang menjadi prinsip tauhid pun diawali dengan Qul? Bukankah surat al-Kafirun yang menjadi prinsip ibadah juga diawali dengan perkataan Qul? Dengan demikian tampil di depan, nampak dipermukaan serta berani jadi sponsor kebajikan, menampakkan diri sebagai muslim, merupakan manifestasi iman dan ikhlash.
(Kedua): Meyakini kebenaran Mutlak, hanya yang datang dari Allah SWT.
Kalimat صَدقَ الله shadaqallah, yang berarti Maha benar Allah, menyiratkan bahwa setiap muslim berkeyakinan bahwa yang mutlak benar hanya Allah, dan yang datang dari-Nya. Tidak ada kebenaran mutlak selain dari Allah SWT. Setiap muslim bertanggung jawab untuk membuktikan keyakinan tersebut dalam sikap, ucap dan tindakan. Tidak ada kebenaran yang dibela secara mati-matian, selain yang datang dari Allah, al-Islam. Membuktikan keyakinan akan kebenaran Islam, tidak cukup hanya dalam jiwa, hati dan perasaan, tapi juga diucapkan diamalkan, ditegakkan, dan disebarkan. Salah satu misi risalah Rasulullah adalah ليظهره على الدين كله liyuzhhirahu aladd-dini kullih, mengunggulkan Islam di atas agama yang lainnya. Memenangkan Islam mengalahkan agama lainnya.
Kebenaran Islam bersifat mutlak, kebenran lainnya relatif. Beda dengan kebenaran hasil manusia, baik isi maupun pemahamannya bersifat relatif dan sementara. Yang dianggap benar masa lalu, belum tentu benar masa kini. Yang dianggap benar dalam satu negara, belum tentu diakui kebenarannya di negri lain. Oleh karena itu apalah artinya, kita membela kebenaran yang relatif. Betapa sayangnya energi, daya dan tenaga bila hanya digunakan untuk membela kebenaran sementara. Kebenaran buatan manusia biasanya dipengaruhi oleh kebutuhan kepentingan. Bahkan terkadang dipengaruhi oleh siapa yang membiayainya. Kebenaran Islam tidak terpengaruh oleh perubahan jaman, tidak berubah oleh situasi dan kondisi, tidak pula tergoyahkan oleh arus informasi.
Melestarikan dan mengikuti Millah Ibrahim
Langkah ini tersurat pada firman-Nya: ÙÙŽØ§ØªÙ‘ÙŽØ¨ÙØ¹Ùوا ملةَ إبراهيم ØÙ†ÙŠÙا fattabi’u millata ibrahima hanifa; maka ikutilah millah Ibrahim yang hanif. Qurban maupun haji merupakan napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim dalam membangun baladun amin (negri yang sejahtera) mulai dari pembinaan diri dan keluarga. Nabi Ibrahim berhasil membangun dua negri yaitu Negri Mekkah, bersama Siti Hajar dan Isma’il, serta Baitul-Maqdis bersama Siti Sarah dan Ishaq. Ibadah haji dan qurban perlu juga dimanifestasikan dalam napak tilas perjuangan membangun negara berawal dari keluarga. Millah Nabi Ibrahim dalam membangun negara, dapat kita lihat programnya yang tersirat pada Qs.14:35-38, antara lain sebagai berikut:
ÙˆÙŽØ¥ÙØ°Ù’ قَالَ Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙيم٠رَبّ٠اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامÙنًا ÙˆÙŽØ§Ø¬Ù’Ù†ÙØ¨Ù’Ù†ÙÙŠ وَبَنÙيَّ أَنْ Ù†ÙŽØ¹Ù’Ø¨ÙØ¯ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙŽØµÙ’Ù†ÙŽØ§Ù…ÙŽ(*) رَبّ٠إÙنَّهÙنَّ أَضْلَلْنَ ÙƒÙŽØ«Ùيرًا Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّاس٠Ùَمَنْ ØªÙŽØ¨ÙØ¹ÙŽÙ†ÙÙŠ ÙÙŽØ¥Ùنَّه٠مÙنّÙÙŠ وَمَنْ عَصَانÙÙŠ ÙÙŽØ¥Ùنَّكَ غَÙÙورٌ رَØÙيمٌ(*)رَبَّنَا Ø¥ÙنّÙÙŠ أَسْكَنْت٠مÙنْ Ø°ÙØ±Ù‘ÙيَّتÙÙŠ بÙوَاد٠غَيْر٠ذÙÙŠ زَرْع٠عÙنْدَ بَيْتÙÙƒÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØÙŽØ±Ù‘ÙŽÙ…Ù Ø±ÙŽØ¨Ù‘ÙŽÙ†ÙŽØ§ Ù„ÙÙŠÙÙ‚ÙيمÙوا الصَّلَاةَ Ùَاجْعَلْ Ø£ÙŽÙÙ’Ø¦ÙØ¯ÙŽØ©Ù‹ Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّاس٠تَهْوÙÙŠ Ø¥ÙلَيْهÙمْ وَارْزÙقْهÙمْ Ù…ÙÙ†ÙŽ الثَّمَرَات٠لَعَلَّهÙمْ ÙŠÙŽØ´Ù’ÙƒÙØ±Ùونَ
menjadikan keluarga sebagai aset perjuangan kesejahteraan negara, tersirat pada do’a ÙˆÙŽØ¥ÙØ°Ù’ قَالَ Ø¥ÙØ¨Ù’رَاهÙيم٠رَبّ٠اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامÙنًا (2) menanamkan jiwa tauhid dalam pribadi, keluarga dan masyarakat ÙˆÙŽØ§Ø¬Ù’Ù†ÙØ¨Ù’Ù†ÙÙŠ وَبَنÙيَّ أَنْ Ù†ÙŽØ¹Ù’Ø¨ÙØ¯ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙŽØµÙ’Ù†ÙŽØ§Ù…ÙŽ (3) membersihkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat dari penyembahan berhala, رَبّ٠إÙنَّهÙنَّ أَضْلَلْنَ ÙƒÙŽØ«Ùيرًا Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّاس٠Ùَمَنْ ØªÙŽØ¨ÙØ¹ÙŽÙ†ÙÙŠ ÙÙŽØ¥Ùنَّه٠مÙنّÙÙŠ (3) me negakkan hukum bagi yang bersalah, وَمَنْ عَصَانÙÙŠ ÙÙŽØ¥Ùنَّكَ غَÙÙورٌ رَØÙيمٌ (4) mewujudkan generasi penerus yang berkualitas. رَبَّنَا Ø¥ÙنّÙÙŠ أَسْكَنْت٠مÙنْ Ø°ÙØ±Ù‘ÙيَّتÙÙŠ بÙوَاد٠غَيْر٠ذÙÙŠ زَرْع٠عÙنْدَ بَيْتÙÙƒÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØÙŽØ±Ù‘ÙŽÙ…Ù (5) meningkatkan kegiatan ibadah, رَبَّنَا Ù„ÙÙŠÙÙ‚ÙيمÙوا الصَّلَاةَ (6) menjalin hubungan baik sesama anggota dan menananamkan kasih sayang di antara mereka, Ùَاجْعَلْ Ø£ÙŽÙÙ’Ø¦ÙØ¯ÙŽØ©Ù‹ Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّاس٠تَهْوÙÙŠ Ø¥ÙلَيْهÙمْ (7) meningkatkan kualitas kesejahteraan ekonomi, وَارْزÙقْهÙمْ Ù…ÙÙ†ÙŽ الثَّمَرَات٠(8) mensyukuri ni’mat yang telah Allah SWT anugrahkan, لَعَلَّهÙمْ ÙŠÙŽØ´Ù’ÙƒÙØ±Ùونَ
inilah millah Ibrahim paling pokok, yang terkandung dalam haji dan qurban.
(keempat):Â Mengembangkan fithrah Hanif
Langkah ini tersirat pada istilah ØÙŽÙ†ÙيْÙًا hanifan. Dalam ayat yang kita kaji dikatakan bahwa Ibrahim itu seorang yang hanif. Kita pun sebagai penerusnya harus menjadi muslim yang hanif. Hanif ialah cenderung pada al-Haq, dan berpaling dari yang bathil. Iman dibuktikan dengan percaya penuh, pada apa yang diajarkan Rasulullah SAW. Cinta Iman semacam ini harus disertai dengan benci kufur. Cinta yang ma’ruf, membenci yang munkar. Cinta al-Birr, membenci al-Itsm. Cinta taqwa, membenci al-Udwan. Cinta pada yang haq, harus disertai benci pada yang bathil. Inilah prinsip hanif. Bila kita rela berkorban untuk taat pada Allah dan Rasul-Nya, maka kita tidak akan rela mengorbankan apa pun untuk ma’siat. Kita rela berkorban harta demi ibadah, maka tidak akan rela mengorbankan apa pun untuk perbuatan bid’ah. Kita perhatikan Nabi Ibrahim, dia menolak mentah-mentah ketika diminta raja Namrudz untuk menghadiri upacara penyembahan berhala, walau tidak perlu berkorban. Namun sebaliknya, dia rela mengorbankan apa pun demi menjalankan Islam, walau harus meneteskan darah penghabisan. Rasul SAW juga demikian. Dia menolak mentah-mentah tatkala diminta oleh pembesar Quraisy untuk menyentuh patung berhala, walau dengan jaminan penyerahan harta yang banyak, dan kekuasaan tinggi. Sabdanya:
, وَالله٠لَوْ وَضَعÙوا الشَّمْسَ ÙÙÙŠ ÙŠÙŽÙ…ÙيْنÙÙŠ ÙˆÙŽ القَمَرَ ÙÙÙŠ يَسَارÙÙŠ عَلى انْ أتْرÙÙƒÙŽ هذَا الأمْرَ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙØ¸Ù’Ù‡ÙØ±ÙŽÙ‡ الله أو أهْلَكَ ÙÙيْه٠مَا تَرَكْتÙÙ‡Ù
walau pembesar quraisy  mampu meletakkan matahari di tangan kananku, bulan di tangan kiriku, sebagai taruhan agar aku hentikan tugas ini, tidak akan aku hentikan, sampai meraih kemenangan, atau sampai darah penghabisan)[10].
Daripada harus rela ikut beribadah bersama kafir, lebih baik perang dan menang, atau sekalian gugur di medan laga. Inilah sebagai gambaran prinsip hanif dalam Islam. Hanif yang berarti cinta kebenaran benci kebathilan, termanifestasi dalam perasaan, ucapan dan tindakan.
Memberantas unsur kemusyrikan
Langkah ini tersirat pada pengunci ayat yang menandaskan وَمَا كانَ Ù…ÙÙ† Ø§Ù„Ù…ÙØ´Ù’رÙÙƒÙÙيْنَ wama kana minal-musyrikin, dia bukanlah orang musyrik. Perkataan Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ´Ù’رÙÙƒÙينَ merupakan jama dari Ø§Ù„Ù…ÙØ´Ù’رك yaitu orang yang menyekutukan Allah SWT. Perbuatan musyrik disebut الشÙّرك. Perbuatan syirk termasuk kezhaliman yang sangat besar, karena telah memposisikan Allah sama dengan makhluq-Nya, maka dosanya tidak akan diampuni Allah. Firman-Nya:
Ø¥Ùنَّ اللَّهَ لَا يَغْÙÙØ±Ù أَنْ ÙŠÙØ´Ù’رَكَ بÙه٠وَيَغْÙÙØ±Ù مَا دÙونَ ذَلÙÙƒÙŽ Ù„Ùمَنْ يَشَاء٠وَمَنْ ÙŠÙØ´Ù’رÙكْ Ø¨ÙØ§Ù„لَّه٠Ùَقَد٠اÙْتَرَى Ø¥ÙØ«Ù’مًا عَظÙيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. Qs.4:48
Memberantas kemusyrikan dimanifestasikan dengan harta, tenaga dan bahasa sebagaimana ditendaskan dalam hadits berikut:
عَنْ أَنَس٠أَنَّ رَسÙولَ اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ Ø¬ÙŽØ§Ù‡ÙØ¯Ùوا Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ´Ù’رÙÙƒÙينَ Ø¨ÙØ£ÙŽÙ…ْوَالÙÙƒÙمْ وَأَنْÙÙØ³ÙÙƒÙمْ وَأَلْسÙنَتÙÙƒÙمْ
Dari Anas diriwayatkan seseungguhnya rasul SAW bersabda: Jihadlah memerangi musyrikin dengan hartamu, jiwamu, dan lisanmu. Hr. al-Darimi[11]
Kandungan hadits ini antara lain (1) Jihad merupakan tanggung jawab setiap muslim. (2) Jihad melawan kemusyrikan mesti dilakukan dengan harta, tenaga dan bahasa (dana, tenaga, dan media massa). (3) Jika ingin diakui sebagai mu`min, mesti jihad. (4) Alat jihad adalah harta, tenaga, dan bahasa.(5) Perintah jihad merupakan ujian keimanan, sedangkan iman tidak terlepas dari ujian.
[1] Al-Wajiz, I h.224
[2] Tafsir al-Baydlawi, II h.67
[3] Tafsir Abi al-Su’ud, II h.59
[4] Ibn Manzhur (630-711H), Lisan al-Arab, XI h.631
[5] al-Wajiz (Tafsir al-Wahidi), I h.133
[6] Tafsir al-Baghawi, I h.119
[7] tafsir al-Baydlawi, I h.409
[8] Fath al-Qadir, I h.146
[9] Tafsir al-Maraghi, I h.225
[10] Â Ibn Hisyam (w.213H), al-Sirat al-Nabawiyah, II h.101 / Ibn Jarir al-Thabari (224-310H), Tarikh al-Thabari, I h.545
[11] Sunan al-Darmi, II h.280