KEBAHAGIAN DAN KEJEMBARAN RASUL (kajian tafsir surat al-Insyirah:01-08)
KEBAHAGIAN DAN KEJEMBARAN RASUL
(kajian tafsir surat al-Insyirah:01-08)
- Teks ayat dan Tarjamah
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (1) وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (2) الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (3) وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (4) فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. Qs.94:01-08
- Tinjauan Historis
- Surat ini bernama الإنشراح al-Insyirah, kadang disebut الشرح al-Syarh, terkadang disebut ألم نشرح Alam nasyah, diambil dari pangkal ayat pertama, yang mengabarkan bahwa Rasul itu lega hati nuraninya, atau berlapang dada, karena disinari hidayah, iman, dan hikmah. Jumlah ayat sebanyak delapan ayat yang turun di Mekah sebagai ayat Makiyah, karena turun sebelum Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam berhijrah ke Madinah.
- Kaum muslimin sempat dihina kaum musyrikin yang menuduh miskin atau faqir. Ketika ayat ini turun Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam bersabda kepada kaum muslimin:
“أبْشِرُوا أتاكُمُ اليُسْرُ، لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
Bergembiralah kalian karena telah datang kemudahan, maka satu kesusahan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.[1]
- Kaitan dengan ayat sebelumnya
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan waktu dluha dan waktu malam, demi meyakinkan bahwa Dia memuliakan Nabi Muhammad, dan sangat mencintainya. Surat berikutnya menegaskan bahwa DIA menjadikan hati nurani Nabi berlapang dada, karena telah menerima kemudahan dalam segala aspek kehidupan.
- Surat al-Dluha meyakinkan bahwa masa datang lebih baik di banding masa kini, bagi Nabi Muhammad. Dalam surat al-Insyirah ditegaskan bahwa tidak ada sesuatu kesulitan, kecuali ada kemudahan. Dengan demikian jangan sampai menderita tatkala sulit, tapi memioliki jiwa optimis akan menerima kemudahan.
- Antara surat al-Dluha dengan surat al-Insyirah ini memiliki kesamaan dalam mengungkapkan keni’matan yang diberikan kepada Nabi Muhammad. Pada surat al-Dluha ditandaskan bahwa ketika yatim maka diberi asuhan; ketika dalam keadaan susah diberi kemudahan, ketika dalam meskin diberi kecukupan. Dalam surat al-Insyirah ditandaskan bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan.
- Tafsir Ayat
- أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
Perkataan أَلَمْ sebagai huruf istifah (tanda Tanya) berfungsi sebagai تقريري taqriri atau penetapan untuk meyakinkan. Dengan demikian لَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ mengandung arti, sungguh sudah jelas dan terbukti bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala melapangkan hati nurani dan dada Nabi Muhammad. Kemudian َ نَشْرَحْ dengan نحن kami berfungsi (1) sebagai ta’zhim akan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menganugerahkan keni’amat kepada Nabi-Nya, dengankeni’matan berlapang dada untuk menertima al-Islam; (2) Allah Subhanahu Wa Ta’ala menganugerahkan ni’matnya secara team melibatkan fihak yang lain, seperti Mala`ikat, atau makhluq lainnya. Seperti biasa jika DIA menganugerahkan ni’mat atau menciptakan makhluq suka menggunakan نحن , tapi jika urusan ibadah, aqidah dan tauhid maka menggunakan mutakallim wahdah secara pribadi DZat-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala melapangkan dada dan hati nurani Nabi untuk menerima al-Islam secara gambling, sehingga melaksanakannya secara bahagia. Dalam ayat lain ditandaskan:
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ
Maka barang siapa yang dikehendaki Allah untuk memberi hoidayah, maka berlapanglah dadanya untuk al-Islam. Qs.6:125
Berdasar ayat ini, orang yang mendapat hidayah itu biasanya merasa senang menerima segala ketentuan al-Islam. Mereka sangat bahagia, berlapang dada, serta hati nuraninya merasakan ni’mat mematuhi ketentuannya serta menjauhi ma’siat. Jika seseorang merasa berat mematuhi syari’ah, senang ma’siat, berarti masih belum menadaptkan hidayah. Jika kita ingin mendapatkan hidayah, maka berusahalah menyenangi pelaksanaan syari’ah, dan benci ma’shiat. Dengan membenci ma’siat, maka beban yang dihadapi akan terasa ringan.
- وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
Allah meringankan beban yang dihadapi Nabi Muhhamad dan umatnya. Tidak ada tugas syari’ah yang memberatkan umat, karena segala sesuatu perintah tau larangan telah disesuaikan dengan kemapuan manusia. Dalam ayat lain ditegaskan:
وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Qs.7:42
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa bagi orang yang beriman dan beramal shalih, maka tidak akan ada beban yang mereka pikul selain sesuai dengan kemapuan. Jadi jelas Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menaqdirkan keringanan bagi yang beriman dan beamal shalih.
- الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ yang memberatkan punggungmu?
Tidak ada beban berat yang mesti dipikul, baik oleh Rasul maupun oleh umatnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala meringankan beban berat berupa risalah yang telah diringankan, sehingga mudah diajarkan dan disampaikan pada umat. Bertabligh tak ubahnya dengan orang tua yang mengasuh anak-anaknya. Mereka bersikeras ingin menda’wahi anak demi keselamatan mereka di dunia dan di akhirat kelak. Jika banyak risalah yang mesti diajarkan, walau banyak perintah dan larangan, tidaklah dirasakan beban berat, karena kasih saying tercurah pada yang belajar. Dengan demikian, maka walau beban yang dipikul seberat apapun, tidaklah dirasakan berat[2]. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah membebaskan beban tersebut.
وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنْطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya. Qs.23:62
Ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak memberikan beban berat pada hamba-Nya, kecuali sesuai kemampun. Jika ada tugas syari’ah yang mesti dilaksanakan, telah dijelaskan dalam kitab-Nya secara benar dan tepat. Setiap ada tugas yang dianggap berat, maka ada keringannya. Setiap ada ajaran yang mesti ditaati, terdapat rulhshah, bila dalam keadaan kesulitan. Itu semua dijelaskan dalam kitabnya. Setiap manusia tidak ada yang dizhalimi oleh kebenaran tersebut.
- وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
Setelah diberi keringanan, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengengkat derajat Nabi Muhammad ke derajat tertinggi. Perkataan رَفَعْنَا لَكَ mengandung arti meninggikan, atau mengangkat ke tingkat yang lebih tinggi untuk Nabi Muhammad. Beliau merupakan makhluq yang telah bebas dari berbagai dosa, telah dima’shum segala akhlqnya dari pengaruh makhluq. Jelaslah ذِكْرَكَ sebutan Nabi Muhamad, namanya, title dan kedudukannya berada di atas makhluq apapun. Wajarlah derajat yang dimiliki Rasul itu melebihi makhluq lain di alam semesta ini. Demikian pula umat yang beriman dan meneladani beliau makan diangkat sebagai khaira umat, atau umat terpilih. Perhatikan pula firman-Nya:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Qs.3:110
Ayat ini menunjukkan bahwa umat Nabi Muhammad merupakan umat terbaik, terpilih di banding yang lain, karena telah eksis di hadapan manusia. Umat Muhammad juga yang amar ma’ruf dan nahy munkar yang didasari beriman pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena Nabi Muhammad memeliki derajat terbaik, maka umat pengikutnya pun meraih derajat tertinggi. Oleh karena itu setiap umat Muhammad mesti berkeyakinan bahwa tidak ada makhluq tertinggi di alam semesta, selain mereka.
- فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Setelah ayat-ayat sebelum mengungkap berbagai keni’matan yang dianugerahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada hamba-Nya yaitu merlapangkan dada, meringankan beban, mengengkat derajat ke tingkat tingi. Kini menandaskan bahwa itu merupakan sunnat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau hokum alam yang telah ditetapkan, bahwa setai ada kesulitan maka ada kemudahan.
- إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Bahkan sampai diulangi, bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. Perkataan العسر juka sering bermakna lemah, miskin, kebodohan. Namun di sini secara berulang ditandaskan bahwa setiap ada الْعُسْر maka terdapat juga يُسْرًا karena selama hidup di dunia tidak ada yang tetap abadi. Ketetapan yang ada di dunia adalah perubahan, antara kesulitan dengan kemudahan. Kadang miskin, kadang-kedang menjadi kaya. Terkadang sakit, terkadang pula sehat. Namun sebenarnya antara sehat dengan sakit, lebih banyak sehatnya. Walau ada orang menderita sakit sepanjang hidupunya, tapi dalam keadaan skait itu terdapat sehatnya. Demikian pula orang yang miskin selama hidupnya, tapi sebenarnya dalam keadaan itu ada merasa cukupnya. Demikian pula pada orang yang kaya raya seumur hidupnya, terkadang merasakan kurang di saat tertentu. Begitulah sunnatullah, bahwa antara duka dan suka saling berganti. Antara bahagia dan nestapa selalu bergantian. Oleh karena itu jangan terlalu putus asa tatkala mengalami kesedihan. Jangan terlalu terpesona ketika mendapatkan kebahagiaan. Allah berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ () لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, Qs.57:22-23
Berdasar ayat ini apapun yang terjadi dan bakal terjadi semuanya tercatat di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dia berkuasa untuk bertindak apapun sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu manusia diharapkan jangan terlalu bersedih hati jika kehilangan sesautau atau menghadapi kesulitan. Setiap ada kesulitan, pasti ada kemudahan. Jangan juga terlalu sombong ketika mendapatkan keni’amatan. Jika mendapatkan keni’matan, maka berbagailah kepada sesame. Jangan menyombongkan diri, tatkala sukses. Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak senang terhadap orang sombong.
- فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
Jika telah berhasil mengerjakan suatu tugas, maka kerjakan yang lain. Ini merupakan etos kerja setiap muslim, tidak pernah menganggung dari satu tugas ke tugas yang lain. Ada beberapa pendapat menganalisis ayat ini antara lain (1) jika anda telah selesai shalat fardlu, lakukan shalat sunat, demikian menurt Ibn Mas’ud; (2) jika anda telah selesai melaksanakan shalt, maka lakukan berdo’a, demikian ka Ibn Abbas; (3) jika anda telah selesai urusan duniawi, maka silakan cari yang berkaitan ibadah yang bersifat ukhrawi, demikin menurut Mjahid; (4) jika anda telah selesai tasyahud, maka silakan berdoa untuk kemaslahatan dunia dan akhirat, demikian menurut al-Sya’bi; (5) jika anda memiliki kesehatan jasmani, maka gunakan kesehatan tersebut untuk beribadah.[3] Tentu masih banyak penafsiran yang lainnya. Yang jelas penekanan ayat ini sangat erat keitannya dengan semangat kaum muslimin dalam bekerja, bertugas, baik yang berkaitan dengan urusan ibadah maupun mu’amalah; baik urusan ukhrawi maupun duniawi.
- وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Adapun keberhasilannya, diserhkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memiliki segalanya. Dengan berharap pada-Nya, apa pun yang diperbuat yang membawa maslahat duniawi dan ukhrawi akan bernilai ibadah. Oleh karena itu dalam semengat bekerja, jangan mengharap keridoan, pujian atau sanjungan manusia, tapi berharaplah pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ini yang termasuk tawakkal kerja dengan giat, tapi yang diharapkan hanya keridoan Ilahi. Dengan mengharap keridolan Ilahi, maka hasilnya akan sukses dunia akhirat. Firman-Nya:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآَخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Qs.3:145
Ayat ini memberi isyarat antara lain: (1) setiap makhaluq akan mengalami kematian, maka jangan lupa peristiwa tersebut bahwa duania akan berakhir, dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala; (2) manusia dalam bekerja dan berusaha ada yang mengharap kehidupan duniawi; ada yang mengharap unkrawi, ada pula yang nmengharap kehidupan duniwi dan ukhrawi; (3) Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberikan pahala sesuai dengan niat dan usaha manusia; (4) bagi orang yang mampu bersyukur akan mendapatkan tambahan pahala di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu kerjalah semaksimal mungkin, sesuai kemampuan masing-masing dan keahliannya, dan berharah pahala di akhirat kelak. Jika usaha mengharapkan pahala untuk akhirat kelak, maka dunia pun bakal didapat.
- Beberapa Ibrah
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menganugerahkan keni’matan yang cukup banyak kepada Nabi Muhammad dan umatnya. Banyak anugerah tersebut, utamanya menanamkan lapang dada menjalankan syari’ah, bebasnya beban berat, meninggikan derajat, setiap ada kesulitan pasti ada keringanan.
- Nabi Muhammad Shalla Allah alaihi wa Sallam telah mendapatkan anugerah yang cukup besar utamanya telah diampuni segala dosanya, dan telah dima’shum akhlaqnya dari pengaruh makhluq.
- Setap ada kesulitan, maka pasti ada keringanan. Tidak ada syari’ah yang memberatkan kecuali ada rukhshah, atau keringanan di kala ada keseulitan.
- Jika telah selesai melakukan suatu pekerjaan, maka lakukanlah pekerjaan lainnya. Semua pekerjaan semstinya mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memberikan duniawi dan ukhrawi.
- Janji Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada hamba-Nya, bahwa DIA akan membebaskan beban berat, meringankan kesulitan, memberikan pahala atas apa yang diperbuat manusia di dunia ini. Maka berharaplah pada-Nya, dengan penuh usaha yang ikhlash mencari ridlo-Nya.
-=o0o=-
[1] Ibn Jarir al-Thabari, Jami al-Abayan, XXIV h.495
[2] al-Maraghi, XXX h.189
[3] Ibn al-Jauzi, Zad al-Masir, VI h.171