KEJAYAAN UMAT DENGAN ILMU
KEJAYAAN UMAT DENGAN ILMU
(isyarat beberapa ayat tentang ilmu dan ta’lim)
A. Sejak Nabi Adam keunggulan manusia karena ilmu
وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ () قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ () قَالَ يَا آَدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ ()
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allâh berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allâh berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Qs.2:31-33
a. sekilas tafsir
وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهاَ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Perkataan Adam pada ayat ini adalah nama manusia pertama yang diciptakan Allâh SWT yang berbeda dengan makhluq lainnya. Manusia beda dengan Mala`ikat kerena mengandung unsur fisik, memiliki aqal dan nafsu. Manusia beda dengan hewan, karena memiliki aqal bukan hanya otak, ruhani bukan hanya nyawa, nurani bukan hanya rasa. Perkataan الأسْمَاءَ merupakan bentuk jama dari إسْم yaitu sesuatu yang dapat diketahui dengannya yang membedakan dengan yang lain. Allâh SWT memberikan pelajaran kepada Adam segala nama yang ada. Ini sebagai bukti bahwa manusia memiliki potensi untuk diberi pengetahuan yang luas. Awal pembelajaran kepada manusia adalah berbagai nama. Dengan mengetahui berbagai nama, akan mendapatkan informasi yang cukup luas, serta dapat membedakan antara yang satu dengan yang lain. Kalimat كُلَّها menunjukkan bahwa nama yang diajarkan kepada Adam cukup banyak dan secara keseluruhan, bahkan bukan hanya benda nampak, tapi juga mungkin yang tidak nampak; yang lahir atau pun yang ghaib. Ibn Abbas mengungkap bahwa nama yang diperkenalkan kepada Adam pada saat itu mencakup nama-nama keturunannya dan segala makhluq yang telah diciptkan Allâh SWT, baik binatang atau pun yang lainnya.[1] Cara memberikan pelajaran kepada Adam, bisa sekaligus mungkin juga secara berangsur. Yang diajarkan kepada Adam mencakup nama, sifat, tabi’at maupun fungsi ciptaan Allâh SWT.[2] Dengan pembelajaran tersebut, Adam memperoleh ilmu yang cukup luas dan dapat mengembangkannya. Inilah sebagai bukti bahwa manusia, layak diangkat menjadi khalifah di bumi. Untuk diketahui makhluq lain, Allâh SWT mengetes kemampuan Mala`ikat, sebagaimana ditegsakan: ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat . Apa yang telah diperkenalkan kepada Adam, diperkenalkan pula kepada Mala`ikat. Dengan kata lain, bukan hanya Adam yang menerima pelajaran, Mala`ikat pun memperolehnya.فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” . Setelah semuanya menerima pelajaran, Allâh SWT mengevaluasi Mala`ikat. Mereka diperintah untuk menerangkan nama-nama yang diajarkan Allâh SWT. Yang diperintahkan pada mala`ikat, bukanlah menyebut nama, tapi أنْبِئْهُم yang berarti menerangkan atau menjelaskan. Tentu saja mereka tidak akan bisa menjelaskannya, karena tidak mempunyai fithrah meneliti, menafsirkan, atau menganalisis. Kemampuan menganalisis suatu masalah mesti dibarengi kreatifitas dan berfikir kritis. Mala`ikat diciptakan Allâh SWT, bukan untuk hidup kreatif atau kritis, melainkan untuk patuh, tunduk, taat dan pasrah. قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Kalimat سُبْحَانَكَ ini menurut al-Maraghi berfungsi taubat atas apa yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan kalimat لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا mengisyaratkan kesadaran Mala`ikat atas ketidakmampuan untuk menerangkan apa yang telah diajarkan.[3] Mala`ikat ternyata tidak mampu menerangkan secara luas melebihi apa yang diterimanya. Kemampuan dan pengetahun mereka terbatas pada apa yang diajarkannya, tidak mampu mengembangkan. Mereka menegaskan, kami hanya mengetahui sebatas yang Allâh SWT ajarkan, tidak lebih dari itu. إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Inilah sebagai bukti bahwa Mala`ikat tidak layak diangkat menjadi khalifah di bumi. Allâh SWT mengangkat Adam sebagai khalifah, bukan tidak ada alasan, melainkan atas kebijaksanaan yang tepat. Allâh Maha tahu, Maha bijaksana. Kemudian Allâh SWT memerintah Adam قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ Allâh berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama ini”. . فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama itu. Ternyata Adam mampu memberikan penjelasan berbagai nama sesuai dengan apa yang diperintahkan Allâh SWT. Hal ini mengisyaratkan tentang perbedaan derajat antara manusia dengan makhluq lain. Mala`ikat memiliki keunggulan di bidang ibadah, utamanya dalam kepatuhan atas perintah Allâh SWT. Sedangkan manusia memiliki keunggulan dalam bidang kreatifitas, berfikir kritis, dan pengembangkan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu lebih utama dibanding memperbanyak ritual ta’abudi. Rasûl SAW bersabda:وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu di banding dengan ahli ibadah, tak ubahnya bagaikan bulan dibandingkan dengan bintang lainnya pada malam purnama. Hr. Ahmad, Abu Dawud, al-Trmidzi, dan Ibn Majah.[4]
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ Allâh berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi . Allâh SWT menegaskan kepada Mal`ikat, dengan nada bertanya, bukankah Aku sudah katakan sebelumnya bahwa Aku mengetahui segalanya, baik rahasia langit atau pun bumi. Ini mengisyaratkan agar semua makhluq menyadari bahwa hanya manusia yang lebih layak untuk diangkat jadi khalifah, dan Allâh SWT, satu-satunya yang mengetahui segalanya. Tidak ada yang mengetahui segala sesuatu, tidak pula ada yang serba tahu selain Allâh SWT. وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan? Allâh SWT juga Maha tahu atas apa yang tersembunyi maupun yang nampak. Oleh karena itu jangan mengira, kebijaksanaan Allâh SWT tidak berdasar.
b. Isyarat Ayat
Ayat yang mengabadikan peristiwa Nabi Adam mengajari Mala`ikat ini memberi isyarat antara lain:
1. Potensi manusia cukup lengkap, baik untuk berbuat buruk seperti merusak dan bertengkar, maupun berbuat baik seperti ibadah.
2. Yang layak jadi khalifah adalah yang memenuhi syarat seperti Adam, antara lain (1) bisa belajar dan mengajar (2) mampu meneliti, (3) melaporkan apa yang diketahui, (4) kreatif, (5) tidak merusak, (6) menahan diri dari pertengkaran, (7)memiliki keungulan.
3. Manusia memiliki keunggulan di atas makhluq yang lain, utamanya dalam ilmu dan memiliki potensi berkembang.
4. Mengembangkan ilmu dan pendidikan lebih unggul di banding memperbanyak ibadah ritual belaka.
B. Derajat Manusia ditentukan oleh Iman dan Ilmu
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qs.58(al-Mujadilah):11
Ayat ini memberi bimbingan pada mu`min agar (1) memberikan keleluasaan pada sesamanya di suatu mejlis; (2) menghormati orang yang lebih berilmu, karena Allah SWT telah mengangkat derajt mereka di atas yang lain; (3) derejat seseorang ditentukan oleh kualitas iman dan ilmunya; (4) kesepakatan musyawarah dalam suatu majlis bukan ditentukan oleh suara terbanyak, tapi mesti melihat ilmu dan keahliannya; (5) semua amal manusia diketahui Allah, maka mesti merasa diawasi oleh-Nya.
C. Yang berilmu pasti ada bedanya
أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Qs.39(al-Zumar):9
Dengan nada bertanya ayat ini mengungkap perbedaan antara (1) orang musyrik dengan orang mu`min; (2) ahli ibadah dengan yang malas ibadah; (3) yang takut adzab yang yang tidak takut, (4) yang mengharap rahmat Allah dengan yang mengharap lainnya, (5) yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Kemudian ditegaskan bahwa hanya orang yang menggunakan akalny saja yang dapat mengambil pelajaran. Dengan demikian mencari ilmu itu merupakan kewajiban, dan sekaligus mesti dari yang memiliki keahlian.
C. Kemandirian Ulama
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun. Qs.35(Fathir):28
Diawali dengan mengungkap betapa aneka ragamnya ciptaaan Allah, baik manusia, hewan maupun makhluq lainnya, kemudian ditegaskan bahwa yang takut pada Allah adalah ulama. Dengan demikian ulama bukan hanya faham tentang ilmu syari’ah, tapi juga yang memehami ilmu kealaman, yang penting mereka tidak takut pada siapapun selain pada Allah. Ulama dalah yang benar-benar memiliki otoritas keilmuannya, dan menyampaikan fatwa atau pendapatnya tidak dipengaruhi oleh kepentingan apapun selain Allah SWT.
D. Ilmu yang mesti dipelajari
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ () الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Qs.3(ali Imran):190-191
Berdasar ayat ini mu`min yang ulul al-bab adalah benar-benar mengerti bahwa segala mahkluq serta pergantian siang dan malam merupakan ayat dan bukti kekuasaan Allah SWT. Mereka juga senantiasa dzikir pada Allah dan tafakkur atas ciptaan-Nya. Dengan dzikir dan tafakkur itu mereka merasakan serta dapat membuktikan bahwa segala ciptaan Allah itu bermanfaat dan tidak ada yang sia-sia. Bagaiman mungkin dapat membuktikan kemanfaatan sega mahkluq, kalau tidak memahami ilmu pemanfaatnnya. Dengan demikian ilmu yang mesti dipelajari itu yang berkaitan dengan ibadah pada Allah dzikir dalam arti yang seluas-luasnya, dan pemanfaatan alam semesta. Ayat yang mesti dikuasi mu`min adalah ayat qauliyah sebagai pedoman dalam syari’ah, dan ayat kauniyah sebagai cara hidup ilmiyah dalam pemanfaatan alam.
E. Cara mendapatkan Ilmu
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. Qs.21(al-Anbiya):7
Cara mendapatkan limu berdasar ayat ini antara lain (1) bertanya pada ahalinya, tentang apa yang belum diketahui; (2) siap ditanya dan menjawab sesuai dengan ilmu yang dimulikinya.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.Qs.17(al-Isra:36
Berdasar ayat ini antara lain (3) jangan merasa puas atas ilmu yang ada, (4) menghindari taqlid atau menerima pendapat orang tanpa mengetahui dasarnya; (5) menggunakan pendengaran, penglihatan serta akal fikiran untuk terus menerus mencari pengetahuan, (6) menyelidiki dalil dan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ () الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. Qs.39(al-Zumar):17-18
Ayat ini memberi isyarat bahwa dalam mencari lumu antara lain (7) menjauhi thaghut yaitu aturan hidup yang tidak berdasar wahyu maupun ilmu, (8) hanya mau menjadi hamba Allah, pantang diperbudak oleh siapapun, (9) selalu mengembalikan segala urusan pada hokum Allah, (10) senantiasa optimis untuk mendapatkan pengetahuan yang banyak, (11) memperhatikan dan menghormati pendapat orang banyak yang mungkin berbeda, (12) menyeleksi pendapat yang terbaik untuk diterima dan diikuti, (13) memohon petunjuk pada Allah agar senantiasa mendapat hidayah dari-Nya; (14) menggunakan akal fikiran dalam menganalisis berbagai persoalan.
F. Sumber belajar Ilmu
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ () وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Qs.62(Jumu’ah):2-3
Ayat ini menginformasikan bahwa Rasul diutus sebagai (1) pembaca atau tilawah ayat, (2) penyuci umat dari berbagai noda dan dosa, (3) pengajar atau mu’allim al-Kitab dan alhikmah sehingga umat sejamannya maupun yang sesudahnya terbedas dri kesesatan. Dengan demikian ilmu yang berkaitan syari’ah atau kajian al-Kitab dan al-hikmah mesti dari guru yang beriman, karena Rasul SAW mengajarkannya. Sedangkan mengkaji ayat alam semstan serta ilmu pemanfaatannya boleh dari siapapun, karena Rasul hanya membacakannya.
G. Cara memelihara Ilmu
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ () خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ () اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ () الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ () عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ()
Cara memelihara ilmu berdasar isyarat wahyu pertaman ini antara lain (1) اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ rajin membaca ulang atas nama Allah SWT, (2) عَلَّمَ بِالْقَلَمِ menuliskan hasil penelitian dan mempblikasikannya; (3) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ mengjarkan ilmu yang telah dimiliki kepada siapaun yang sedang belajar.