BERLINDUNG PADA ALLAH DARI SETAN JIN DAN MANUSIA (kajian tafsir surat al-Nas)
BERLINDUNG PADA ALLAH DARI SETAN JIN DAN MANUSIA
(kajian tafsir surat al-Nas)
Â
- Teks Ayat dan Tarjamah
Ù‚Ùلْ أَعÙÙˆØ°Ù Ø¨ÙØ±ÙŽØ¨Ù‘٠النَّاس٠(1) Ù…ÙŽÙ„Ùك٠النَّاس٠(2) Ø¥Ùلَه٠النَّاس٠(3) Ù…Ùنْ شَرّ٠الْوَسْوَاس٠الْخَنَّاس٠(4) الَّذÙÙŠ ÙŠÙÙˆÙŽØ³Ù’ÙˆÙØ³Ù ÙÙÙŠ ØµÙØ¯Ùور٠النَّاس٠(5) Ù…ÙÙ†ÙŽ الْجÙنَّة٠وَالنَّاس٠(6)Â
Â
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Allah, Tuhan (yang me-melihara dan menguasai) manusia; Raja manusia; Sembahan manusia; Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi, yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia; dari (golongan) jin dan manusia. Qs. an-Nas
- Historis Ayat
Surat al-Nas diturunkan di Makkah, yang suasana masyarakat pada saat itu mempertuhankan berhala dan minta tolong padanya, maka ditegaskan pada surat ini; (1) tuhan manusia adalah Allah, jangan menuhankan selain-Nya; (2) berlindung dan minta tolonglah pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai tuhan manusia, bukan pada berhala. Masyarakat jahiliyah sangat mengagungkan kerajaan sehingga segalanya dintentukan oleh raja dan bergantung pada raja, maka pada surat al-Nas ini ditegaskan bahwa (1) yang memiliki kekuasaan mutak itu bukan raja tapi Allah (2) jangan bergantung pertolongan pada manusia walau yang menjadi raja, tapi minta tolonglah pada yang memikiki kerajaan seluruh alam semesta. Tidak ada kerajaan yang berkuasa mutlak selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan demikian, ditinjau dari sudut histories ayat ini berfungsi perbaikan aqidah, ibadah, dan mu’amalah.
- Kaitan dengan ayat lainnya
- Surat al-Falaq mengajarkan agar manusia berlindung kepada Allah sebagai Rabb al-Falaq dari kejahatan segala makhluq seperti malam yang kelam gelap gulita, godaan pemecah belah, dan dari orang yang hasud. Sedangkan surat al-Nas berlindung kepada Allah sebagai Rab, Malik, dan Tuhan manusia dari satu macam yaitu berupa godaan setan baik dari golongan jin maupun manusia.
- Dalam surat al-Falaq tersirat bahwa setiap mu`min berlindung kepada Allah dari gangguan makhluq yang membahayakan fisik. Oleh karena itu mesti menjaga diri dari bahaya malam yang gelap gulita dan dari oring yang hasud. Sedangkan pada surat al-Nas ini diisyaratkan betapa pentingnya menjaga diri dari gangguan kesehatan ruhani, utamanya gangguan setan yang membisikan perbuatan jahat.
- Surat al-Nas terletak di akhir al-Qur`an yang intinya mohon perlindungan, sedangkan awal al-Qur`an surat al-Fatihah juga intinya mohon pertolongan. Dengan demikian dalam menjalani kehidupan itu mesti diawali pertolongan dan di akhiri perlindungan pula. Mohon pertolongan yang dikenal dengan Ø¥Ø³Ù’ØªÙØ¹ÙŽØ§Ù†ÙŽØ© adalah minta bantuan agar mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sedangkan mohon perlindungan yang dikenal dengan Ø¥Ø³Ù’ØªÙØ¹ÙŽØ§Ø°ÙŽØ© adalah mohon pertolongan atau bantuan agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan. Untuk meraih keselamatan hidup, mesti mendapat pertolongan dalam meraih apa yang diinginkan, dan terlindung dari apa yang tidak diinginkan.
- Akhir surat al-Fatihah sebagai surat pertama mengungkap pengaruh positif dari ألَّذي أنْعمتَ عليهم yang membawa ke jalan yang lurus Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØ±ÙŽØ§Ø·ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’تَقÙيمَ dan terhindar negative manusia yaitu الْمَغْضÙوب٠عَلَيْهÙمْ, dan al-Dallalin. Sedangkan akhir al-Qur`an juga mengungkap pengaruh negative manusia الَّذÙÙ‰ ÙŠÙÙˆÙŽØ³Ù’ÙˆÙØ³Ù ÙÙÙ‰ ØµÙØ¯Ùور٠النَّاس٠yang mesti diproteksi berupa godaan hidup.
- Tafsir tiap Ayat
- Ù‚Ùلْ أَعÙÙˆØ°Ù Ø¨ÙØ±Ùبّ٠النَّاس٠Katakanlah: “Aku berlindung kepada Allah, Tuhan (yang me-melihara dan menguasai) manusia;
Perkataan Ù‚Ùلْ merupakan bentuk perintah dari قَال yang berarti “berkatalah, katakanlah, ungkapkanlah, ucapkanlah”.  Perkataan Ù‚Ùلْ dalam arti “katakanlah” mengandung perintah berterus terang di hadapan siapapun. Perkataan Ù‚Ùلْ dalam arti “ucapkanlah” mengandung arti ikrar dan kebulatan tekad. Perkataan Ù‚Ùلْ dalam arti “berkatalah” mengandung arti mengajarkan, menyampaikan informasi.
Jika ayat ini ditinjau dari sudut ibadah, maka mengandung perintah berdo’a. Jika ditinjau dari sudut aqidah, maka mengandung arti perintah menyatakan diri di hadapan siapa pun. Yang mesti dikatakan adalah أَعÙÙˆØ°Ù Ø¨ÙØ±Ùبّ٠النَّاس٠aku berlindung pada Rabb manusia. Perkataan أَعÙوذ٠sebenarnya mengandung arti minta bantuan perlindungan dari sesuatu yang tidak diinginkan, maka dikenal dengan إستعاذة (mohion perlindungan, mohon dilindungi). Rabb mengandung arti pemelihara, pencipta, pengatur, pemberi rejeki, dan pembuat aturan. Ayat ini mengandung arti perintah menunggalkan pengatur, atau mengesakan pembuat aturan mutlak. Dengan demikian ayat ini menegaskan tauhid rububiyah yaitu mentauhidkan Allah dalam ciptaan-Nya. Perwujudan tauhid rububiyah adalah menjadikan segala aspek kehidupan berdasar satu aturan yaitu aturan yang Allah SWT tetapkan. Pantang untuk menaati aturan yang tidak sesuai dengan aturan Allah. Jika membuat aturan kehidupan, maka akan tetap disusun berdasar aturan yang satu, yaitu aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pantang untuk menaati aturan yang tidak sesuai dengan aturan Alah Subhanahu Wa Ta’ala. Mu`min yang berpegang teguh pada prinsip tauhid rububiyah, tidak akan membuat aturan yang tidak bersumber dan berpedoman pada aturan Allah.
- Ù…ÙŽÙ„Ùك٠النَّاس٠Raja manusia;
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam ayat ini ditegaskan sebagai Raja manusia. Raja ialah jabatan tertinggi yang memiliki kekuasaan. Dikatakan sebagai raja manusia, maka Dialah yang memiliki kekuasaan unuk menentukan nasib yang dirajai. Sekali gus juga mempunyai wewenang untuk memberi ganjaran bagi yang menaatinya, dan menghukum orang yang membangkang-Nya. Perkataan Ù…ÙŽÙ„Ùك memang sering juga dinisbatkan pada manusia yang menjadi raja di suatu kerajaan atau Negara. Namun kerajaan manusia bersifat sementara dan terbatas. Kekuasaan kerajaan mutlak hanyalah dimiliki Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dial ah yang bisa menganuerahkan kerajaan dan mencabutnya, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya
Ù‚Ùل٠اللَّهÙمَّ مَالÙÙƒÙŽ الْمÙÙ„Ù’ÙƒÙ ØªÙØ¤Ù’تÙÙŠ الْمÙلْكَ مَنْ ØªÙŽØ´ÙŽØ§Ø¡Ù ÙˆÙŽØªÙŽÙ†Ù’Ø²ÙØ¹Ù الْمÙلْكَ Ù…Ùمَّنْ ØªÙŽØ´ÙŽØ§Ø¡Ù ÙˆÙŽØªÙØ¹Ùزّ٠مَنْ ØªÙŽØ´ÙŽØ§Ø¡Ù ÙˆÙŽØªÙØ°Ùلّ٠مَنْ تَشَاء٠بÙيَدÙÙƒÙŽ الْخَيْر٠إÙنَّكَ عَلَى ÙƒÙلّ٠شَيْء٠قَدÙيرٌ
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Qs.3:26
Ayat ini mengajarkan untuk menunggalkan kekuasaan mutlak yang dipegang oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang namanya tauhid mulkiyah, yang tersirat pada ayat ini antara lain (1) kekuasaan mutlak hanya milik Allah; (2) kerajaan manusia hanya bersifat sementara dan terbatas; (3) jabatan kerajaan pada dasarnya pemberian Allah, yang bisa dicabut dan diberikan oleh-Nya; (4) kemuliaan manusia bukan terletak pada jabatan dan kerajaan yang bisa dicabut dan bisa diberikan; (5) manusia yang menjadi raja jangan berlaku sewenang-weang, karena hanya Allah yang menguasai segalanya. Setiap mu`min yang bertauhid berkeyakinan tidak ada yang berkuasa mutlak selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ketauhidan ini diwujudkan dalam ketaatan dan kepatuhan pada perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.  Ayat ini juga memberi isyarat bahwa tauhid mulikyah, merupakan salah satu syarat unuk mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Bagaimana mungkin seseorang minta perlindungan kepada yang memiliki kerajaan, sambil mengakui kerajaan selain-Nya. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala  yang memiliki kekuasaan mutlak, maka sepantasnya minta perlindungan dari-Nya. Perlindungan yang diberikan oleh pemilik kuasaan mutlak, tidak akan bisa dihalangi oleh siapapun dan oleh apapun.
- Ø¥Ùلَه٠النَّاس٠tuhan manusia;
Perkataan Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ berasal dari ألÙÙ‡ – يألَه٠– إلاها  yang berarti menuju, memusatkan perhatian, menyembah, memohon. Allah SWT merupakan satu-satunya Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ karena Dialah yang pantas menjadi tujuan utama, yang disembah, yang dimohon, yang dipertuhankan. Banyak manusia yang meuhankan selain Allah, baik pada benda, aturan, kekuasaan ataupun lainnya, bahkan ada yang menuhankan hawa nafsu.
Ø£ÙŽÙَرَأَيْتَ مَن٠اتَّخَذَ Ø¥Ùلَهَه٠هَوَاه٠وَأَضَلَّه٠اللَّه٠عَلَى عÙلْم٠وَخَتَمَ عَلَى سَمْعÙه٠وَقَلْبÙه٠وَجَعَلَ عَلَى بَصَرÙÙ‡Ù ØºÙØ´ÙŽØ§ÙˆÙŽØ©Ù‹ Ùَمَنْ يَهْدÙيه٠مÙنْ بَعْد٠اللَّه٠أَÙَلَا تَذَكَّرÙونَ ()
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Qs.45:23
Dengan nada bertanya, ayat ini mengecam orang yang menuhankan hawa nafsunya, maka Allah menutup qalbu mereka dan membiarkan tidak mendapat petunjuk. Di antara tanda menuhankan hawa nafsu adalah dengan memenuhi segala yang diinginkan tapa batas, tanpa pengendali, sehingga tidak menghiraukan mana yang diharamkan. Bagaimana mungkin Allah akan melindungi orang yang menuhankan keiinginannya. Oleh karena itu siapapun manusia yang mengaharapkan perlindungan, mesti bersih dari menuhankan apa pun selain pada Allah SWT.
لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّه٠إÙلَهًا آَخَرَ ÙÙŽØªÙŽÙ‚Ù’Ø¹ÙØ¯ÙŽ Ù…ÙŽØ°Ù’Ù…Ùومًا مَخْذÙولًا
Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). Qs.17:22
Ditinjau dari sudut aqidah, ayat ini mengajarkan tauhid uluhiyah, yaitu menunggalkan yang dituju, yang disembah, yang diibadahi. Manifestasi tauhid uluhiyah adalah mengEsakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala  dengan perbuatan manusia. Dengan kata lain segala ucap, sikap, keinginan, tujuan, lahir, batin, jasmani, ruhani maupun ekonomi hanya untuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi kalau tauhid rububiyah mengEsakan Allah dengan perbuatannya, sehingga apa pun yang dimiliki dan diperbuat hamba hanya mengikuti aturan yang satu yaitu aturan Allah. Sedangkan tauhid uluhiyah dimanifestasikan dengan memusatkan segala perhatian hanya untuk Allah.
- Ù…Ùنْ شَرّ٠الوَسْوَاس٠الخَنَّاس٠Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi,
Berindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala  sebagai Rabb, Malik, dan Ilah manusia, dari satu kejahatan yang dahsyat, yaitu شَرّ٠الوَسْوَاس٠الخَنَّاس٠kejahatan godaan syetan yang tidak nampak. Kejahatan dari makhluq yang nampak, relative bisa menghela dan menghindar. Sedangkan kejahatan dari yang tidak terlihat, biasanya lebih sulit menghindarinya. Itulah hikmahnya setiap mu`min mesti berindung pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala  dari شَرّ٠الوَسْوَاس٠الخَنَّاسÙ.
Perkataan الوَسْوَاس٠berasal الوَسْوَسة yang berarti bisikan halus, atau perkataan yang disampaikan secara sembunyi-sembunyi yang mendorong negative. Namun perkataan الوَسْوَسة  juga terkadang mempunyai makna ragu untuk melakukan sesuatu yang positif hingga enggan berbuat baik. Oleh karena itu banyak ahli tafsir yang mengartikan الوَسْوَاس dengan “syetan” yang selalu menggoda manusia hingga malas berbuat baik. Setiap yang mendorong atau membawa manusia pada peyimpangan dari aturan syari’ah disebut syetan. Sedangkan الخَنَّاس berasal dari خَنَسَ – ÙŠÙŽØ®Ù’Ù†ÙØ³Ù = ÙŠÙŽØ®Ù’Ù†ÙØ³Ù – Ø®ÙŽÙ†ÙØ³Ù‹Ø§ yang berarti menangguhkan, mengakhirkan atau mundur. Karena perkataan ini dalam bentuk superlative menjadi الخَنَّاس , maka berarti dilakukan secara terus menerus, atau berulang-ulang. Jadi الوَسْوَاس٠الخَنَّاس٠mengandung arti godaan syetan yang terus menerus membisikan pengaruh negative pada manusia sehingga menyimpang dari aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Setan selalu mendorong semangat ma’siat, tapi membikin ragu untuk berbuat baik.
Diriwayatkan dari Abi Hurairah Rasl Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda:
Ø¥Ùنَّ الشَّيْطَانَ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹ÙŽ Ø§Ù„Ù†Ù‘ÙØ¯ÙŽØ§Ø¡ÙŽ Ø¨ÙØ§Ù„صَّلَاة٠أَØÙŽØ§Ù„ÙŽ Ù„ÙŽÙ‡Ù Ø¶ÙØ±ÙŽØ§Ø·ÙŒ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ لَا يَسْمَعَ صَوْتَه٠ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ سَكَتَ رَجَعَ Ùَوَسْوَسَ ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ø¥Ùقَامَةَ ذَهَبَ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ لَا يَسْمَعَ صَوْتَه٠ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ سَكَتَ رَجَعَ Ùَوَسْوَسَ
Sesunguhnya setan itu bila mendengar adzan untuk shalat menjauh berlari terbirit-birit, sehingga tidak mendengarnya. Jika terdiam, maka dia kembali menggoda manusia. Jika mendengar iqamah dikumandangkan, setan itu berlari menjauh, hingga tidak mendengar. Jika berdiam maka kembali menggoda manusia. Hr. Ahmad, Muslim.[1]
Dengan demikian setan itu selalu menggoda manusia secara terus menerus dengan mencari kesempatan. Setiap manusia lengah dari ingatannya pada Allah, maka setan akan mudah mengoda. Jika manusia terus menerus ingat pada Allah, maka setan akan berkesulitan menggodanya. Namun terus menerus berusaha agar bisa menggelincirkan manusia dari jalan yang benar ke jalan yang sesat. Ayat yang dikaji ini menganjurkan agar setiap mu`min berlindung kepada Allah dari segala bisikan setan tersebut. Pada dasarnya ayat ini menyru agar setiap mu`min berusaha melindungi diri dari pengaruh negative, jangan sampai terjerumus pada kema’siatan.
- الَّذÙÙ‰ ÙŠÙÙˆÙŽØ³Ù’ÙˆÙØ³Ù ÙÙÙ‰ ØµÙØ¯Ùور٠النَّاس٠yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia;
Bisikan setan langsung masuk ke pada apa yang dalam dada mansuia, baik jantung, hati, limpa, pencernaan, maupun paru-paru. Semua yang ada dalam dada manusia menjadi sasaran bisikan setan. Bila apa yang ada dalam dada manusia itu sudah terpengaruh setan, maka ucap, sikap dan tindakannya akan menyimpang dari aturan Allah dan Rasul-Nya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ketika Rasul SAW sedang berdua dengan isterinya, tiba-tiba kaum Anshar lewat dan terpesona melihat isteri Rasul SAW. Kemudian Rasul memanggil shahabat tersebut dengan menerangkan bahwa yang di sampingnya itu adalah Shafiyah binti Huyay, dan menegaskan:
Ø¥Ùنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرÙÙŠ Ù…Ùنْ الْإÙنْسَان٠مَجْرَى الدَّمÙ
Sesungguhnya godaan setan itu mengalir dari manusia mengikuti aliran darah. Hr. Bukhri, dan Muslim.[2]
Aliran darah manusia berpusat dari jantung, maka jika setan membisikan godaanya ke jantung, akan langsung berpengaruh pada seluruh tubuh. Oleh karena itu apa yang ada dalam dada mesti dilindungi dari berbagai pengaruh negative.
- Ù…ÙÙ†ÙŽ الجÙنَّة٠وَالنَّاس٠dari (golongan) jin dan manusia
Pengaruh negative yang menembus ke dalam dada manusia itu, terdiri dari golongan jin dan golongan manusia. Dengan demikian godaan itu ada yang bersifat fisik ada pula yang non fisik; ada yang bersifat jasmani ada pula yang bersifat ruhani. Perkataan الجÙنَّة٠merupakan bentuk jama dari الجÙنّي – الجÙنّ berasal dari kata جَنَّ – يَجÙنّ٠= يَجÙنّ٠– جَنًّا = جÙÙ†Ùونا = جَنَانا yang berarti besembunyi, tidak nampak, menjadi tertutup, menjadi gelap, atau menjadi tabir. Jin merupakan makhluq yang tidak nampak secara fisik, atau tersembunyi. Ayat ini memberi informasi bahwa yang menggoda manusia itu ada yang nampak ada pula yang tidak nampak. Dalam ayat lain dikemuakan:
وَكَذَلÙÙƒÙŽ جَعَلْنَا Ù„ÙÙƒÙلّ٠نَبÙيّ٠عَدÙوًّا شَيَاطÙينَ الْإÙنْس٠وَالْجÙنّ٠يÙÙˆØÙÙŠ بَعْضÙÙ‡Ùمْ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø¨ÙŽØ¹Ù’Ø¶Ù Ø²ÙØ®Ù’رÙÙÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙŽÙˆÙ’Ù„Ù ØºÙØ±Ùورًا وَلَوْ شَاءَ رَبّÙÙƒÙŽ مَا ÙَعَلÙوه٠ÙَذَرْهÙمْ وَمَا ÙŠÙŽÙْتَرÙونَ
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Qs.6:112
- Beberapa Ibrah
- Surat al-Nas ini mengajarkan bahwa minta perlindungan secara mutlak sebagai rabb, sebagai malik, sebagai Ilah hanyalah pada Allah. Hanya Allah yang memiliki kedudukan Rab, Malik dan Ilah manusia.
- Setiap manusia dalam hidupnya menghadapi tantangan dan godaan. Godaan tersebut ada yang bersifat jasmani secara nampak ada pula yang tida nampak. Oleh karena sehariusnya minta perlindungan kepada Allah, dan berusaha memproteksi dari dari berbagai gangguan tersebut.
- Sesama manusia juga ada yang saling pengaruhi ke jalan yang sesat atau negative. Oleh karena itu, selain mesti pandai bergaul sesama manusia, juga mesti menghindari pengauh negative. Melindungi dari pengaruh negative sesame manusia mencakup dengan cara menjauhi pergaluan dengan yang jahat, juga memfilter diri dari pengaruhnya.
- Yang berpengaruh negative pada rongga dalam manusia, ada yang bersifat fisik seperti makanan dan minuman, ada pula yang bersifat non fisik seperti bisikan yang tidak nampak. Semua pengaruh negtif tersebut mesti dihindari.
- Manusia terdiri dari jasmani dan ruhani, maka kalau ingin sehat keduanya, mesti menjaga diri dari yang mendatangkan penyakit jasmani maupun ruhani.
- Perlindungan keluarga dari gangguan internal dan eksternal
Gangguan ketentraman keluarga yang tak kalah bahaya-nya adalah godaan setan; baik setan yang berada di luar diri maupun yang ada dalam diri sendiri; baik godaan ekstern keluarga maupun intern keluarga. Firman Allah surat an-Nas ini menganjurkan untuk berlindung kepada Allah dari ber-bagai godaan setan. Cara yang paling penting dalam berlindung dari segala godaan setan, menurut ayat ini adalah menjadikan Allah sebagai Rabb, Malik, dan Illah manusia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala  sebagai Rabb berarti meyakini bahwa tiada yang dianggap pemelihara, pemberi rejeki, dan pengatur serta menentukan aturan mutlak bagi alam semesta ini, selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Allah sebagai Malik berarti meyakini bahwa tidak ada yang berkuasa mutlak selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Allah sebagai Ilah berarti meyakini bahwa tiada yang berhak disembah dan dipertuhankan selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Semua keyakinan itu diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Orang yang membuktikan semua keyakinan di atas di-jamin akan selamat dari bahaya setan.
Surat an-Nas ini juga mengandung penjelasan bagi keluarga, bahwa godaan yang harus diwaspadai itu antara lain (1) bisikan yang ada dalam hati, (2) godaan setan yang nampak seperti harta, tahta ataupun lawan jenis, (3) setan dari golongan jin, yang selalu berusaha mendorong kepada kejahatan.
Godaan setan kadang-kadang terjadi mendorong manusia untuk berbuat jahat sambil menyadari tentang kejahatannya itu. Kadang-kadang menanamkan kepada manusia yang berbuat ma’siat sambil tidak menyadari kesalahannya, karena setan menghiasinya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala  berfirman:
تَالله٠لَقَدْ أَرْسَلْنَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø£ÙÙ…ÙŽÙ…Ù Ù…Ùنْ قَبْلÙÙƒÙŽ Ùَزَيَّنَ Ù„ÙŽÙ‡Ùم٠الشَّيْطَان٠أَعْمَالَهÙمْ ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ ÙˆÙŽÙ„ÙيّÙÙ‡Ùمْ الْيَوْمَ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙ‡Ùمْ عَذَابٌ Ø£ÙŽÙ„Ùيْمٌ *
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan men-jadikan umat-umat itu memandang baik terhadap perbuatan mereka yang buruk, maka setan itu menjadi pemimpin mereka di hari ini dan bagi mereka adzab yang sangat pedih.
Menurut ayat ini, sebenarnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala  telah mengutus para rasul yang membimbing manusia ke jalan yang benar; hingga bisa membedakan mana yang harus diperbuat dan mana pula yang harus dijauhi. Namun banyak manusia tidak mengikuti jejak langkah Rasul, malah mereka lebih senang mengikuti godaan setan. Akibatnya, setan berusaha untuk menyesatkan manusia, sehingga segala perbuatan buruk itu dianggap baik. Orang yang telah terjangkit penyakit ini tidak sadar akan keburukan akhlaqnya. Bahkan tidak sedikit manusia yang merasa bangga dengan kejahatannya. Pemimpin mereka adalah setan yang selalu menyeret kepada kejahatan dan menjerumuskan ke neraka yang sangat pedih siksaannya. Itulah akibat keteledoran individu dalam menjega dirinya dari godaan setan. Oleh karena itu setiap anggota keluarga harus selalu berlindung dari godaan setan. Berlindung dari godaan setan, tentunya bukan hanya dalam berdu’a, tapi juga dalam sikap dan tingkah laku.
-=o0o=-
[1] Musnad Ahmad, no.8805, Shahih Muslim, no.582
[2] shahih Muslim, no.4040