EMPAT KALIMAT DALAM RAHIM seri 04
11. Ø¥Ùنَّ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŽÙƒÙمْ Ù„ÙŽÙŠÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽÙ„Ù Ø¨ÙØ¹ÙŽÙ…َل٠أَهْل٠الْجَنَّة٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ مَا ÙŠÙŽÙƒÙون٠بَيْنَه٠وَبَيْنَهَا Ø¥Ùلَّا Ø°ÙØ±ÙŽØ§Ø¹ÙŒ sesungguhnya seseorang mengamalkan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dia dengan surga itu sehasta, ÙَيَسْبÙÙ‚Ù Ø¹ÙŽÙ„ÙŽÙŠÙ’Ù‡Ù Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ù ÙÙŽÙŠÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽÙ„Ù Ø¨ÙØ¹ÙŽÙ…َل٠أَهْل٠النَّار٠ÙَيَدْخÙÙ„Ùهَا kemudian lewat atasnya ketetapan yang tertulis, maka beramal dengan amalan ahli neraka, masuklah ia ke neraka.
Sebagian ulama menafsirkan kalimat ini sebagai ketetapan bahwa manusia sejak di alam rahim telah ditetapkan sebagai ahli surga atau ahli neraka. Walau mereka beramal baik hingga masa tua, kalau sudah dituliskan di alam rahimnya sebagai ahli neraka, maka akan kembali pada kejahatan dan akhirnya masuk neraka.  Mereka mengartikan kalimat Ø¥Ùنَّ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŽÙƒÙمْ Ù„ÙŽÙŠÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽÙ„Ù Ø¨ÙØ¹ÙŽÙ…َل٠أَهْل٠الْجَنَّة٠dengan sesungguhnya walau seseorang berbuat baik terus menerus ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ مَا ÙŠÙŽÙƒÙون٠بَيْنَه٠وَبَيْنَهَا Ø¥Ùلَّا Ø°ÙØ±ÙŽØ§Ø¹ÙŒ hingga mendekati mati hampir ke surga ÙَيَسْبÙÙ‚Ù Ø¹ÙŽÙ„ÙŽÙŠÙ’Ù‡Ù Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ù kemudian ketetapan yang telah dicatat di alam rahim itulah berlaku, ÙÙŽÙŠÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽÙ„Ù Ø¨ÙØ¹ÙŽÙ…َل٠أَهْل٠النَّار٠ÙَيَدْخÙÙ„Ùهَا maka dia akan melakukan ma’siat yang akhirnya menjerumuskan ke neraka. Dengan demikian menurut kelompok ini masuk surga dan nereka telah ditetapkan Allah SWT. Amalnya pun sudah ditetapkan oleh-Nya, manusia hanya mengikuti taqdir yang tidak bisa dipungkir.
Kelompok kedua menafsirkannya dengan hadits lainnya yang berbunyi:
Ø¥Ùنَّ الرَّجÙÙ„ÙŽ لَيَعْمَل٠عَمَلَ أَهْل٠الْجَنَّة٠ÙÙيمَا يَبْدÙÙˆ Ù„Ùلنَّاس٠وَهÙÙˆÙŽ Ù…Ùنْ أَهْل٠النَّارÙ
Sesungguhnya seseorang bisa saja beramal amalan ahli surga yang nampak di kalangan manusia, padahal ia ahli neraka. Hr.al-Bukhari (194-256H), Muslim (206-261H).[1]
Ada yang menggunakan redaksi إنَّ الرجل Ù…ÙنْكÙÙ… (sesungguhnya seseorang di antaramu. Dengan demikian ma’na hadits tersebut adalah bersifat tamtsil, bisa saja orang berbuat yang kelihatannya baik di kalangan manusia, padahal di dalamnya buruk. Banyak yang menyangka orang tersebut shalih, padahal hatinya tidak ikhlash, perbuatannya bukan karena Allah, maka menjelang akhir hayatnya diperilihatkan keburukan hingga nampak menjadi ahli nereka.
Kelompok yang ketiga berpendapat bahwa kalimat ini memberikan gambaran tentang tanda ahli surga dan ahli neraka. Ahli surga adalah orang yang beriman dan beramal shalih sepanjang masa hingga akhir hayatnya. Ahli nereka adalah orang yang tidak beriman dan tibak beramal shalih, walau mungkin di mata manusia terkadang terlihat seperti baik.
12. ÙˆÙŽØ¥Ùنَّ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŽÙƒÙمْ Ù„ÙŽÙŠÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽÙ„Ù Ø¨ÙØ¹ÙŽÙ…َل٠أَهْل٠النَّار٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ مَا ÙŠÙŽÙƒÙون٠بَيْنَه٠وَبَيْنَهَا Ø¥Ùلَّا Ø°ÙØ±ÙŽØ§Ø¹ÙŒ ÙَيَسْبÙÙ‚Ù Ø¹ÙŽÙ„ÙŽÙŠÙ’Ù‡Ù Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ù ÙÙŽÙŠÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽÙ„Ù Ø¨ÙØ¹ÙŽÙ…َل٠أَهْل٠الْجَنَّة٠ÙَيَدْخÙÙ„Ùهَا Sesungguhnya seseorang yang beramal amalan ahli neraka hingga antara dia dengan neraka jarak sehasta, lewatlah ketetapan yang tertulis itu, kemudian beramal amalan ahli surga, maka masuklah ia ke surga.
Kalimat ini juga mengandung arti yang senada dengan kalimat sebelumnya, berkaitan dengan hadits lain:
ÙˆÙŽØ¥Ùنَّ الرَّجÙÙ„ÙŽ لَيَعْمَل٠عَمَلَ أَهْل٠النَّار٠ÙÙيمَا يَبْدÙÙˆ Ù„Ùلنَّاس٠وَهÙÙˆÙŽ Ù…Ùنْ أَهْل٠الْجَنَّةÙ
Sesungguhnya seseorang melakukan perbuatan ahli neraka menurut pandangan manusia, padahal dia ahli surga. Hr.al-Bukhari (194-256H), Muslim (206-261H).[2]
Dalam kenyataan di masyarakat, terkadang ada orang dituduh jahat oleh manusia padahal di sisi Allah dianggap baik.
Walau pun hadits ini mengandung arti taqdir yang telah menetapkan nasib sejak alam rahim, yang jelas manusia tidak ada yang mengetahui tentang dirinya apakah sudah dicatat sebagai ahli surga ataukah ahli neraka. Karena dalam hadits ini ditegaskan bahwa ahli surga itu yang berbuat baik, maka hendaklah berbuat baik. Perhatikan hadits berikut:
عَنْ عَلÙيّ٠قَالَ  كÙنَّا ÙÙÙŠ جَنَازَة٠ÙÙÙŠ بَقÙيع٠الْغَرْقَد٠Ùَأَتَانَا رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ùَقَعَدَ وَقَعَدْنَا ØÙŽÙˆÙ’Ù„ÙŽÙ‡Ù ÙˆÙŽÙ…ÙŽØ¹ÙŽÙ‡Ù Ù…ÙØ®Ù’صَرَةٌ Ùَنَكَّسَ Ùَجَعَلَ ÙŠÙŽÙ†Ù’ÙƒÙØªÙ بÙÙ…ÙØ®Ù’صَرَتÙÙ‡Ù Ø«Ùمَّ قَالَ مَا Ù…ÙنْكÙمْ Ù…Ùنْ Ø£ÙŽØÙŽØ¯Ù مَا Ù…Ùنْ Ù†ÙŽÙْس٠مَنْÙÙوسَة٠إÙلَّا وَقَدْ كَتَبَ اللَّه٠مَكَانَهَا Ù…Ùنْ الْجَنَّة٠وَالنَّار٠وَإÙلَّا وَقَدْ ÙƒÙØªÙبَتْ Ø´ÙŽÙ‚Ùيَّةً أَوْ سَعÙيدَةً قَالَ Ùَقَالَ رَجَلٌ يَا رَسÙولَ اللَّه٠أَÙَلَا Ù†ÙŽÙ…Ù’ÙƒÙØ«Ù عَلَى ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ùنَا وَنَدَع٠الْعَمَلَ Ùَقَالَ مَنْ كَانَ Ù…Ùنْ أَهْل٠السَّعَادَة٠ÙَسَيَصÙير٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ عَمَل٠أَهْل٠السَّعَادَة٠وَمَنْ كَانَ Ù…Ùنْ أَهْل٠الشَّقَاوَة٠ÙَسَيَصÙير٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ عَمَل٠أَهْل٠الشَّقَاوَة٠Ùَقَالَ اعْمَلÙوا ÙÙŽÙƒÙلٌّ Ù…Ùيَسَّرٌ أَمَّا أَهْل٠السَّعَادَة٠ÙÙŽÙŠÙيَسَّرÙونَ Ù„ÙØ¹ÙŽÙ…َل٠أَهْل٠السَّعَادَة٠وَأَمَّا أَهْل٠الشَّقَاوَة٠ÙÙŽÙŠÙيَسَّرÙونَ Ù„ÙØ¹ÙŽÙ…َل٠أَهْل٠الشَّقَاوَة٠ثÙمَّ قَرَأَ { Ùَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ØÙسْنَى ÙَسَنÙÙŠÙŽØ³Ù‘ÙØ±ÙÙ‡Ù Ù„ÙÙ„Ù’ÙŠÙØ³Ù’رَى وَأَمَّا مَنْ بَخÙÙ„ÙŽ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ØÙسْنَى ÙَسَنÙÙŠÙŽØ³Ù‘ÙØ±ÙÙ‡Ù Ù„ÙÙ„Ù’Ø¹ÙØ³Ù’رَى }
Dari Ali r.a berkata: pada suatu hari, kami mengantarkan jenazah ke pekuburan Baqi al-Gharghad. Rasul SAW mendatangi kami lalu duduk. Kami pun duduk mengelilingi beliau. Beliau memegang ranting, sambil merunduk dan menggaris-gariskan pasir dengan ranting itu. Kemudian beliau bersabda tidak ada seorang pun di antara kamu kecuali telah dicatat Allah tempatnya apakah di surga atau di neraka. Telah dicatat pula apakah menderita atau bahagia. Seorang shahabat bertanya: Wahai rasul, kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita diam saja menunggu suratan, tidak perlu beramal? Rasul bersabda: Orang yang berbahagia adalah orang yang beramal dengan amalan ahli bahagia. Orang sengsara adalah yang melakukan perbuatan nista. Beliau bersabda lagi: beramallah! Semua sudah diberi kemudahan. Adapun orang bahagia akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan yang mendatangkan bahagia. Orang yang celaka akan dimudahkan untuk melakukan perbuatan nista. Kemudian beliau membaca ayat Ùَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى(*)وَصَدَّقَ Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ØÙسْنَى(*)ÙَسَنÙÙŠÙŽØ³Ù‘ÙØ±ÙÙ‡Ù Ù„ÙÙ„Ù’ÙŠÙØ³Ù’رَى(*)وَأَمَّا مَنْ بَخÙÙ„ÙŽ وَاسْتَغْنَى(*)وَكَذَّبَ Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ØÙسْنَى(*)ÙَسَنÙÙŠÙŽØ³Ù‘ÙØ±ÙÙ‡Ù Ù„ÙÙ„Ù’Ø¹ÙØ³Ù’رَى(*) Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Qs.92:5-10. Hr.al-Bukhari (194-256H), Muslim (206-261H).[3]
Hadits ini memberi isyarat bahwa setiap individu mesti berusaha untuk beramal baik yang mendatangkan bahagia di surga. Catatan di alam rahim itu urusan Allah SWT, tidak ada manusia yang mengetahui tentang dirinya. Allah SWT berkuasa untuk mengubah atau menetapkan apa yang telah Dia tetapkan. Jika berusaha memperbanyak amal kebajikan, maka Allah akan memberi kemudahan. Jika merasa mudah untuk beribadah, maka yakinlah akan menjadi ahli surga, jangan berubah fikiran untuk berbuat dosa. AhIi surga adalah yang berbuat kebaikannya hingga akhir hayat. Allah SWT telah menjamin bahwa orang yang beriman dan beramal shalih akan masuk surga. Dia tidak akan menyalahi janji-Nya, tidak akan zhalim kepada hamba-Nya. Allah SWT berfirman:
مَنْ عَمÙÙ„ÙŽ Ø³ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¦ÙŽØ©Ù‹ Ùَلَا ÙŠÙØ¬Ù’زَى Ø¥Ùلَّا Ù…ÙØ«Ù’لَهَا وَمَنْ عَمÙÙ„ÙŽ ØµÙŽØ§Ù„ÙØÙ‹Ø§ Ù…Ùنْ ذَكَر٠أَوْ Ø£Ùنْثَى ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†ÙŒ ÙÙŽØ£ÙولَئÙÙƒÙŽ يَدْخÙÙ„Ùونَ الْجَنَّةَ ÙŠÙØ±Ù’زَقÙونَ ÙÙيهَا Ø¨ÙØºÙŽÙŠÙ’ر٠ØÙسَابÙ
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. Qs.40(al-Mu`min):40
مَنْ عَمÙÙ„ÙŽ ØµÙŽØ§Ù„ÙØÙ‹Ø§ ÙÙŽÙ„ÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَمَنْ أَسَاءَ Ùَعَلَيْهَا وَمَا رَبّÙÙƒÙŽ Ø¨ÙØ¸ÙŽÙ„َّام٠لÙلْعَبÙيدÙ
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya). Qs.41(Fushilat):46
E. Beberapa Ibrah
1. Proses penciptaan manusia
Proses penciptaan manusia mengalami beberapa tahapan: (1) saripati tanah, (2) nuthfah, (3) alaqah, (4) Mudhghah, (5) ditiupkan ruh, (6) dituliskan ramcamngan hidup dan nasibnya, (7) diberi pendengaran, penglihatan, akal budi dan perasaan, (8) dianugerahi hidayah, baru lahir ke dunia.
2. Hakikat Ruh
Ruh diciptakan Allah SWT dan ditiupkannya ke dalam diri manusia. Ruh merupakan cahaya Ilahi yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah SWT.
3. Hukum Sumpah
Boleh bersumpah untuk menguatkan pernyataan tapi mesti dengan asma Allah. Tidak boleh bersumpah dengan menggunakan nama selain Allah SWT, karena akan menjurus pada kemusyrikan.
4. Keharusan Ikhtiar
Apakah empat kelimat yang diterangkan dalam hadits itu merupakan taqdir atau rencana Allah, tetap mengandung perintah ikhtiar. Allah SWT menjamin hambanya yang berikhtiar akan mendapat imbalan sesuai dengan amalnya.
5. Antara Taqdir dan Ikhtiar
Rejeki, amal, ajal, bahagia atau susah ada yang bersifat ikhtiari ada pula yang bersifat taqdiri. Taqdir rejeki antara lain (1) di rahim, (2) ASI, (3) kesempurnaan tubuh, (4) cantik atau tampan, (5) pria atau wanita. Taqdir pada amal perbuatan seperti (1) bisa gerak atau tidak, (2) bisa senyum, nangis, dan tertawa sejak bayi. Wa Allah A’lam.