HADITS HASAN DAN ASPEKNYA
Hadis Hasan
- Pengertian Hadis Hasan
Secara bahasa, hasan berarti الجَمَال al-jamâl, yaitu: “indah”. Hasan juga dapat juga berarti sesuatu sesuatu yang disenangi dan dipandang indah, mempesona. Ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan hadits hasan karena melihat bahwa ia meupakan pertengahan antara hadis shahih dan hadis dha’if, dan juga karena sebagian ulama mendefinisikan sebagai salah satu bagiannya. Sebagian dari definisinya yaitu:
Al–Khaththabi berpendapat bahwa hadits hasan adalah : الحسن ما عرف مخرجة واشتهر رجاله. وقال: وعليه مدار اكثر الحديث، وهو الذي يقبله أكثر العلماء، ويستعمله عامة الفقهاء. Hadits yang sumber telah dikenal serta ulama yang meriwayatkannya telah popular yang menjadi rujukan banyak ulama dan dipergunakan oleh para ahli fiqih.[1] Jadi menurut definisi ini, hadits Hasan itu termasuk hadits yang baik, karena ditinjau dari sduut periwayatan, ulama yang meriwayatkan, maupun sumber telah dikenal baiknya. Namun syarat-syarat keabsahannya tidak selengkap hadits shahih, utamanya diantara rawi ada yang kurang dlabit. At-Tirmidzi menerangkan “semua hadis yang mkatarantainya tidak ada yang dituduh berdusta, serta tidak ada syadz (kejangalan), dan diriwatkan dari berbagai jalur, maka dia menurut kami adalah hadis hasan”.
Menut Ibnu Hajar: “hadis ahad yang diriwayatkan oleh yang ‘adil, sempurna ke-dhabith-annya, bersanbung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz (janggal) maka dia adalah hadis shahîh li-dzâtihi, sedangkan jika rendah ke-dhabith-annya maka dia adalah hadis hasan li-dzâtihi”.
Kriteria hadis hasan sama dengan kriteria hadis shahih. Perbedaannya hanya terletak pada sisi ke-dhabith-annya. yaitu hadis shahih lebih sempurna ke-dhabith-annya dibandingkan dengan hadis hasan. Teganya hadits hasan memiliki derajat lebuih rendah dari hadits shahih, tapi lebih tinggi dari yang dla’if. Hadits Hasan adalah bukan yang shahih, bukan pula yang dla’if.
- Macam-Macam Hadis Hasan
Sebagaimana hadis shahih yang terbagi menjadi dua macam, hadis hasan pun terbagi menjadi dua macam, yaitu hasan li-dzâtihi dan hasan li-ghairihi; (a) hadits Hasan Li Dzâtihi adalah hadis yang telah memenuhi persyaratan hadis hasan yang telah ditentukan, tanpa memerlukan pendudkung hadits lain. (b) sedangkan Hadis hasan li-ghairihi ialah hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan secara sempurna, kecuali didukung oleh hadits lainnya yang menguatkan. Dengan kata lain, hadis tersebut pada dasarnya adalah hadis dha’if, akan tetapi karena adanya sanad atau matn (matan/teks) lain yang menguatkannya sebagai syahid atau tâbi’/mutâbi’ yang menguatkan, maka kedudukan hadis dha’if tersebut naik derajatnya menjadi hadis hasan li-ghairih.
- Kehujahan Hadis Hasan
Hadis hasan sebagai mana halnya hadis shahih, meskipun derajatnya dibawah hadis shahih, adalah hadis yang dapat diterima dan dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam menetapkan suatu hukum atau dalam beramal. Para ulama hadis, ulama ushul fiqih, dan fuqaha’ sepakat tentang ke-hujjah-an hadis hasan.
[1] Muqaddimah Ibn Shalah, juz I h.4
[2] al-Bahits al-Hatsits fi ikhtashar ulum Hadits, I h.5