BACA AL-FATIHAH SEBAGAI IKRAR
Bagian keempat
Analisis
NILAI YANG TERKANDUNG
DALAM AL-FATIHAH
A. Al-Fâtihah sebagai Ikrar
Sebagai hamba Allâh SWT, kita berikrar setiap shalat bahkan setiap memulai pekerjaan Ø¨ÙØ³Ù’م٠الله الرَّØÙ’مَن٠الرَّØÙيْم Dengan nama Allâh yang Maha Pengasih dan Penyanyang, atas nama Allâh kita hidup, atas nama Allâh kita mati, hanya untuk Allâh kita berjuang, hanya ridla Allâh yang kita harapkan. الْØÙŽÙ…ْد٠Ùلله  Segala puji milik Allâh. Dialah yang berhak mendapat pujian dan sanjungan. Pantang bagi muslim untuk mengharapkan pujian atau sanjungan. Ikrar الْØÙŽÙ…ْد٠Ùلله رَبÙÙ‘ العَالَمÙيْن   Segala puji bagi Allâh, Tuhan alam semesta!
Segala sikap dan tingkah laku, bukan untuk pujian manusia! Bukan pula untuk kehidupan dunia! Hanya untuk Allâh semata, yang memiliki segalanya. Memuji Allâh dan menyanjung-Nya, pantang untuk menjilat mencari muka di hadapan manusia. Seorang mu’min tidak pernah menyerah pada selain Allâh, demi belas kasihan makhluk-Nya. Hidup di dunia dan di kahirat kelak, hanyalah atas rahmat dan kasih sayang Allâh SWT. Sifat dan asma-Nya disebut setiap saat. Dialah yang maha rahman dan maha rahim, الرØÙ’من الرØÙŠÙ… Kalimah ini merupakan ikrar kesadaran tasyakkur kepada-Nya. Sekaligus pula sebagai damba dan harap akan rahmat dan kasih sayang-Nya. Rahmat Allâh yang tiada terhingga dan tiada pilih kasih berlaku di dunia kini. Di akhirat kelak, rahmat dan kasih sayang-Nya itu hanya tercurah pada manusia yang taat. Di dunia kini manusia dapat berbuat sewenang-wenang tanpa batas. Di akhirat kelak segala yang diperbuat manusia selama di dunia, akan di sidangkan. Tidak setetes darah atau keringat, tidak seisak nafas, atau denyut jantung getaran hati, yang terlepas dari pengawasan dan perhitungan Allâh di yaum al-Hisab. Allâh yang menguasai hari akhirat kelak. Dialah مَالÙك٠يَوْم٠الدّÙيْن . Sebagai mu`min mengagungkan Allâh Yang Maha Besar. Keagungan dan kekuasaan-Nya tiada terbatas. Kekuasaan manusia hanya sementara. Jabatan, kekuasaan, harta dan kekayaan tidak menjamin hidup yang abadi. Yang menjamin kebahagiaan abadi hanya iman dan amal shalih!
Oleh karena itu mu`min berikrar Ø¥Ùيَّاكَ Ù†ÙŽØ¹Ù’Ø¨ÙØ¯Ù وَإيَّاكَ نَسْتَعÙيْن Hanya kepada Engkau ya Allâh kami mengabdi dan berbakti, hanya kepada Engkau Ya Allâh kami beribâdah dan Menyembah! hanya kepada Engkau ya Allâh kami berserah diri, hanya kepada Engkau ya Allâh kami mohon pertolongan! Pada Allâh mu`min berjanji, berbakti, mengabdi, Bagi Allâh jiwa raga ini. Inilah kebulatan tekad sebagai hamba Ilahi, yang senantiasa diucapkan setiap hari.
Ikrar inilah yang sesuai dengan fitrah manusia! Pantang pula untuk rela dipermainkan orang, bagai bola di tengah lapang. Sifat menjilat dan mencari muka, bukan sibghah bukan celupan mu`min. Mu`min hanya mengharap ridla-Allâh. Kita hanya tunduk pada-Allâh. Mu`min hanya takut oleh Allâh, hanya rela berkorban untuk-Nya. Masalahnya adalah bagaimana cara ber’Ibâdah dan berkorban untuk Allâh itu? Karena hanya ‘Ibâdah kepada Allâh, maka caranya pun mesti sesuai dengan aturan Allâh.
Kesadaran inilah yang mendorong kita untuk senantiasa munajat ke hadirat-Nya, agar tetap pada jalur yang lurus dan benar;Ø¥ÙهْدÙنَا Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ±ÙŽØ§Ø·ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’تَقÙيْم Ya Allâh! Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus! Jalan agama Allâh! Jalan Islâm yang sesuai dengan fitrah! Jalan hidup yang telah ditempuh oleh orang-orang yang telah mendapat ni’mat:ØµÙØ±ÙŽØ§Ø·ÙŽ Ø§Ù„Ù‘ÙŽØ°Ùيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهÙمْ
Do’a ini merupakan ungkapan kesadaran bahwa hanya Islâm yang benar! Jalan Islâm telah ditempuh oleh para nabi dan Rasûl sejak jaman nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW. Di balik itu kita sadar bahwa di samping jalan yang benar yang telah ditempuh oleh yang mendapat ni’mat dari Allâh, ada jalan yang salah yang mesti dihindari. Itulah salah satu maknanya mengapa setelah memohon kepada Ilahi guna mendapat petunjuk-Nya, bermohon kepada-Nya agar dijauhkan dari berbagai godaan dan tantangan.
غَيْر٠الْمَغْضÙوْب٠عَلَيْهÙمْ وَلاَ الضَّالّÙيْنَ Jalan yang diminta, bukanlah jalan hidup orang yang dimurkai, bukan pula jalan orang-orang yang sesat! Disadari atau tidak, bahwa banyak jalan hidup yang tidak lurus, ma’siat dan jalan yang sesat. Oleh karena itu sepatutnya berusaha sekuat tenaga menempuh jalan yang lurus, menghindari jalan bengkok, ma’siat dan jalan yang sesat. Jika manusia selalu berusaha sekuat tenaga berjuang di jalan Allâh, maka Allâh akan memberi petunjuk dan bimbingan untuk tetap pada hidayah-Nya. Allâh SWT berfirman:
وَالَّذÙينَ جَاهَدÙوا ÙÙينَا لَنَهْدÙيَنَّهÙمْ Ø³ÙØ¨Ùلَنَا ÙˆÙŽØ¥Ùنَّ اللَّهَ لَمَعَ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØÙ’Ø³ÙÙ†Ùينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allâh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. Qs.29:69
Oleh karena itu ikrar ini mesti ditindaklanjuti dalam perjuangan. Secara ringkas, isi ikrar itu dapat digambarkan seperti berikut: