HADITS DARI MASA KE MASA SERI 04
- Al-Hadîts periode Abad 4 hingga abad 6 H
Pada abad ini berlangsung masa pembersihan hadits dari yang kurang shahih dan penysunan secara sistematis berlangsung hingga masa kejatuhan dinasi Abbasiah.
Sedangkan masa penyusunan kitab hadits berdasar sanad penyusunnya berakhir pada pertengahan abad 5 H. Setelah berakhirnya abad 5, tidak terdapat lagi kitab hadits dengan menggunakan sanad sendiri, melainkan berupa kutipan dari sumber yang telah ada pada abad sebelumnya. Adapun kitab hadits yang muncul pada periode ini antara lain sebagi berikut:
Ahmad Bin Syu’ayb al-Nasâ`î | 303H | Sunan al-Nasâ`î |
Muhammad Bin ‘Alî, Abû Ya’lâ | 307H | Musnad Abî Ya’lâ |
Muhammad bin Hârûn Abû Bakr | 307H | Musnad al-Ruyânî |
Muhammad Bin Ishâq Ibn Khuzaymat | 311H | Shahîh Ibn Khuzaymat |
Ya’qub Bin Ishâq Abû ‘Awânat | 316H | Musnad Abî ‘Awânat |
Abû Hâtim Muhammad Bin Hibbân | 354H | Shahîh Ibn Hibbân |
Abû al-Qâsim Sulaymân al-Thabrânî | 360H | al-Mu’jam al-shughrâ, al-Mu’jam al-Ausat, al-Mu’jam al-Kubrâ |
‘Alî Bin Umar al-Dâruquthnî | 385H | Sunan al-Dâruquthnî |
Al-Hâkim al-Naysabûri | 405 H | Al-Mustadrak, mustakhraj |
Abû Bakr Ahmad al-Baihaqî | 458H | Sunan al-Baihaqî (sughrâ, al-Kubrâ ) |
Di akhir abad ke 5 H muncul berbagai kutab syarah dan kumpulan hadits serta kajian-kajian yuang lebih luas. Adapun kekuasaan pemerintahan dunia Islam pada periode 3 H hingga berakhirnya dinasti Abbasiah bisa dilahat pada bagan berikut:
No | NAMA KHALIFAH YANG BERKUASA | SEJAK TAHUN |
19 | Abu mansur Muhammad al-Qahir | 320 H |
20 | Abu al-Abbas Ahmad al-Radhi | 322 H |
21 | Abu Ishaq Ibrahim al-Muttaqi | 329 H |
22 | Abu al-Qasim Abd Allah al-Mustakfi | 333 H |
23 | Abu al-Qasim al-Mufadhdhal al-Mu’thi | 334 H |
24 | Abu al-Fadhal Abd al-Karim al-Tha’i | 362 H |
25 | Abu al-Abbas Ahmad al-Qadir | 381 H |
26 | Abu Ja’far Abd Allah al-Qa’im | 422 H |
27 | Abu al-Qasim Abd Allah al-Muqtadi | 467 H |
28 | Abu al-Abbas Ahmad al-Mustazhhir | 487 H |
29 | Abu mansur al-Fadhl al-Mustarsyid | 512 H |
30 | Abu Ja’far al-mansur al-Rasyid | 529 H |
31 | Abu Abd Allah Muhammad al-Muqtafi | 530 H |
32 | Abu al-Muzhaffar al-Mustanjid | 555 H |
33 | Abu Muhammad al-Hasan al-mustadhi’ | 566 H |
34 | Abu al-Abbas Ahmad al-Nashir | 575 H |
35 | Abu nashr Muhammad al-Zahir | 622 H |
36 | Abu Ja’far al-Mansur al-Mustanshir | 623 H |
37 | Abu Ahmad Abd Allah al-Musta’shim | 640H-656H |
Ditilik dari sudut peradaban maupun keagamaan periode dinasti Abbasiah, cukup mengalami kemajuan. Hal ini terjadi, karena adanya kaum muslimin yang istiqamah dalam memposisikan diri dalam bidang tafaqquh fi al-Din. Ulama yang memegang posisi di bidang ini biasanya tidak terpengaruh oleh kepentingan politik mana pun.
- Al-Hadîts periode Ulama Mutaakhirin
Pada periode berikutnya, ulama memfokuskan pada pmebahasan hadits dari berbagai sudut. Di abad mutakhir, ulama hadits tidak lagi hanya sebagai pengumpul dan penulis, tapi juga pengkaji, peneliti dan pembahas. Penelitian hadits tidak hanya dari sudut otentisitas, tapi juga validitas, penerapan atau implikasinya pada segala aspek kehidupan. Sejak berakhirnya abad 5 H, berakhir pula mata rantai sanad. Oleh karena itu di abad mutakhir, tugas ulama bukan mencari hadits dari orang perorang, tapi lebih erfokus pada pengkajian, penelitian dan pembahasan hadits yang telah tersusun dalam berbagai kitab. Langkah penelitian yang ditempuh oleh ulama mutakhir tidak kuranga dari (1) tawtsiq, penelusuran otentisitas hadits, (2) tashhîh, penelilitan tentang kebasahan dan validitas hadits, (3) tahlîl, yaitu analisis ma’na hadits dengan menggunakan ilmu syarah, (4) tathbîq yaitu mencari implikasi hadits untuk diterapkan dalam segala aspek kehidupan, (5) i’tibâr dengan memunculkan teori baru yang digali dari nilai yang terkandung dalam hadits. (Uraian lebih lanjut bisa dilihat pada bagian metode penelitian hadits).
- Macam kitab Al-Hadîts sejak Masa Tadwîn hingga Syarh
Metode penyusunan kitab hadits, cukup beragam, ada yang sistematikanya menurut judul fiqih, ada yang berdasar urutan shahabat, ada yang berdasar pangkal kata, ada pula yang disusun berdasar kalisifikasi lainnya.
- Kitab Musnad
Kitab musnad adalah kitab hadits yang disusun berdasar urutan shahâbat sebagai rawi tertinggi dan terdekat dengan Rasul SAW. Kitab yang disusun berdasar sistemaytika ini antara lain: (1) Al‑Musnad, Abu Hanifah (150 H.). (2) Al‑Musnad, al‑Syafi’i (204 H.). (3) AI‑Musnad, Abu Dawud al‑Thayalisi (201 H.). (4) Al‑Musnad, Ahmad ibn Hanbal (241 H.). (5) AI‑Musnad, Zaid ibn’Ali. (6) al‑Musnad, ‘Abdullah ibn Musa. (7) Al‑Musnad, Musaddad ibn Musarhad. (8) Al‑Musnad, Asad ibn Musa al‑Amawi (9) Al‑Musnad, Nu’aim ibn Hammad al‑Khuza’i. (10) Al‑Musnad, Ishaq ibn Rahawaih (11) Al‑Musnad, Abu Ya’la al‑Maushuli. (12) Al‑Musnad, al‑Humaidi. (13) Al‑Musnad, ‘Ali al‑Madaidi. (14) AI‑Musnad, ‘Abid ibn Humaid. (15) AI‑Musnad, al‑Bazzar. (16) AI‑Musnad, al‑Marwazi. (17) Al‑Musnad, Abu Bakar ibn Abi Syaibah (235 H.). (18) Al‑Musnad, al‑Baghawi (214 H.). (19) AI‑Musnad, al‑Masarkliasi (298 H.). (20) AI‑Musnad, Baqi In Makhlad (196 H). (21) AI‑Musnad, Sai’id ibn Manshur ((227 H.). (22) AI‑Musnad, al‑Razi. (23) Al‑Musnad, al‑Khawarizmi.
- Kitab Mushannaf
Mushannaf ialah kitab hadits yang disusun berdasar judul bab fiqih, antara lain (1) Al‑Muwaththa’, Malik ibn Anas (179 H.). (2) Al‑Mushannaf, Syu’bah ibn Hajjaj (160 H.). (3) Al‑Mushannaf, Sufyan ibn Uyainah (198 H.). (4) Al‑Mushannaf, al‑Laits ibn Sa’ad (175 H.). (5) Al‑Mushannaf, al‑Auza’i (157 H).
- Kitab Shahih
Kitab Shahih atau al-Jami al-Shahih, ialah kitab hadits yang disusun menggunakan sistem mushannaf, tapi hanya mencantumkan hadits-hadits yang dianggap shahih oleh penyusunnya, tanpa mencantumkan hadits yang diragukan keshahihannya, seperti: (1) AI‑Jami’al‑Shahih, al-Bukhari (256 H.). (2) AI‑Jami’al‑Shahih, Muslim bin Hajaj (261 H.). (3) AI‑Shahih, Ibn Huzaimah (311 H.). (4) Al‑Taqsim wa al‑Anwa, (shahhih Ibn Hibban) Ibn Hibban (354 H.) (5) Al‑Shahih, Abu’ Awanah (316 H.). (6) AI‑Muntaqa, Ibn al‑Jarud (307 H.).
- Kitab Sunan
Al-Sunan merupakan bentuk jama dari sunnah, yang berarti kumpulan sunah Nabi SAW. Kitab ini disusun berdasar bab seperti Mushannaf, tapi tidak diklasifikasi mana yang shahih, hasan atau dla’if, mana yang bersambung atau tidak. Penyusun kitab semacam ini mengumpulkan dan menuliskan semua hadits yang didapatkannya berdasar bab yang dikehandaki, tapi diberi penilaian apakah hadits tersebut shahih, hasan, dla’if atau penilaian lainnya. Kitab al-Sunan antara lain (1) AI‑Sunan, Abu Dawud (275 H). (2) AI‑Sunan, al‑Turmudzi (278 H.). (3) Al‑Sunan, al‑Nasai (303 H.). (4) Al‑Sunan, Ibn Majah (273 H.). (5) .al-Sunan al‑Darimi. (6) Al‑Sunan, al‑Dailami. (7) al‑Sunan, al‑Daruquthni (358 H.). (8) AI‑Sunan al‑Kubra, al‑Baihaqi (458 H.).
- Kitab Mustadrak
Kitab mustadrak, ialah kumpulan hadits yang tidak tercantum dalam kitab yang diistidrak, padahal menurut penelitinya memenuhi syarat. Al-Mustadrak ala al-Bukhari, berarti kumpulan hadits yang memenuhi syarat al-Bukhari tapi tidak tercantum dalam kitabnya. Kitab semacam ini anatara lain: (1) Al‑Mustadrak ala al-shahihayni, al‑Hakim (405 H.). (2) Al‑Mustadrak, al‑Dzahabi (748 H.). (3) Al‑Ilzamat, al‑Daruqutl‑ini (385 H.). (5) al-Mustadrak, Abu Dzar al-Hawari (434H)
- Kitab Mustakhraj
Mustakhraj ialah kitab yang disusun dengan metoda istikhraj, yaitu meriwayatkan hadits yang telah ada di kitab tertentu, tapi meriwayatkannya lagi dari jalur lain yang bersambung dengan penyusun. Metoda ini digunakan untuk memperoleh data tentang suatu kitab hadits, tapi melalui sanad sendiri. Contoh: (1) Mustakhraj Shahih al‑Bukhari; al‑Jurjani, al‑Barqani (425 H.), Ibn Mardawaih (416 H.), al‑Ghatrifi (377 H.), al‑Harawi (37811). (2) Mustakhraj Shahih Muslim; Abu Awanah (316 H.), Abu Bakar Muhammad ibn Raja, al‑Jauzaqi (388 H.). (3) Muslakhraj Shahih al‑Bukhari dan Muslim; Muhammad Ibn Ya’qub, Abu Dzar al‑Harawi (343 H.), al‑Khallal (439 H.), al‑Asbahani (430 H.), al‑Sirazi (388 H.). (4) Mustakhraj Sunan Abu Dawud, Muhanu‑nad ibn Abd al‑MaU. (5) Mustakhraj Sunan al‑Turmudzi; al‑Thusi. (6) Musttikhraj Shahih Ibn Khuzoimah; al‑Asbahani. (7) Mustakhraj Mustadrak al‑Hakim; al‑’Iraqi.
- Kitab berdasar derajat hadits
kitab ini berisi hadits-hatits yang telah diselidiki derajatnya. Contoh karya Nashir al-Din al-Albani antara lain (1) Dla’if al-Jami al-Shaghir (2). Shahih al-qashash (3). Shahih Ibn Majah (4). Dla’if al-Turmudzi (5). Silisilah ahadits al-Dla’ifah wa al-Maudlu’ah
-=o0o=-