JANGAN BERLEBIHAN BERAGAMA (Kajian tafsir an-Nisa: 171-172) bagian kedua
JANGAN BERLEBIHAN BERAGAMA
(Kajian tafsir an-Nisa: 171-172) bagian kedua
- Teks Ayat dan Tarjamahnya
يَا أَهْلَ Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ù لَا تَغْلÙوا ÙÙÙŠ دÙينÙÙƒÙمْ وَلَا تَقÙولÙوا عَلَى اللَّه٠إÙلَّا الْØÙŽÙ‚Ù‘ÙŽ Ø¥Ùنَّمَا الْمَسÙÙŠØÙ عÙيسَى ابْن٠مَرْيَمَ رَسÙول٠اللَّه٠وَكَلÙمَتÙه٠أَلْقَاهَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ مَرْيَمَ وَرÙÙˆØÙŒ Ù…Ùنْه٠ÙÙŽØ¢ÙŽÙ…ÙÙ†Ùوا Ø¨ÙØ§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù ÙˆÙŽØ±ÙØ³ÙÙ„Ùه٠وَلَا تَقÙولÙوا ثَلَاثَةٌ انْتَهÙوا خَيْرًا Ù„ÙŽÙƒÙمْ Ø¥Ùنَّمَا اللَّه٠إÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŒ وَاØÙدٌ Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽÙ‡Ù أَنْ ÙŠÙŽÙƒÙونَ لَه٠وَلَدٌ لَه٠مَا ÙÙÙŠ السَّمَاوَات٠وَمَا ÙÙÙŠ الْأَرْض٠وَكَÙÙŽÙ‰ Ø¨ÙØ§Ù„لَّه٠وَكÙيلًا () لَنْ يَسْتَنْكÙÙÙŽ الْمَسÙÙŠØÙ أَنْ ÙŠÙŽÙƒÙونَ عَبْدًا Ù„Ùلَّه٠وَلَا الْمَلَائÙكَة٠الْمÙقَرَّبÙونَ وَمَنْ يَسْتَنْكÙÙÙ’ عَنْ Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽØªÙÙ‡Ù ÙˆÙŽÙŠÙŽØ³Ù’ØªÙŽÙƒÙ’Ø¨ÙØ±Ù’ ÙَسَيَØÙ’Ø´ÙØ±ÙÙ‡Ùمْ Ø¥Ùلَيْه٠جَمÙيعًا
Lanjutan tafsir kalimat
Keistimewaan kejadian Nabi Isa, berikutnya adalah وَرÙÙˆØÙŒ مّنْهÙ  yang menurut Al-Razi,[1] bisa dimaknai beberapa aspek antara lain sebagai berikut.
(1) : الأول : أنه جرت عادة الناس أنهم إذا وصÙوا شيئاً بغاية الطهارة ÙˆØ§Ù„Ù†Ø¸Ø§ÙØ© قالوا : إنه Ø±ÙˆØ ØŒ Ùلما كان عيسى لم يتكون من Ù†Ø·ÙØ© الأب وإنما تكون من Ù†ÙØ®Ø© جبريل عليه السلام لا جرم وص٠بأنه Ø±ÙˆØ ØŒ والمراد من قوله { Ù…Ùنْه } Ø§Ù„ØªØ´Ø±ÙŠÙ ÙˆØ§Ù„ØªÙØ¶ÙŠÙ„ كما يقال : هذه نعمة من الله ØŒ والمراد كون تلك النعمة كاملة Ø´Ø±ÙŠÙØ© penciptaannya seperti manusia biasa tapi memiliki sifat suci bersih. Beliau diciptakan secara Ø±ÙˆØ atau bersifat ruhani, karena tidak tercampuri air mani sanga ayah Maryam yang sangat suci lair batinnya yang selalu menjaga kesucian baik jasmani maupun ruhaninya, baik lahir maupun batinnya. Ruh sebagai lambing Jibril yang bersih dari unsure manusiawi. Kalimat Ù…Ùنْه mengisyaratkan keutamaan dan kemuliaan, seperti kalimat هذه نعمة من الله mengandung arti keni’amatan yang sempurna murni dari Allah. Jadi وَرÙÙˆØÙŒ مّنْه mengandung arti kemurniaan dari Allah SWT yang tidak tercampuri zat yang lainnya.
(2) . الثاني : أنه كان سبباً Ù„ØÙŠØ§Ø© الخلق ÙÙŠ أديانهم ØŒ ومن كان كذلك وص٠بأنه Ø±ÙˆØ . قال تعالى ÙÙŠ ØµÙØ© القرآن { وَكَذَلÙÙƒÙŽ أَوْØÙŽÙŠÙ’نَا Ø¥Ùلَيْكَ رÙÙˆØØ§Ù‹ مّنْ أَمْرÙنَا } makna kedua adalah bahwa Ø±ÙˆØ itu merupakan sebab utama dalam kehidupan makhluq khususnya dalam keagmaannya, dan orang yang keadaannya seperti itu diberi sifat sebagai ruh. Tegasnya orang yang menjadi pemimpin dalam urusan keagamaan, atau dalam menghidupkan agama, seperti ruh dalam jasad, maka disebut ruhnya. Allah SWT juga menyebut sifat al-Qur`an sebagai ruh, sebagaimana tersurat pada Qs.al-Syura:52
وَكَذَلÙÙƒÙŽ أَوْØÙŽÙŠÙ’نَا Ø¥Ùلَيْكَ رÙÙˆØÙ‹Ø§ Ù…Ùنْ أَمْرÙنَا مَا ÙƒÙنْتَ تَدْرÙÙŠ مَا Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ù وَلَا الْإÙيمَان٠وَلَكÙنْ جَعَلْنَاه٠نÙورًا نَهْدÙÙŠ بÙه٠مَنْ نَشَاء٠مÙنْ Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯Ùنَا ÙˆÙŽØ¥Ùنَّكَ لَتَهْدÙÙŠ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ ØµÙØ±ÙŽØ§Ø·Ù Ù…ÙØ³Ù’تَقÙيمÙ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Qs.42:52
(3) الثالث : Ø±ÙˆØ Ù…Ù†Ù‡ أي رØÙ…Ø© منه ØŒ
Makna yang ketiga, Ø±ÙˆØ Ù…Ù†Ù‡ berarti rahmat dan kasihsayang dari-Nya. Makan semacam ini tersurat pula pada berbagai ayat seperti pada Qs.58:22 وَأَيَّدَهÙمْ Ø¨ÙØ±ÙÙˆØÙ مّنْه٠(dan Allah menuatkan mereka dengan rahmat dan pertolongan dari-Nya). Tegasnya Nabi Isa diciptakan sebagai rahamat dari Allah SWT.
(4) الرابع : أن Ø§Ù„Ø±ÙˆØ Ù‡Ùˆ Ø§Ù„Ù†ÙØ® ÙÙŠ كلام العرب ØŒ ÙØ¥Ù† Ø§Ù„Ø±ÙˆØ ÙˆØ§Ù„Ø±ÙŠØ Ù…ØªÙ‚Ø§Ø±Ø¨Ø§Ù† ØŒ ÙØ§Ù„Ø±ÙˆØ Ø¹Ø¨Ø§Ø±Ø© عن Ù†ÙØ®Ø© جبريل
Makna yang keempat Ø±ÙˆØ Ù…Ù†Ù‡ mengandung arti tiupan angina sebagaimana digunakan dalam istilah bahasa Arab, karena perkataan Ø§Ù„Ø±ÙˆØ sangat berdekatan maknanya dengan Ø§Ù„Ø±ÙŠØ yang berarti tiupan angina. Olehkarena itu Nabi Isa difahami sebagai yang diciptakan dari tiupan, dan Ù…Ùنْه٠dari Jibril atas perintah Allah SWT sebagaimana tersirat pada Qs.22:91 ÙÙŽÙ†ÙŽÙَخْنَا ÙÙيهَا Ù…ÙÙ† رّÙÙˆØÙنَا , maka Kami tiupkan padanya dari ruh Kami.
(5) makna yang kelima adalah ruh secara umum merupkan bagian dari alam Arwah yang disebutkan di sini sebagai pengutamaan atau kemuliaan yang khusus diberikan pada Nabi Isa.
Dengan demikian, kehamila Maryam tanpa proses pergaulan suami istri sehingga kelahiran Isa tanpa ayah sebagai bukti kekuasaan Allah yang bisa bertindak Kun Fayakun. Nabi Isa diciptakan langsung dari Ruh yang fisiknya tidak tercampuri nuthfah laki-laki. Tegasnya disebutkan ruh secara khusus untuk menunjukkan keistimewaan penciptannya yang berbeda dengan yang lain.
- ÙÙŽØ¢ÙŽÙ…ÙÙ†Ùوا Ø¨ÙØ§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù ÙˆÙŽØ±ÙØ³ÙÙ„Ùه٠وَلَا تَقÙولÙوا ثَلَاثَةٌ انْتَهÙوا خَيْرًا Ù„ÙŽÙƒÙمْ Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Penggalan ayat ini menyerukan agar beriman pada Allah itu secara benar. Allah adalah Tuhan yang berdiri sendiri yang tidak memerlukan sekutu, maka hendaklah bertauhid. Dia tidak beranak, tidak pula dilahirkan, kebijakan-Nya tidak memerlukan bantuan fihak lain. Berimanlah pula kepada seluruh rasul sejak Nabi Adam hingga nabi Muhammad SAW secara benar. Jangan mendudukan para nabi dan rasul melebihi kafasitasnya. Mereka adalah utusan Allah, bukan perantara tuhan, bukan pula juru selamat. Jangan mempertuhankan satu pun dari para rasul itu. Nabi Isa juga sebagai rasul seperti rasul-rasul yang lainnya. Demikian pula perlakukan kepada Nabi SAW, jangan melebihkan kedudukannya sebagai Rasul. Diriwayatkan dari Anad bin Malik:
أَنَّ رَجÙلًا قَالَ يَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù ÙŠÙŽØ§ Ø³ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¯ÙŽÙ†ÙŽØ§ وَابْنَ Ø³ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¯Ùنَا وَخَيْرَنَا وَابْنَ خَيْرÙنَا Ùَقَالَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ يَا أَيّÙهَا النَّاس٠عَلَيْكÙمْ Ø¨ÙØªÙŽÙ‚ْوَاكÙمْ وَلَا يَسْتَهْوÙيَنَّكÙمْ الشَّيْطَان٠أَنَا Ù…ÙØÙŽÙ…Ù‘ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù ÙˆÙŽØ±ÙŽØ³ÙولÙه٠وَاللَّه٠مَا Ø£ÙØÙØ¨Ù‘٠أَنْ تَرْÙَعÙونÙÙŠ Ùَوْقَ مَنْزÙلَتÙÙŠ الَّتÙÙŠ أَنْزَلَنÙÙŠ اللَّه٠عَزَّ وَجَلَّ
Seorang laki-laki menyapa Rasul dengan panggilan ” Wahai Muhammad, Wahai Pembesar kami, putra pembesar kami, wahai yang Terbaik diantara kami dan putra terbaik kami! Maka Rasul bersabda: Wahai manusia, hendaklah kalian dengan taqwa kalian. Jangan sampai syetan memperngaruhi keinginan kalian. Aku adalah Muhammad putra Abdullah sebagai hamba Allah dan rasul-Nya. Demi Allah aku tidak senang kalian mengengkatku melebihi kedudukanku yang telah Allah SWT tetapkan untukku. Hr. Ahmad.[2]
Hadits ini melarang menenmpatkan Rasul SAW melebihi kedudukannya. Walaupun beliau memiliki keistimewaan di banding dengan nabi yang lain dalam bidang jangkauan umat serta memiliki mandate syafaat, tidak berkenn untuk diagung-agungkan melebihi kedudukannya yang telah ditetapkan Allah SWT. Oleh karena itu beriman kepada Rasul mesti menurut ajaran yang telah ditetapkan olehnya. Demikian pula iman kepada Allah jangan bertentangan dengan aturan keimanan yang telah ditetapkan oleh-Nya.
وَلَا تَقÙولÙوا ثَلَاثَةٌ jangan pula menganggap tuhan itu tiga. Panegasan ini sebagai seruan pada pemeluk agama yang menganggap tuhan itu trinitas, dan yang mengangap trimurti. Ajaran trinitas adalah keimanan sebagian sekte Katolik yang bengapan bahwa Tuhan yang Maha Esa itu mempunyai tiga personil. Kata mereka tuhan bapa, tuhan putra dan tuhan ruh al-Qudus. Mereka memanggil dengan tuhan Allah Bapa, Tuhan Allah Yesus Kristus dan Tuhan Allah ruh al-Qudus. Semua yang tiga personil atau oknum itu Allah juga, tiga itu satu dan yang satu itu adalah tiga. Namun di samping itu ada sekte lainnya yang sangat beragam anggapannya tentang tuhan. Bahkan bila ada orang nashrani dikumpulkan sepuluh orang, lalu ditanyakan kepeda mereka tentang tuhan, maka jawabannya akan muncul sebelas macam jawaban.[3] Sedangkan di salah satu sekte agama hindu berpendapat bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu terdiri dari Brahma (pencipta), Syiwa (yang merusak dan menyiksa), serta Wisnu (yang memelihara dan penyelamat). Al-Qur`an menyeru agar yang keliru bertuhan itu kembali ke jalan yang benar, agar beriman dengan iman yang tepat dengan menegaskan: وَلَا تَقÙولÙوا ثَلَاثَةٌ dan dalam ayat lain ditegaskan:
لَقَدْ ÙƒÙŽÙَرَ الَّذÙينَ قَالÙوا Ø¥Ùنَّ اللَّهَ Ø«ÙŽØ§Ù„ÙØ«Ù ثَلَاثَة٠وَمَا Ù…Ùنْ Ø¥Ùلَه٠إÙلَّا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŒ وَاØÙدٌ ÙˆÙŽØ¥Ùنْ لَمْ يَنْتَهÙوا عَمَّا ÙŠÙŽÙ‚ÙولÙونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذÙينَ ÙƒÙŽÙَرÙوا Ù…ÙنْهÙمْ عَذَابٌ Ø£ÙŽÙ„Ùيمٌ
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Qs.5:73
Berdasar ayat ini orang yang menganggap bahwa Allah sebagai salah satu dari tiga adalah kufur.
Oleh karena itu انْتَهÙوا berhentilah anggapan yang bukan-bukan, dan berlebihan dalam keagamaan, janganlah melanjutkan kelakukan dan keyakinan yang salah. Dengan menghentikan keyakinan yang salah, maka خَيْرًا Ù„ÙŽÙƒÙمْ akan menjadi lebih baik bagi kalian.
- Ø¥Ùنَّمَا اللَّه٠إÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŒ وَاØÙدٌ Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽÙ‡Ù أَنْ ÙŠÙŽÙƒÙونَ لَه٠وَلَدٌ Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak,
Allah itu adalah Tuhan Yang Maha esa, Tunggal, bukan Tirinitas, bukan Trimurti. Dia mahasuci tidak mungkin mempunyai anak. Tidak sepantasnya menganggap tuhan punya anak, atau terdiri dari oknum yang lain atau m,empunyai pendamping. Iman yang benar adalah yang dilandasi tauhid, baik dalam peibadatan, pengabdian, maupun tujuan.
- لَه٠مَا ÙÙÙŠ السَّمَاوَات٠وَمَا ÙÙÙŠ الْأَرْض٠وَكَÙÙŽÙ‰ Ø¨ÙØ§Ù„لَّه٠وَكÙيلًا segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
Untuk apa. Allah punya sekutu, apalagi punya anak, bukankah segala yang ada di langit dan di bumi milik-Nya? Untuk apa membuat perantara pada Allah? Apa pula gunanya menjcari juru selamat, bukankah milik-Nya segala yang ada ini?
- لَنْ يَسْتَنْكÙÙÙŽ الْمَسÙÙŠØÙ أَنْ ÙŠÙŽÙƒÙونَ عَبْدًا Ù„Ùلَّه٠وَلَا الْمَلَائÙكَة٠الْمÙقَرَّبÙونَ Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah).
Nabi Isa al-Masih pun tidak enggan menjadi hamba Allah SWT, demikian pula para mala`ikat, mengapa manusia engan beribadah pada-Nya, menjadi hamba-Nya. Tidak sepatutnya manusia membantah apa yang telah ditetapkan oleh-Nya.
- وَمَنْ يَسْتَنْكÙÙÙ’ عَنْ Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙŽØªÙÙ‡Ù ÙˆÙŽÙŠÙŽØ³Ù’ØªÙŽÙƒÙ’Ø¨ÙØ±Ù’ ÙَسَيَØÙ’Ø´ÙØ±ÙÙ‡Ùمْ Ø¥Ùلَيْه٠جَمÙيعًا Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya
Konsekuensi yang tidak mau tunduk menghambakan diri pada Allah dan menyombokan diri, maka akan memikul tanggung jawab akibat pelangaggaran dan pembangkakannya. Mereka akan dikumpulkan Allah di muka persidangan menghadapi pengadilan tertinggi.
- Beberapa Ibrah
- al-Islam memiliki aturan yang lengkap dan universal, baik urusan aqidah, syari’ah maupuan akhlaq. Tidak sepaptutnya manusia membikin atauran sendiri. Dalam kehidupan beragama janganlah berlibihan, melampuai batas yang telah ditentukan.
- Jangan mengatakan tentang apapun atas nama Allah, kalau tidak ada dasarnya. Jangan mengatakan tntang Allah kecuali dengan kebanaran yang telah diuraikan oleh-Nya. Begitu pula tentang rasul, termasuk tentang nabi Isa yang diciptakan oleh-Nya sebagai rasul seperti yang diutus para rasul lainnya.
- Teologi yang dikembangkan oleh yahudi, nashrani, hindu bhuda adalah sangat keliru. Allah SWT itu ada satu-satunya tuhan yang tidak bersekutu. Dialah pemiliki segala yang ada ini. Cukuplah Dia sebagai tuhan yang diandalkan, jangan mengandalkan yang lain.
- Nabi Isa dan nabi yang lainnya tidak enggan untuk mengambakan diri pada Allah, demikian pula para mala`ikat, mengapa manusia berani menyombongkan diri?
- Aqidah, syari’ah dan akhlaq mesti terus menerus diluruskan jangan sampai menyimpang sedikitpun dari aturan Ilahi yang telah ditetapkan dalam al-Qur`an dan sunnah rasul-Nya. Janganlah ikut-ikutan keliaru seperti kaum yahudi, nahsrani dalam beragama.
[1] Tafsir al-Razi, V h.447
[2] Musnad Ahmad, XXV h.139 no.12093 dan XXVII h.88 no.13041