KESALIHAN SPIRITUAL DAN SOSIAL DALAM KELUARGA (kajian tafsir surat al-Ma’un)

KESHALIHAN SPIRITUAL DAN SOSIAL DALAM KELUARGA HARMONIS AGAMIS BERDASAR SURAT AL-MA’UN
Â
- Teks Ayat dan Terjemahnya
أَرَأَيْتَ الَّذÙÙŠ ÙŠÙÙƒÙŽØ°Ù‘ÙØ¨Ù Ø¨ÙØ§Ù„دّÙين٠() ÙَذَلÙÙƒÙŽ الَّذÙÙŠ ÙŠÙŽØ¯ÙØ¹Ù‘٠الْيَتÙيمَ () وَلَا ÙŠÙŽØÙضّ٠عَلَى Ø·ÙŽØ¹ÙŽØ§Ù…Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’ÙƒÙين٠() Ùَوَيْلٌ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØµÙŽÙ„Ù‘Ùينَ () الَّذÙينَ Ù‡Ùمْ عَنْ صَلَاتÙÙ‡Ùمْ سَاهÙونَ () الَّذÙينَ Ù‡Ùمْ ÙŠÙØ±ÙŽØ§Ø¡Ùونَ () وَيَمْنَعÙونَ الْمَاعÙونَ ()
Â
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. Qs.107:1-7
- Tinjauan Historis
Kumpulan ayat ini dinamakan surat al Ma’un yang berarti barang-barang yang berguna diambil dari perkataan terakhir pada ayat terakhir. Ayatnya berjumlah tujuh ayat, menurut sebagian ulama semuanya turun di Mekah sebelum Rasul Hijrah. Namun menurut Al-Shawi, surat al-Ma’un ini tidak semua diturunkan di Makkah, melainkan bagian terakhirnya diturunkan di Madinah. Bagian pertama turun berkaitan dengan sifat Al-‘Ash bin Wail (Makkah), dan bagian kedua turun berkaitan dengan Abdullah Bin Ubay (Madinah). Tidak diterangkan mulai ayat yang mana yang diturunkan di Madinah itu.[1] Bersanadkan Ibnu Abbas, surat al-Ma’un ini turun berkaitan dengan sifat orang munafiq yang hanya mau shalat -tatkala berada di lingkungan kaum muslimin. Jika tidak berada di lingkungan muslim, mereka tinggalkan shalatnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala  menurunkan surat al-ÂMa’un ini bertalian dengan sifat buruk mereka supaya jangan sampai menular kepada kaum muslimin,.[2]. Menurut Ibnul-Mundir, Ùَوَيْلٌ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØµÙŽÙ„Ù‘Ùينَ yang turun berkaitan dengan orang munafiq itu adalah ayat ke 4 hingga akhir, maka termasuk madaniyah. Yang termasuk ayat Makiyah adalah sejak ayat 1 hingga ayat 3. Essensi surat al-Ma’un ini berisi teguran terhadap orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak memaniÂpestasikan pengakuannya pada sikap dan perbuatan. Orang yang demikian itulah yang tergolong kepada pendusta agama.
- Kaitan dengan surat Quraisy
- Surat Quraisy memuji kaum quraisy yang senantiasa aktif bepergian ke berbagai kawasan, baik di muslim fingin maupun di musim panas. Namun saying mereka menyembah ka’bah bukan beribadah kepada pemilik baitullah. Oleh karena itu diserukan pada mereka agar beribadah hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai pemilik baitullah. Surat al-Ma’un mengeritik orang yang merasa sudah beragama, padahal kurang peduli pada sesame. Oleh karena itu surat ini menegaskan, bahwa orang yang tidak peduli pada sesame seperti pada anak yatim dan miskin, masih masuk pada kategori mendustai agama.
- Surat Quraisy menyerukan agar senantiasa beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Surat al-Ma’un mengeritik orang yang rajin ibadah seperti shalat tapi masih lalai dan ria. Oleh karena itu ibadah yang benar, bukan hanya banyak dan rajin, tapi juga mesti bebas dari ria dan disipilin dalam memanifestasikannya dalam sega aspek kehidupan.
- Surat Quraisy mengingatkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menganugerahkan ketahanan ekonomi hingga bebas dari kelaparan, serta keamanan negeri hingga bebas dari rasa takut dan terancam. Surat al-Ma’un mengingatkan bahwa dengan ketahanan ekonomi, hendaklah memberikan bantuan pada sesame, jangan sampai membiarkan mereka terlantar.
- Tafsir Sekilas
- أَرَأَيْتَ الَّذÙÙŠ ÙŠÙÙƒÙŽØ°Ù‘ÙØ¨Ù Ø¨ÙØ§Ù„دّÙينÙTahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Huruf hamzah (أ ) pada ayat ini berfungsi sebagai istifham  atau kata tanya. Pertanyaan semacam ini berfungsi dorongan agar para pembaca dapat berfikir dan tertarik untuk mengetahui jawabannya. Kalimat tanya semacam ini, juga memberikan isyarat betapa pentingnya hal yang akan diterangkan, dan betapa tersembunyinya sifat subjek yang dipertanyakan.
Perkataan رأَيْتَ    berasal dari رأى – يرى yang berarti melihat. Perkataan melihat mencakup atas penglihatan mata kepala dan penglihatan mata hati. Menurut Abu al-Su’ud, kalimat tanya أرَأيْتَ ini mengandung arti kecaman terhadap orang yang akan disebutkan sifatnya atau ta’ajub yang menganggap aneh terhadap orang yang memiliki sifat yang akan disebutkan berikutnya.[3] Al-Suyuthi mengartikan أَرَأيْتَ pada ayat ini dengan هَلْ عَرَÙْتَ (tahukah anda?).[4]
Istilah ÙŠÙكَذÙّب٠mendustakan bisa bermakna menolak atau mengkufuri akan kebenarannya secara langsung bisa juga secara tidak langsung. Mendustakan secara langsung adalah menolak kebenarannya dengan kufur secara terang-terangan dan tidak mengakui Islam. Sedangkan mendustakan secara tidak langsung seperti orang yang menyatakan muslim, tapi kelakukannya tidak berdasar Islam. Ibn Abbas sebagaimana dikutip al-Syawkani, mengartikan ÙŠÙكَذÙّب٠بالدÙّيْن pada ayat ini dengan ÙŠÙكَذÙÙ‘Ø¨Ù Ø¨ÙØÙكْم٠الله (mendustakan hukum Allah).[5] Menurut mufassir, kalimah الدÙّيْن pada ayat ini mempunyai dua makna; bermaknaالْجَزَاء  yang berarti hari pembalasan, dan bermakna دÙيْن الإسْلام yang berarti agama Islam. Ibnu Katsir mengartikanالدين pada ayat ini dengan الْمَعَاد والجَزَاء والثَّوَاب yang berarti tempat kembali, pembalasan dan ganjaran.[6] Al-Kurdy mengartikannya dengan الْجَزَاء والØÙسَاب hari pembalasan dan perhitungan.[7] Menurut al-Alusi, ketika ayat ini turun, yang diajak bicara adalah Nabi Muhammad Shalla Allah alaihi wa Sallam. Namun ma’nanya ditujukan kepada siapa pun yang ingin mengetahuinya. [8] Dengan demikian artinya adalah Tahukah anda hai Muhammad siapa yang mendustakan agama atau hari pembalasan? Jika anda tidak tahu, perhatikanlah ayat berikutnya:
- ÙَذَلÙÙƒÙŽ الَّذÙÙŠ ÙŠÙŽØ¯ÙØ¹Ù‘٠الْيَتÙيمَItulah orang yang menghardik anak yatim,
Menurut al-Nasafi, ayat ini seakan menandaskan وَإنْ لَمْ تَعْرÙÙ (jika anda tidak mengetahui) siapa yang mendustakan agama, itulah orang yang menghardik anak yatim.[9] Al-Jayani (w.815H) mengartikan يدع اليتيم dengan ÙŠØ¯ÙØ¹Ù‡ عن ØÙ‚Ù‡ (tidak memenuhi haknya).[10] Sedangkan yang dimaksud اليتيم ialah مَنْ Ùَقَدَ أبÙوه صَغÙيْرا orang yang belum dewasa dan ditinggal wafat oleh ayahnya. Orang yang ditinggal wafat oleh ayahnya disebut yatim. Namun kalau hewan yatim itu adalah yang ditinggal mati oleh induk kandungnya.[11] Ibn Bari berpandangan bahwa orang yang ditinggal wafat oleh ayahnya disebut اليَتÙيْم , yang dtinggal wafat oleh ibunya disebut العَجÙيّ , dan yang ditinggal wafat oleh keduanya disebut اللَّطÙيْم [12]  . Ayat ini mengecam keras orang yang tidak memenuhi hak anak yatim, bahkan divonis sebagai yang mendustakan hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Adapun hak anak yatim yang mesti dipenuhi berdasar beberapa ayat al-Qur`an dapat dilihat pada tabel berikut:
NASH QUR’ANI | TARJAMAHNYA | KEWAJIBAN KAFIL |
وَيَسْأَلÙونَكَ عَن٠الْيَتَامَى Ù‚Ùلْ Ø¥ÙØµÙ’لَاØÙŒ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ خَيْرٌ ÙˆÙŽØ¥Ùنْ ØªÙØ®ÙŽØ§Ù„ÙØ·ÙوهÙمْ ÙÙŽØ¥ÙØ®Ù’وَانÙÙƒÙمْ وَاللَّه٠يَعْلَم٠الْمÙÙÙ’Ø³ÙØ¯ÙŽ Ù…ÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØµÙ’Ù„ÙØÙ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙˆÙ’ شَاءَ اللَّه٠لَأَعْنَتَكÙمْ Ø¥Ùنَّ اللَّهَ عَزÙيزٌ ØÙŽÙƒÙيمٌ | Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Qs.2:220 | 1.mengurus secara baik, (2)menganggap saudara, (3)jangan merusak hak-haknya |
وَلَا تَقْرَبÙوا مَالَ الْيَتÙيم٠إÙلَّا Ø¨ÙØ§Ù„َّتÙÙŠ Ù‡ÙÙŠÙŽ Ø£ÙŽØÙ’سَن٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙŽØ¨Ù’Ù„ÙØºÙŽ Ø£ÙŽØ´ÙØ¯Ù‘ÙŽÙ‡Ù | Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa.  (Qs.6:152) | Jangan memakan harta yatim kecuali dengan cara baik (bandingkan: Qs.17:34) |
كَلَّا بَل لَا تÙكْرÙÙ…Ùونَ الْيَتÙيمَ | Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, (89:17) | Memuliakan yatim dengan memenuhi haknya |
Ùَأَمَّا الْيَتÙيمَ Ùَلَا تَقْهَرْ | Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. (Qs.93:9) | Tidak sewenang-wenang tidak menghardik |
ÙˆÙŽÙŠÙØ·Ù’عÙÙ…Ùونَ الطَّعَامَ عَلَى ØÙبّÙÙ‡Ù Ù…ÙØ³Ù’ÙƒÙينًا وَيَتÙيمًا وَأَسÙيرًا | Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (Qs.76:8) | Memenuhi kebutuhan fisik minimum (bandingkan:90:15) |
وَءَاتÙوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهÙمْ وَلَا تَتَبَدَّلÙوا الْخَبÙيثَ Ø¨ÙØ§Ù„Ø·Ù‘ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¨Ù وَلَا تَأْكÙÙ„Ùوا أَمْوَالَهÙمْ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ أَمْوَالÙÙƒÙمْ Ø¥Ùنَّه٠كَانَ ØÙوبًا كَبÙيرًا
Qs.4:2 |
berikanlah kepada anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. | Jujur, menyerahkan harta milik anak yatim yang dewasa, tidak mencampur adukan harta yatim dengan milik sendiri |
وَابْتَلÙوا الْيَتَامَى ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ بَلَغÙوا النّÙكَاØÙŽ ÙÙŽØ¥Ùنْ ءَانَسْتÙمْ Ù…ÙنْهÙمْ Ø±ÙØ´Ù’دًا ÙَادْÙَعÙوا Ø¥ÙلَيْهÙمْ أَمْوَالَهÙمْ وَلَا تَأْكÙÙ„Ùوهَا Ø¥ÙØ³Ù’رَاÙًا ÙˆÙŽØ¨ÙØ¯ÙŽØ§Ø±Ù‹Ø§ أَنْ يَكْبَرÙوا
Qs.4:6 |
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. | Membina yatim memiliki kedewasaan berfikir dan bertindak serta mengelola harta |
Mengasuh anak yatim secara baik, bukan hanya mendapat nilai membenarkan agama, tapi juga bakal meraih kedudukan tinggi di surga. Perhatikan hadits berikut.
Dari Sahl bin Sa’d,[13] diriwayatkan bahwa Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda: “Aku bersama pengasuh anak yatim di surga seperti ini†sambil berisyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya. Hr. al-Bukhari (194-256H),[14]
Berdasar hadits ini, orang yang mengasuh anak yatim secara baik, bakal berada di surga berasama Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam .
Namun demikian memelihara anak yatim mesti waspada, jangan sampai hartanya rusak akibat salah mengelolanya. Jika diperkirakan tidak mampu, lebih baik tidak menjadi pengasuh anak yatim. Berbuat baik terhadap anak yatim bisa dilakukan dengan cara yang lain.
Dari Abi Dzar, [15] diriwayatkan bahwa Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam memberi nasihat kepadanya: Wahai Abu Dzar, saya memandangmu mempunyai kelemahan. Saya mencintaimu seperti mencintai diriku sendiri. Janganlah kamu mengurusi dua hal, jangan pula mengurus harta anak yatim. Hr. Muslim,[16]
Dalam hadits ini terungkap nasihat Rasul terhadap Abu Dzar agar jangan mengurus dua hal yang cukup berat yaitu urusan kemasalahatan dunia seperti pemerintahan dan urusan akhirat, seperti keagmaan sekaligus, karena terdapat kelemahan.[17] Dengan demikian pesan Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  itu menunjukkan saking sayangnya kepada Abu Dzar. Dalam hadits ini juga tersirat anjuran agar setiap muslim berhati-hati untuk memikul tanggung jawab. Jika dirasakan kurang mampu, jangan terlalu berani mengambil resiko yang berakibat merugikan yang lain. Mengasuh anak yatim merupakan tanggung jawab yang berat, bila tidak mampu lakukanlah dengan cara yang lain yang lebih aman dan membawa kemaslahatan bersama.
- وَلَا ÙŠÙŽØÙضّ٠عَلَى Ø·ÙŽØ¹ÙŽØ§Ù…Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ³Ù’ÙƒÙينÙdan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Sifat yang mendustakan hukum Allah SWT yang berkutnya adalah tidak terlibat dalam menyantuni orang miskin. Menurut Muhammad Abduh sebagian ulama menganggap sama, antara faqir dengan miskin itu. [18] Rasul SAW bersabda:
لَيْسَ Ø§Ù„Ù…ÙØ³Ù’ÙƒÙيْن٠بÙهَذَا الطَّوَاÙ٠الَّذÙيْ ÙŠÙŽØ·ÙوْÙ٠عَلَى النَّاس٠Ùَتَرَدَه٠اللّÙقْمَة٠وَاللّÙÙ‚Ù’Ù…ÙŽØªÙØ§Ù†Ù وَالتَّمرَة٠وَالتَّمْرَتَانÙ
Bukanlah orang miskin, orang yang berkeliling mendatangi manusia yang mengharapkan sesuap atau dua suap makanan, sebutir atau dua butir buah-buahan (minta-minta). Para sahabat bertanya: Kalau begitu apa yang disebut orang miskin itu ya Rasulullah ? Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam bersabda:
الَّذÙيْ لاَ ÙŠÙŽØ¬ÙØ¯Ù غÙÙ†ÙŽÙ‰ ÙŠÙØºÙ’Ù†Ùيْه٠وَلاَ ÙŠÙØ·Ù† Ù„ÙŽÙ‡Ù Ùَيَتَصَدَّقَ عَلَيْه٠وَلاَ يَسْئأَل٠النَّاسَ شَيْئًا
“Orang yang tidak memperoleh kemampuan untuk mencukupinya dan tidak mempunyai keahlian (berusaha) dan tidak pernah minta-minta kepada manusia sedikit pun, maka berikanlah kepada mereka sidqah” Hr.Bukhari dan Muslim.[19]
Orang yang termasuk miskin sebagaimana tersirat dalam hadits itulah yang mesti disantuni oleh yang memiliki kemampuan. Jika tidak memiliki kemampuan harta, maka minimal memberikan fasilitas lain untuk terlaksananya pengentasan kemiskinan.
- Ùَوَيْلٌ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØµÙŽÙ„Ù‘Ùينَ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
Perkataan ويل pada Ùَوَيْلٌ menurut Ibn Abbas mempunyai dua ma’na yaitu (2)شدَّة العَذَاب  (siksaan yang amat sangat), dan (2) وَاد٠ÙÙÙŠ جَهَنَّم (satu lembah siksaan di neraka jahannam).[20] Muhammad Ali al-Syaukani (w.1250H) mengutip berbagai pandangan ahli bahasa menerangkan bahwa ويل berasal dari ÙˆÙŽÙŠ yang berarti betapa menyedihkan atau menyakitkan. Perkataan lain yang mengandung unsur ejekan, celaan, mupuas (bahasa sunda) antara lain ÙˆÙŠØ â€“ ويس – ويك – ويب (celakalah, mampuslah, hancurlah).[21] Perkataan المصلين merupakan bentuk jama dari المصلي (orang yang shalat). Seperti apakah orang yang shalat tapi masih mengalami kerugian itu? Mereka adalah yang dikemukakan pada ayat selanjutnya:
- الَّذÙينَ Ù‡Ùمْ عَنْ صَلَاتÙÙ‡Ùمْ سَاهÙونَ(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
Perkataan سَاهون menurut bahasa berasal dari – سها- يسْهÙÙˆ – سَهْوًا = سÙÙ‡Ùوًّا – سَاه٠= سَهْوَان  berarti الغَÙْلة Ùˆ النسيان lalai dan lupa.[22]
Orang سَاهون dalam shalat mengandung beberapa arti antara lain (1) melalaikan waktunya sehingga shalatnya tidak tepat waktu, menunggunya hingga habis, (2) lengah dari apa yang dilakukannya, sehingga tidak menghayati apa yang dilakukan dan diucapkannya dalam shalat, (3) lalai dari syarat, rukun dan apa yang diwajibkan dalam shalat, sehungga tidak sempurna ruku, sujud atau yang lainnya, (4) tidak konsentrasi dalam shalatnya sehingga jauh dari khusyu, (5) melakukan shalat tidak seperti apa yang dicontohkan Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam ., (6) melakukan shalat tidak serius, asal-asalan, tidak sungguh-sungguh, (7) shalatnya tidak dimanfestasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga apa yang diikrarkan dalam shalat tidak dilaksanakan di luar shalat. [23] Ketujuh kelompok tersebut akan mengalami kerugian, karena termasuk lalai dari shalatnya.
Dikaitkan dengan ayat lain yang menjamin kebahagiaan bagi mu`min yang shalatnya khusyu seperti awal surat al-Mu`minun,
قَدْ Ø£ÙŽÙْلَØÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†Ùونَ الَّذÙينَ Ù‡Ùمْ ÙÙÙŠ صَلَاتÙÙ‡Ùمْ Ø®ÙŽØ§Ø´ÙØ¹Ùونَ (Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya,Qs.23, al-Mu`minun:1-2), maka ayat
Ùَوَيْلٌ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØµÙŽÙ„Ù‘Ùينَ الَّذÙينَ Ù‡Ùمْ عَنْ صَلَاتÙÙ‡Ùمْ سَاهÙونَ
(Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,) ini merupakan ancaman bagi yang lalai.
Oleh karena dapat difahami bahwa سَاهÙونَ adalah yang tidak khusyu. Adapun orang yang khusyu dalam shalatnya adalah yang melaksanakan ritualnya sesuai dengan tuntunan syari’ah, dan manifestasinya dalam segala aspek kehidupan. Inilah salah satu alasan ada ulama yang berpendapat bahwa سَاهون itu yang melalaikan waktu, tidak menghayati isi, dan tidak menerapkan ma’nanya dalam aspek kehidupan.
- الَّذÙينَ Ù‡Ùمْ ÙŠÙØ±ÙŽØ§Ø¡Ùونَ orang-orang yang berbuat riya.
Menurut Ibn Abbas (3sH-68H), sebagaimana dikutip al-Suyuthi (849-911H), نزلت ÙÙŠ المناÙقين كانوا يراؤون المؤمنين بصلاتهم إذا ØØ¶Ø±ÙˆØ§ ويتركونها إذا غابوا ayat ini secara historis turun berkaitan dengan orang munafiq yang suka riya dalam shalatnya. Mereka melakukan shalat tatkala dilihat mu`min, tapi tidak dilihatnya mereka meninggalkannya. [24] Ditinjau dari sudut bahasa, perkataan ÙŠÙØ±ÙŽØ§Ø¡Ùون ingin dilihat asal usulnya sama dengan رَأى melihat. Jadi menurut bahasa riya itu berarti ingin dilihat orang, baik dalam sikap maupun amalnya. Menurut Al-Jurjani,
الرياء  ترك الإخلاص ÙÙŠ العمل Ø¨Ù…Ù„Ø§ØØ¸Ø© غير الله Ùيه
ria ialah tidak ikhlash dalam beramal, karena dilatarbelakangi selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala  di dalamnya. [25] Al-Munawi, mengatakan
Ø§Ù„Ø±ÙŠØ§Ø¡Â Â Ø§Ù„ÙØ¹Ù„ المقصود به رؤية الخلق غÙلة عن الخالق  riya ialah berbuat sesuatu untuk dilihat oleh makhluq dan melupakan kepentingan keridoan khaliq. [26]
Berdasar definisi ini, jelaslah bahwa riya itu sangat tersembunyi dalam hati. Menurut al-Ghazali, riya ialah ibadah kepada Allah SWT tapi bertujuan untuk mendapatkan tempat terpuji di hati manusia. Penerapannya bisa dengan tubuh, ucapan, sikap maupun tindakan.[27] Riya dengan anggota tubuh seperti sengaja membuat tanda hitam di dahi agar dianggap rajin sujud, membikin mata sayu agar dianggap rajin tahajud, tidak mau berhias agar dapat kesan sebagai orang sederhana. Riya dalam ucapan seperti melisankan dzikir di depan orang banyak supaya dianggap ahli dzikir dan doa. Riya dengan sikap seperti merunduk, merendah supaya terkesan tawadlu di hadapan manusia. Riya dalam tidakan seperti orang yang menghamburkan harta supaya terkesan dermawan (biar tekor asal kesohor). Bahkan, masih menurut al-Ghazali orang yang sengaja menggunakan seragam tertentu supaya dikenal masyarakat sebagai orang sufi, termasuk riya. Wahbah al-Zuhayli mengungkap beberapa contoh yang termasuk riya, tapi tidak diketahui manusia antara lain: (1) bersikap ramah dalam sikap supaya mendapat kedudukan atau pujian manusia, (menjilat dan mencari muka). (2) berpakaian lusuh atau compang camping supaya dianggap zuhud. (3) menyampaikan kata-kata yang menggambarkan kebencian pada dunia, mengungkapkan penyesalan pada orang lain tatkala tidak bisa berbuat baik dan tidak sempat ibadah. (4)memperbaiki shalat dan zakat tatkala dilihat orang lain.[28]
Dari Abi Hurairah diriwayatkan bahwa Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda:
Ø¥Ùنَّ أَوَّلَ النَّاس٠يÙقْضَى يَوْمَ الْقÙيَامَة٠عَلَيْه٠رَجÙÙ„ÙŒ Ø§Ø³Ù’ØªÙØ´Ù’Ù‡ÙØ¯ÙŽ ÙÙŽØ£ÙØªÙÙŠÙŽ بÙÙ‡Ù ÙَعَرَّÙÙŽÙ‡Ù Ù†ÙØ¹ÙŽÙ…ÙŽÙ‡Ù ÙَعَرَÙَهَا قَالَ Ùَمَا عَمÙلْتَ ÙÙيهَا قَالَ قَاتَلْت٠ÙÙيكَ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ø§Ø³Ù’ØªÙØ´Ù’Ù‡ÙØ¯Ù’ت٠قَالَ كَذَبْتَ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنَّكَ قَاتَلْتَ Ù„ÙØ£ÙŽÙ†Ù’ ÙŠÙقَالَ جَرÙيءٌ Ùَقَدْ Ù‚Ùيلَ Ø«Ùمَّ Ø£ÙÙ…ÙØ±ÙŽ Ø¨ÙÙ‡Ù ÙÙŽØ³ÙØÙØ¨ÙŽ Ø¹ÙŽÙ„ÙŽÙ‰ وَجْهÙÙ‡Ù ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ø£ÙلْقÙÙŠÙŽ ÙÙÙŠ النَّار٠وَرَجÙÙ„ÙŒ تَعَلَّمَ الْعÙلْمَ وَعَلَّمَه٠وَقَرَأَ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’آنَ ÙÙŽØ£ÙØªÙÙŠÙŽ بÙÙ‡Ù ÙَعَرَّÙÙŽÙ‡Ù Ù†ÙØ¹ÙŽÙ…ÙŽÙ‡Ù ÙَعَرَÙَهَا قَالَ Ùَمَا عَمÙلْتَ ÙÙيهَا قَالَ تَعَلَّمْت٠الْعÙلْمَ وَعَلَّمْتÙه٠وَقَرَأْت٠ÙÙيكَ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’آنَ قَالَ كَذَبْتَ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعÙلْمَ Ù„ÙÙŠÙقَالَ عَالÙÙ…ÙŒ وَقَرَأْتَ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù’آنَ Ù„ÙÙŠÙقَالَ Ù‡ÙÙˆÙŽ Ù‚ÙŽØ§Ø±ÙØ¦ÙŒ Ùَقَدْ Ù‚Ùيلَ Ø«Ùمَّ Ø£ÙÙ…ÙØ±ÙŽ Ø¨ÙÙ‡Ù ÙÙŽØ³ÙØÙØ¨ÙŽ Ø¹ÙŽÙ„ÙŽÙ‰ وَجْهÙÙ‡Ù ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ø£ÙلْقÙÙŠÙŽ ÙÙÙŠ النَّار٠وَرَجÙÙ„ÙŒ وَسَّعَ اللَّه٠عَلَيْه٠وَأَعْطَاه٠مÙنْ أَصْنَاÙ٠الْمَال٠كÙلّÙÙ‡Ù ÙÙŽØ£ÙØªÙÙŠÙŽ بÙÙ‡Ù ÙَعَرَّÙÙŽÙ‡Ù Ù†ÙØ¹ÙŽÙ…ÙŽÙ‡Ù ÙَعَرَÙَهَا قَالَ Ùَمَا عَمÙلْتَ ÙÙيهَا قَالَ مَا تَرَكْت٠مÙنْ سَبÙÙŠÙ„Ù ØªÙØÙØ¨Ù‘٠أَنْ ÙŠÙنْÙÙŽÙ‚ÙŽ ÙÙيهَا Ø¥Ùلَّا أَنْÙَقْت٠ÙÙيهَا Ù„ÙŽÙƒÙŽ قَالَ كَذَبْتَ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنَّكَ Ùَعَلْتَ Ù„ÙÙŠÙقَالَ Ù‡ÙÙˆÙŽ جَوَادٌ Ùَقَدْ Ù‚Ùيلَ Ø«Ùمَّ Ø£ÙÙ…ÙØ±ÙŽ Ø¨ÙÙ‡Ù ÙÙŽØ³ÙØÙØ¨ÙŽ Ø¹ÙŽÙ„ÙŽÙ‰ وَجْهÙÙ‡Ù Ø«Ùمَّ Ø£ÙلْقÙÙŠÙŽ ÙÙÙŠ النَّارÙ
Sesungguhnya yang pertama diadili pada hari kiamat adalah: (1) Yang mati dalam peperangan, lalu ia dihadapkan kepada Allah dan dikenalkan ni’mat-ni’mat-Nya sehingga mengakuinya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala  berfirman: Apa yang kamu amalkan melalui ni’mat tersebut? Ia menjawab: aku telah korbankan diriku heingga gugur di jalan-Mu sebagai mati syahid! Allah berfirman: Kamu berdusta, nyatanya kamu berperang hanya untuk dijuluki pemberani, dan telah kamu dapatkan julukan tersebut! Akhirnya Allah memerintah agar orang tersebut diseret dengan muka di bawah dan dilemparkan ke neraka. (2) seseorang yang mempelajari ilmu, mengajarkannya dan gemar membaca al-Qur`an. Kemudian ia dihadapkan kepada Allah, dikenalkan berbagai ni’mat-Nya hingga mengakuinya. Allah berfirman: apa yang telah kamu perbuat dengan ni’mat-ni’mat itu? Ia menjawab: Aku telah gunakan untuk menuntut ilmu, mengajarkannya dan banyak membaca al-Qur`an demi rido-Mu! Allah berfirman: Kamu berdusta. Kamu mempelajari ilmu, mengajar supaya disebut alim ulama. Kamu membaca a-Qur`an supaya disebut Qari. Bukankah itu semua sudah kamu dapatkan? Kemudian Allah memerintah agar orang tersebut diseret dengan muka di bawah dan dimasukkan ke neraka. (3) orang yang mendapat keleluasaan harta dan mendermakannya dengan harta yang banyak. Diperkenalkan padanya berebagai ni’mat Allah, kemudian mengakuinya. Allah berfirman: apa yang kamu lakukan dalam keni’amatan tersebut? Orang tersebut menjawab: Aku tidak pernah membiarkan jalan yang Engkau ridoi, kecuali aku dermakan harta demi keridoan-Mu! Allah berfirman: Kamu berdusta. Sebenarnya kamu mendermakan harta hanya karena ingin disebut dermawan. Semua itu telah kamu terima. Kemudian Allah memerintah agar orang tersebut diseret dengan muka di bawah dan dimasukkan ke neraka. Hr. Muslim (206-261H), al-Tirmidzi (209-279H), al-Nasa`iy (215-303H).[29]
Hadits ini mengisyaratkan betapa malang dan rugi orang beramal ibadah dengan ria, karena hanya meraih manfaat di dunia. Allah SWT memenuhi apa yang diinginkan manusia. Bila manusia berbuat hanya untuk kepentingan dunia, maka manfaatnya pun untuk dunia. Allah SWT berfirman:
مَنْ كَانَ ÙŠÙØ±Ùيد٠الْعَاجÙلَةَ عَجَّلْنَا Ù„ÙŽÙ‡Ù ÙÙيهَا مَا نَشَاء٠لÙمَنْ Ù†ÙØ±Ùيد٠ثÙمَّ جَعَلْنَا لَه٠جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمÙومًا مَدْØÙورًا*وَمَنْ أَرَادَ Ø§Ù„Ù’Ø¢Ø®ÙØ±ÙŽØ©ÙŽ ÙˆÙŽØ³ÙŽØ¹ÙŽÙ‰ لَهَا سَعْيَهَا ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ Ù…ÙØ¤Ù’Ù…ÙÙ†ÙŒ ÙÙŽØ£ÙولَئÙÙƒÙŽ كَانَ سَعْيÙÙ‡Ùمْ مَشْكÙورًا
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. Qs.17(al-Isra):18. Diriwayatkan dari Ibn Abbas, Rasul SAW bersabda:
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّه٠بÙه٠وَمَنْ ÙŠÙØ±ÙŽØ§Ø¦ÙÙŠ ÙŠÙØ±ÙŽØ§Ø¦ÙÙŠ اللَّه٠بÙÙ‡Ù
Barang siapa yang sum’ah (pamer ingin didengar), Allah akan memperdengarkannya. Barangsiapa yang riya (pamer ingin dilihat), maka Allah akan memamerkannya. Hr. al-Bukhari (194-256H), Muslim (206-261H).[30]
Orang yang beramal secara ria, di akhirat tidak akan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala , karena ditinggalkan oleh-Nya.
عَنْ أَبÙÙŠ Ù‡ÙØ±ÙŽÙŠÙ’رَةَ قَالَ قَالَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ اللَّه٠تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙØ±ÙŽÙƒÙŽØ§Ø¡Ù عَنْ Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙØ±Ù’ك٠مَنْ عَمÙÙ„ÙŽ عَمَلًا أَشْرَكَ ÙÙيه٠مَعÙÙŠ غَيْرÙÙŠ تَرَكْتÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ´ÙØ±Ù’ÙƒÙŽÙ‡Ù
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasul SAW bersabda: Allah Subhanahu Wa Ta’ala  berfirman: Aku adalah yang paling kaya daripada persekutuan tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang beramal bertujuan ganda antara Aku dan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya. Hr. Muslim(206-261H), Ibn Majah (207-275H).[31]
Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  berseru agar umatnya berlindung dari siksa jahannam yang dipenuhi oleh orang ria. Perhatikan hadits berikut:
عَنْ أَبÙÙŠ Ù‡ÙØ±ÙŽÙŠÙ’رَةَ قَالَ قَالَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ تَعَوَّذÙوا Ø¨ÙØ§Ù„لَّه٠مÙنْ Ø¬ÙØ¨Ù‘٠الْØÙŽØ²ÙŽÙ†Ù قَالÙوا يَا رَسÙولَ اللَّه٠وَمَا Ø¬ÙØ¨Ù‘٠الْØÙŽØ²ÙŽÙ†Ù قَالَ وَاد٠ÙÙÙŠ جَهَنَّمَ تَتَعَوَّذ٠مÙنْه٠جَهَنَّم٠كÙلَّ ÙŠÙŽÙˆÙ’Ù…Ù Ù…ÙØ§Ø¦ÙŽØ©ÙŽ Ù…ÙŽØ±Ù‘ÙŽØ©Ù Ù‚Ùلْنَا يَا رَسÙولَ اللَّه٠وَمَنْ يَدْخÙÙ„Ùه٠قَالَ Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ±Ù‘ÙŽØ§Ø¡Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ±ÙŽØ§Ø¡Ùونَ Ø¨ÙØ£ÙŽØ¹Ù’مَالÙÙ‡Ùمْ
Dari Abi Hurairah, diriwayatkan Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda: berlindunglah kamu dari Jubb al-Hazani[32]! Shahabat bertanya: Apa yang dimaksud Jub al-Hazan? Rasul bersabda: Suatu tempat yang sangat mengerikan di neraka Jahannam. Jahannam sendiri berlindung setiap hari darinya sebanyak seratus kali. Kami (shahabat) bertanya siapa yang masuk ke tempat tersebut? Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda: para qari (pembaca al-Qur`an) yang memamerkan bacaannya supaya dipuji orang dengan amalnya. Hr. al-Tirmidzi.[33]
Menghindari riya bukan berarti mesti bersembunyi, dan tidak mau diketahui orang. Jika beramal sambil tidak memerkannya, kemudian diketahui orang lain, tidak perlu merasa bersalah. Perhatikan hadits berikut:
عَنْ أَبÙÙŠ Ù‡ÙØ±ÙŽÙŠÙ’رَةَ قَالَ قَالَ رَجÙÙ„ÙŒ يَا رَسÙولَ اللَّه٠الرَّجÙل٠يَعْمَل٠الْعَمَلَ ÙÙŽÙŠÙØ³ÙرّÙÙ‡Ù ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ اطّÙÙ„ÙØ¹ÙŽ Ø¹ÙŽÙ„ÙŽÙŠÙ’Ù‡Ù Ø£ÙŽØ¹Ù’Ø¬ÙŽØ¨ÙŽÙ‡Ù Ø°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ قَالَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ù„ÙŽÙ‡Ù Ø£ÙŽØ¬Ù’Ø±ÙŽØ§Ù†Ù Ø£ÙŽØ¬Ù’Ø±Ù Ø§Ù„Ø³Ù‘ÙØ±Ù‘٠وَأَجْر٠الْعَلَانÙÙŠÙŽØ©Ù
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, seorang laki-laki bertanya: Wahai Rasul ! bagaimana seseorang yang beramal secara rahasia, tapi kemudian diketahui orang lain. Orang yang mengetahuinya itu merasa kagum atas amal yang diperbuatnya? Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda: bagi orang yang beramal itu dapat dua pahala; dari merahasiakannya dan pahala menmpakkannya. Hr. Ibn Majah (207-275H), Al-Tirmidzi (209-279H), Ibn Hibban (270-356H),[34]
- وَيَمْنَعÙونَ الْمَاعÙونَ dan enggan (menolong dengan) barang berguna
Perkataan الْمَاعÙون pada ayat ini menurut Ali bin Abi Thalib adalah Zakat, menurut Ibn Abbas adalah pinjaman, menurut Ibn Umar adalah shadaqah.[35] Orang yang tidak mau memberi pinjaman, atau menahan zakat atau tidak mau bersedekah termasuk kategori menahan yang berguna. Ibn al-Qayim al-Jauziyah (691-751H), berpendapat
ÙØ§Ù„رياء ضد الاخلاص ومنع الماعون ضد Ø§Ù„Ø§ØØ³Ø§Ù† (riya merupakan lawan kata dari ikhlash, dan mencegah al-ma’un merupakan lawan kata ihsan/ berbuat baik).[36]
Dengan demikian ayat 6 mencela orang yang tidak benar menjalin hubungan dengan Allah, dan ayat yang ketujuh melambangkan keburukan orang yang tidak baik menjlin hubungan dengan sesama manusia. Al-Syafi’iy (150-204H),[37] berpendapat orang yang mendustakan agama berdasar akhir surat ini adalah yang tidak benar shalatnya sebagaimana digambarkan pada ayat 6 dan yang tidak benar zakatnya seperti pada ayat terakhir.
Sifat yang terakhir dikecam oleh surat al-Ma’un ini pada dasarnya adalah pelit. Orang tidak mau menolong sesame, pada dasarnya Karen dilanda penyakit pelit. Pelit dalam bentuk apapun merupakan penyakit berbahaya. Pelit harta membawa akibat rakus yang membahayan diri pelakunya maupun orang lain. Orang pelit biasanya mengalami stres berkepanjangan, karena dilanda rasa takut miliknya diambil orang. Orang pelit biasanya kedatangan tamu saja sudah curiga minta sumbangan. Sipelit juga bila berniaga akan membeli dengan harga yang semurah-murahnya dan bila menjual menarif setinggi-tingginya. Mereka menyangka bahwa dengan prinsip ekonomi membeli sangat murah dan menjual sangat mahal akan mendatangkan keuntungan yang banyak. Boleh jadi keuntungan itu akan diraih dengan cara yang demikian, tapi tidak akan langgeng. Pedagang yang demikian akan ditinggalkan pembeli, yang lama kelamaan akan bangkrut juga karena kehilangan pelanggan. Hasil penelitian membuktikan bahwa pelit harta itu berbahaya bagi kesehatan. Studi terbaru menemukan sifat kikir ternyata mempengaruhi kadar stres. Hal tersebut terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh tim dari Queensland University of Technology (QUT) di Brisbane, Australia. Para responden dalam penelitian ini diukur respon fisiologisnya saat mereka menjalankan simulasi tawar-menawar finansial. Mereka yang membuat penawaran relatif rendah mengalami lebih banyak stres dibandingkan yang membuat penawaran tinggi. Hasil penelitian ini sudah diterbitkan di jurnal PLOS ONE. Peneliti mengukur detak jatung selama pertukaran itu. Pemain yang membuat penawaran rendah, juga yang menerima tawaran akhir rendah, didefinisikan studi itu 40 persen dari total jumlah atau kurang, mengalami peningkatan detak jantung. Peningkatan detak jantung ini mirip dengan kondisi seseorang yang stres. Menurut para peneliti, eksperimen ekonomi yang mengukur detak jantung ini merupakan yang pertama. Penelitian ini ingin mengukur stres mental ketika berhubungan dengan uang dan pembuatan keputusan. Namun peneliti juga menegaskan peserta yang kikir mungkin juga mengalami stres karena perasaan bersalah. “Hal ini bisa dilihat sebagai bukti bahwa kita berempati dengan orang lain dan menempatkan diri di posisi orang lain dalam situasi seperti itu,” kata Markus Schaffner, salah seorang peneliti dan manajer Queensland Behavioral Economics Gropu Laboratory for Economic Experiments di QUT.
“Hasil penelitian itu mengindikasikan bahwa perasaan negatif ketika memperlakukan orang lain dengan tidak adil. Misalnya, menawarkan di bawah 40 persen dari total nilai dalam permainan. Ada biaya emosi dan fisiologi dan kita merasa tak nyaman,” imbuhnya. Bukan pertama kalinya ilmuwan meneliti manfaat alturisme dalam konteks ekonomi. Riset sebelumnya membuktikan tindakan amal justru meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, ketika berhubungan dengan hal berbau keuangan, tak ada salahnya untuk bersikap murah hati.[38] Gara-gara sifat pelit itu bisa timbul pertengkaran, perselisihan dan krisis rumah tangga. Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda:
Ø¥ÙيَّاكÙمْ ÙˆÙŽØ§Ù„Ø´Ù‘ÙØÙ‘ÙŽ ÙÙŽØ¥Ùنَّه٠أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكÙمْ أَمَرَهÙمْ Ø¨ÙØ§Ù„ظّÙلْم٠ÙَظَلَمÙوا وَأَمَرَهÙمْ Ø¨ÙØ§Ù„ْقَطÙيعَة٠ÙَقَطَعÙوا وَأَمَرَهÙمْ Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ÙÙØ¬Ùور٠ÙÙŽÙَجَرÙوا
Jauhilah olehmu penyakit pelit. Sesungguhnya penyakit pelit itu telah mencelakakan orang sebelum kamu. Sipelit mendorong pada kezaliman, sehinga mereka menjadi pelaku zhalim. Sipelit memerintah mutuk memutuskan silaturahim, maka mereka memutuskan kekeluargaan. Sipelit memerintah mereka berbuat kejahatan, maka mereka berbuat jahat. Hr. Ahmad.[39]
Berdasar hadits ini penyakit Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙØÙ‘ÙŽ itu menimbulkan kezhaliman, pertengkaran hingga putus hubungan kekeluargaan, serta mendorong pada kejahatan. Oleh karena itu jika umah tangga ingin harmonis, sejahtera dan bahagia, maka mesti menanggalkan sifat pelit. Selama penyakit pelit dipelihara, selama itu pula perdamaian tidak terjalin. Dengan demikin ayat ini memberi isyarat bahwa dalam menjaga keutuhan rumah tangga mesti rela berderma mau memberikan sebagian haknya satu sama lain. Seorang suami mesti mau memberikan sebagian haknya pada istri. Sang istri juga mesti rela memberikan sebagian haknya pada suami. Demikian pula antara orang tua dengan, anak serta keluarga lain termasuk sesame tetangga.
- Beberapa Ibrah
- Tanda orang yang mendustakan agama atau hari pembalasan berdasar surat al-Ma’un adalah (1) menelantarkan anak yatim, (2) tidak menyantuni orang miskin, (3) melalaikan shalat, (4) melakukan ibadah dengan ria, (5) tidak mau memberi pertolongan pada orang yang membutuhkannya.
- Surat al-Ma’un mencakup seluruh prinsip dasar keagmaan yang terdiri dari (1) ibadah ritual yang tepat, disipiln, khusyu dan ikhlash dan bebas dari riya, (2) menjalin hubungan baik dengan sesama manusia seperti memelihara anak yatim, menyantuni orang miskin, memberi bantuan pada orang yang membutuhkannya.
- Al-Zuhayli berpendapat bahwa surat al-Ma’un ini mengandung beberpa implikasi antara lain: (a) Sifat munafiq yaitu (1) melalaikan shalat, (2) riya, dan (3) kikir. (b) sifat pendusta hari akhir yaitu (1) menelantarkan anak yatim, tidak memenuhi haknya, atau menghardiknya, (2) meninggalkan perbuatan baik dengan tidak mendorong untuk menyantuni orang miskin, (3) kikir. (c) penduduk neraka wail adalah orang yang (1) melalaikan shalat, (2) riya, (3) enggan memberi bantuan. [40]
- Belum sah keagamaan seseorang yang hanya mementingkan ibadah ritual belaka tanpa memenuhi kewajiban yang bersifat sosial. Tidak pula sah keagamaan orang yang hanya mementingkan kewajiban sosial tanpa memenuhi kewajiban ritual secara tepat dan ikhlash.
- Dalam surat al-Ma’un ibadah yang berkaitan dengan sesama makhluq lebih banyak disebut, di banding yang berkaitan dengan al-Khaliq. Hal ini sebagai isyarat bahwa ibadah yang bersifat sosial jumlahnya lebih banyak dari yang bersifat ritual.
- Keluarga harmonis agamis berdasar ibrah surat al-Ma’un
Ada beberapa langkah yang mesti ditempuh dalam memelihara aqidah dan mu’amalah dalam mewujudkan keluarga harmonis agamis berdasar ibrah surat al-Ma’un antara lain:
- Aqidah yang sifatnya spiritual tidak boleh dipisahkan dengan mu’amalah yang bersifat social.
Dengan nada bertanyaأَرَأَيْتَ الَّذÙÙŠ ÙŠÙÙƒÙŽØ°Ù‘ÙØ¨Ù Ø¨ÙØ§Ù„دّÙين٠pangkal surat al-Ma’un ini tentang orang yang mendustakan agama. Ternyata ayat berikutnya menjelaskan bahwa yang mendustakan agama itu adalah yang membiarkan anak yatim terlantar, dan tidak peduli pada orang miskin. Ini memberikan gambaran, bahwa kehidupan keagamaan yang sifatnya aqidah, tidak boleh terlepas dari mu’amalah yang sifatnya social. Orang yang mengaku beragama, tapi tidak peduli pada orang miskin dan anak yatim, masih digolongan pendusta. Dengan kata lain aqidah tanpa mu’malah itu adalah bohong. Tegasnya untuk menjaga keharmonisan keluarga mesti harmonis aqidah dan mu’amalahnya.
Â
- Jika ingin bahagia rumah tangga, jangan ada dusta dalam keluarga.
Dusta dalam keluarga, sangat berbahaya. Ayat pertamaأَرَأَيْتَ الَّذÙÙŠ ÙŠÙÙƒÙŽØ°Ù‘ÙØ¨Ù Ø¨ÙØ§Ù„دّÙين٠surat al-Ma’un ini mengecam keras para pendusta, baik terhadap agama maupun sesame manusia. Pada dasarnya setiap dusta atau bohong berdampak negatif dan resiko sesuai dengan tingkat kebohonganya itu. Seseorang apabila sudah berdusta atau berbohong, maka pada dasarnya dia harus siap berbuat kebohongan yang lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama. Kebohongan memang biasanya bersambung bahkan sampai seorang itu menjadi pembohong, karena tidak bisa berhenti untuk berbohong. Itulah salah satu makna sabda Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam .
ÙˆÙŽØ¥Ùنَّ Ø§Ù„Ù’ÙƒÙŽØ°ÙØ¨ÙŽ ÙŠÙŽÙ‡Ù’Ø¯ÙÙŠ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ الْÙÙØ¬Ùور٠وَإÙنَّ الْÙÙØ¬Ùورَ يَهْدÙÙŠ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ النَّار٠وَإÙنَّ الرَّجÙÙ„ÙŽ Ù„ÙŽÙŠÙŽÙƒÙ’Ø°ÙØ¨Ù ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙكْتَبَ عÙنْدَ اللَّه٠كَذَّابًا
Sesungguhnya bohong itu mengarah pada kejahatan. Sedangkan kejahatan mengarahkan kepada neraka. Seseorang yang akan berbohong terus hingga tercatat di sisi Allah sebagai pembohong. Hr. al-Bukhari.[41]
Berdasar hadits ini betapa bahya berdusta, karena akan menjadi penyakit yang kronis sulit disembuhkan. Karena sulit disembuhkan maka menjadi penderita penyakit kebohongan. Penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan oleh fihak lain dengan obat apapun, kecuali dirinya sendiri yang berusaha menyembuhkannya dengan segera berhenti. Dengan demikian menyelesaikan kebohongannya dengan mangaku dan menutupnya dengan taubat atau minta maaf kalau hal itu bersangutan dengan manusia. Tidak sedikit orange yang kurang memperhatikan hal ini, bahkan ada yang beranggapan kalau bohong sedikit tidak apa-apa atau tidak dosa. Tidak aneh penyakit tersebut melanda penceramah, apalgi pelawak. Di antara mereka berani berbohong dengan membuat kisah tanpa data agar dapat menarik perhatian yang diajak bicara, atau dapat menghibur hadirin. Membikin cerita bohong supaya hadirin bisa tertawa. Perbuatan semacam ini sungguh sangat tercela, dan menjerumuskan pada kehancuran. Rasul SAW bersabda:
وَيْلٌ Ù„ÙلَّذÙÙŠ ÙŠÙØÙŽØ¯Ù‘ÙØ«Ù ÙÙŽÙŠÙŽÙƒÙ’Ø°ÙØ¨Ù Ù„ÙÙŠÙØ¶Ù’ØÙÙƒÙŽ بÙه٠الْقَوْمَ وَيْلٌ لَه٠وَيْلٌ Ù„ÙŽÙ‡Ù
Kecelakaan bagi orang yang berbicara kemudian dia berbohong supaya suatu kaum (fihak lain) tertawa. Sungguh kecelakaan bagai dia. Sungguh kecelakaan bagai dia. Hr. al-Tirmidzi.[42]
Berbohong tidaklah dibenarkan, baik sungguh-sungguh ataupun sekedar main-main saja. Sering kita lihat, orang kalau sudah kumpul dengan temannya akan berupaya membuat senang dan tertawa teman-temannya walaupun harus berbohong! Ternyata bohong semacam itu walau menarik orang lain bisa tertawa membawa bahaya, bahkan sampai tiga kali Rasul SAW menyampaikan kata وَيْلٌ pada haditsnya. Kata orang, lisan adalah daging tak bertulang, apabila manusia tidak menjaga lisannya, maka kebinasaanlah yang ia dapat. Ingatlah selalu, tidak ada satu ucapan pun yang keluar dari mulut, kecuali ada malaikat yang mencatat. Allah berfirman:
مَا يَلْÙÙØ¸Ù Ù…Ùنْ قَوْل٠إÙلا لَدَيْه٠رَقÙيبٌ عَتÙيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.†(Qaaf: 18)
Dampak negative dari bohong sebenarnya bukan hanya pada penyakit ruhani, melainkan berpengaruh juga pada penyakit jasmani. bahaya bohong ternyata juga besar. Bohong tidak hanya membuat orang lain tidak mempercayainya, tetapi juga dapat berakibat fatal bagi kesehatan dirinya sendiri. Bahaya berbohong bagi kesehatan seperti dikutip dari buku Ayat-ayat Sehat karya Yuga Pramita: Pada saat berbohong, seseorang sejatinya sedang melawan apa-apa yang sebenarnya harus disampaikan. Jangan heran jika dalam kondisi demikian, terjadi konflik batin yang tak mustahil membuat jiwa seseorang tertekan. Dr. Dr. Ari F. Syam, Sp.PD-kGEH, MMB, FINASIM, FACP., spesialis penyakit dalam FK-UI dan RSCM mengatakan, tekanan jiwa (setelah melakukan kebohongan) akan menyebabkan gangguan jiwa (neurosis), baik depresi, ansietis, maupun gangguan fisik akibat kejiwaan berupa penyakit psikomatik. Psikomatik adalah penyakit fisik yang didasari oleh penyakit psikis. Sementara menurut Saudra Dalton-Smith M.D.,penulis Set Free to Live Free, berbohong dapat meningkatkan hormon stres yang bisa mengakibatkan degup jantung dan tarikan napas meningkat, pencernaan melemah, serta saraf dan otot menjadi sangat sensitif. Sekali dua kali hal ini mungkin tidak berpengaruh serius. Akan tetapi, jika sering terjadi-lantaran pengaruh peningkatan tekanan darah setiap kali melakukan pembohongan- situasi ini dapat memicu tercetusnya beragam penyakit gawat seperti jantung koroner, stroke dan gagal jantung kongestif.
Sehat adalah suatu kondisi tubuh, baik fisik maupun mental yang berfungsi secara normal. Berbohong yang merupakan perilaku ternyata memiliki pengaruh terhadap kondisi fisik dan non fisik tubuh. Kajian penelitian aspek berbohong dari tinjauan kesehatan kekinian telah dapat diungkap bahwa perilaku bohong menjadi penyebab timbulnya penyakit jantung koroner, stroke dan gagal jantung pada pelakunya. Ketika seseorang berbohong, maka yang timbul adalah emosi negatif yang berkembang menjadi stres yang dipendam, dan tanpa sadar psikosomatis terpicu. Psikomatis adalah gangguan psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik. Bentuk gangguan psikomatis misalanya, naiknya tekanan darah, naiknya kadar asam lambung, sesak nafas, insomnia, alergi kulit hingga nafsu makan yang hilang. Awalnya bukan pada gejala fisik, namun dengan adanya pikiran negatif atau masalah emosi, maka berdampaklah pada fisik tubuh.
Tubuh seseorang yang berbohong tersebut banyak mengeluarkan hormon yang besarannya seakan sama dengan seseorang yang sedang menghadapi pilihan yang sangat sulit untuk diputuskan saat itu juga, misalnya lari kencang. Berdusta akan selalu menyertai pelakunya, perasaan bersalah dan gelisah akan menyebabkan hormon stres keluar sangat beragam, dan pada umumnya adalah kortisol dan norepinefrin. Hormon ini menyebabkan degup jantung dan tarikan nafas meningkat, sistem pencernaan melemah, saraf dan otot menjadi sensitif. Kortisol sendiri meningkatkan kadar gula darah dan menekan sistem kekebalan tubuh, sedangkan norepinefrin memicu timbulnya respon yang membuat detak jantung semakin cepat dan tekanan darah meningkat cepat.
Berdusta sesekali saja memang tidak langsung membuat pelakunya terkena stroke, namun jika menjadi kebiasaan seiring dengan komplikasi tekanan darah tinggi, juga dapat beresiko terkena penyakit yang sama dengan seseorang yang mengalami stres kronis, seperti kanker, diabetes, jantung koroner, stroke dan gagal jantung kongestif. Mereka yang berbohong setiap hari atau telah menyimpan rahasia besar selama bertahun-tahun dimungkinkan akan lebih beresiko mengalami gangguan kesehatan dibandingkan yang jarang atau tidak pernah berbohong. Kondisi psikologis seseorang sangat erat hubungannya dengan kesehatan secara fisik. Termasuk ketika orang banyak berbohong, maka rahasia-rahasia yang tersimpan di kepalanya akan membebani pikiran dan akhirnya berdampak secara fisik. Dalam beberapa dokumen terungkap dampak negative dari berbohong, antara lain (a) Selalu tertekan. Saat seseorang memegang rahasia, secara natural pikirannya akan berusaha menjaga rahasia itu agar tidak terungkap pada waktu yang tidak terpat. Masalahnya, pikiran seperti itu hanya akan membuat orang tersebut semakin tidak bisa melupakannya. Penelitian di Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan orang yang disuruh untuk tidak memikirkan beruang putih justru lebih susah menyingkirkan beruang putih dari pikirannya. Dalam kondisi tertekan seperti itu, seseorang akan mengalami gejala post-traumatic stress disorder, depresi, serta gangguan obsesif kompulsif. (b) Susah focus. Menyimpan rahasia efeknya sama seperti lampu yang menyilaukan atau rekan kerja yang menyebalkan. Dalam sebuah studi, mahasiswa yang diminta menyimpan sebuah rahasia lebih lambat dalam mengerjakan tes di komputer. Alasannya, memikirkan secara aktif agar rahasia itu tidak terungkap sangat mengganggu konsentrasi. (c) Cepat obesitas.
Efek ini mungkin jarang diperhatikan, namun bisa dijelaskan oleh hasil penelitian di Tufts University. Menurut penelitian itu, sebuah aktivitas fisik akan terasa lebih berat dari yang sebenarnya ketika seseorang banyak menyimpan rahasia. Misalnya, menyusuri tebing jadi tampak lebih terjal. Saat seseorang berbohong, bagian otak yang berhubungan dengan rasa terbebani secara fisik akan terpengaruh. Tidak hanya terbatas pada persepsi, namun secara fisik akan mengalami penambahan beban dalam bentuk badan berlemak tinggi. (d) Memperpendek usia. Berbagai penelitian membuktikan betapa bahayanya menyimpan banyak rahasia. Korban Hollocaust atau pembantaian etnis Yahudi di masa perang dunia II cenderung lebih sehat ketika mau terbuka saat diwawancara. Pasien HIV yang tidak mau mengakui kalau dirinya homoseksual cenderung meninggal lebih cepat dibanding yang terang-terangan mengakui. Itulah mungkin hingga tidak kurang dari dua belas kali dalam al-Qur`an ditegaskan celakalah sipendusta, celaka dan mampuslah sang pembohong, seperti pada Qs.77:15, 19, 24, 28, dan lainnya dengan menggunakan kalimat:
وَيْلٌ ÙŠÙŽÙˆÙ’Ù…ÙŽØ¦ÙØ°Ù Ù„ÙلْمÙÙƒÙŽØ°Ù‘ÙØ¨Ùينَ
kecelakaan, hari ini bagi yang berdusta.
- Menjadikan ibadah shalat sebagai kegiatan utama keluarga.
Dalam surat al-Ma’un :4-5 dikecam orang yang lalai shalatnya, Ùَوَيْلٌ Ù„ÙÙ„Ù’Ù…ÙØµÙŽÙ„Ù‘Ùينَ الَّذÙينَ Ù‡Ùمْ عَنْ صَلَاتÙÙ‡Ùمْ سَاهÙونَ. Olehkarena itu sebagai penanaman disiplin ibadah shalat bagi anggota keluarga. Rumah dijadikan tempat shalat sunat, baik pria dan wanita, dan masjid sebagai pusat shalat fardlu bagi kaum pria. Dengan menjadikan rumah sebagai tempat shalat, maka cahaya Ilahi akan bersinar menerangi anggota keluarga. Dari Zaid bin Tsabit diriwayatkan bahwa Rasul SAW pernah menghamparkan sajadahnya untuk shalat sunat di Masjid. Kemudian banyak shahabat yang mengikutinya secara berangsur semakin banyak jumlahnya. Namun pada suatu malam, Rasul SAW tidak lagi hadir di masjid untuk shalat sunat. Para shahabat menunggu-nunggu kehadiran Rasul, sehingga ada yang melemparkan batu kecil ke pintu rumah beliau. Kemudian beliau keluar dan bersabda:
Silakanlah kalian melakukannya dan biarlah Allah mewajibkan ke atas kamu. Shalatlah di rumah kamu, sesungguhnya sebaik-baik shalat seseorang itu ialah yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat fardu. Hr. al-Bukhari.[43]
Menurut suatu riwayat, peristiwa tersebut terjadi pada malam Ramadlan. Sedangkan yang dilakukannya adalah qiam ramadlan yang saat ini dikenal dengan istilah shalat tarawih. Dengan demikian tegaslah bahwa shalat sunat itu lebih baik dilakukan di rumah, termasuk tarawih. Rasulullah SAW pernah melakukan qiamu ramadlan di masjid, tapi selanjutnya di rumah. Pada hadits tersebut ditandaskan pengecualian untuk shalat fardlu yang lebih utama dilakukan di masjid. Keutamaan ini berlaku bagi kaum pria. Sedangkan bagi kaum wanita, semua shalat lebih utama dilakukan di rumah. Rasul SAW bersabda:
Janganlah kalian mencegah istri-istri kalin untuk pergi ke masjid, sedangkan rumah mereka lebih baik bagi mereka. Hr. Ahmad, Abu Daud, al-Hakim.[44]
Di samping sebagai tempat ibadah shalat, rumah juga berfungsi sebagai tempat ibadah lainnya, seperti tersirat pada firman Allah SWT berikut.
وَقَرْنَ ÙÙÙŠ بÙÙŠÙوتÙÙƒÙنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ ØªÙŽØ¨ÙŽØ±Ù‘ÙØ¬ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ø¬ÙŽØ§Ù‡ÙÙ„Ùيَّة٠الْأÙولَى ÙˆÙŽØ£ÙŽÙ‚Ùمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتÙينَ الزَّكَاةَ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ·ÙØ¹Ù’Ù†ÙŽ اللَّهَ وَرَسÙولَه٠إÙنَّمَا ÙŠÙØ±Ùيد٠اللَّه٠لÙÙŠÙØ°Ù’Ù‡ÙØ¨ÙŽ Ø¹ÙŽÙ†Ù’ÙƒÙÙ…Ù Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙØ¬Ù’سَ أَهْلَ Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙŽÙŠÙ’ØªÙ ÙˆÙŽÙŠÙØ·ÙŽÙ‡Ù‘ÙØ±ÙŽÙƒÙمْ تَطْهÙيرًا
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta`atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Qs.33:33
Ayat ini memerintah para istri Nabi dan wanita yang beriman untuk berkonsentrasi mengurus rumah tangga. Mereka bertangung jawab di rumahnya untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, menaati Allah dan Rasul-Nya, serta membersihkan diri dari noda dan dosa serta melarang bertingkah laku jahiliyah.  Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda:
Sinarilah tempat tinggalmu dengan shalat dan membaca al-Qur`an. Hr. al-Bayhaqi (348-458H) dan al-Daylami (445-509H).[45]
- Sehatkan anggota keluarga dari penyakit ruhani yang berbahaya.
Sifat buruk, yang merupakan penyakit ruhani yang dikecam oleh surat al-Ma’un ini adalah (1) dusta, (2) pelit, (3) ria, (4) lalai, (5) kurang peduli sesame. Oleh karena itu semua penyakit tersebut mesti dibersihkan dari anggota keluarga. Jika dibiarkan melanda mereka, maka akan menimbulkan kegoncangan jiwa. Kelima macam penyakit tersebut juga cenderung menular, dan dapat meretakkan hubungan keluarga.
- Tanamkan jiwa penolong dan peduli sesama.
Ada beberapa perintah yang tersirat pada surat al-Ma’un ini antara lain (1) dengan mengecam dusta berarti memerintah jujur; (2) orang yang menelantarkan orang miskin dan anak yatim dianggap membohongi agama, berarti memerintah membantu orang miskin dan menyantuni anak yatim; (3) orang tidak mau menolong sesame dianggap lalai shalatnya. Artinya ibadah shalat mesti dimanifestasikan dalam kehidupan social, utamanya menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Dalam kehidupan rumah tangga tidak bisa dipisahkan dengan hubungan dengan keluarga lain. Oleh karena itu untuk menjaga keharmonisan keluarga, mesti harmonis pula dengan fihak keluarga lain.
Diriwayatkan Dari Ibn Umar, Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam  bersabda:
Ø£ÙŽØÙŽØ¨Ù‘٠النَّاس٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ اللَّه٠تَعَالَى أَنْÙَعÙÙ‡Ùمْ Ù„Ùلنَّاس٠, ÙˆÙŽØ£ÙŽØÙŽØ¨Ù‘٠الأَعْمَال٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ اللَّه٠تَعَالَى Ø³ÙØ±Ùورٌ ØªÙØ¯Ù’Ø®ÙÙ„Ùه٠عَلَى Ù…ÙØ³Ù’Ù„ÙÙ…Ù , أَوْ تَكَشÙÙÙ Ø¹ÙŽÙ†Ù’Ù‡Ù ÙƒÙØ±Ù’بَةً , أَوْ تَقْضÙÙŠ عَنْه٠دَيْنًا , أَوْ ØªÙŽØ·Ù’Ø±ÙØ¯Ù عَنْه٠جÙوعًا , وَلأَنْ أَمْشÙÙŠÙŽ مَعَ أَخ٠ÙÙÙŠ ØÙŽØ§Ø¬ÙŽØ©Ù Ø£ÙŽØÙŽØ¨Ù‘٠إÙلَيَّ Ù…Ùنْ أَنْ أَعْتَكÙÙÙŽ ÙÙÙŠ هَذَا Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯Ù يَعْنÙÙŠ Ù…ÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽØ¯Ùينَة٠شَهْرًا
Manusia yang paling dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Amal yang paling dicintai Allah adalah memberikan kebahagiaan bagi sesame muslim, atau memberikan bantuan mengatasi kesulitan sesamanya, atau membayarkan utang, atau membebaskan sesamanya dari kelaparan, dan sunguh bila aku bepergian bersama saudara dalam memenuhi kebutuhannya lebih aku cintai di banding dengan I’tikaf di masjid ini (masjid nabawi) selama satu bulan.[46]
Hadits yang cukup banyak tersebut memberi isyarat betapa pentingnya memberikan bantuan pada sesame manusia dalam berbagai kebaikan, bahkan dinilai lebih unggul di banding hanya ibadah ritual belaka. Adapun kepedulian sesame yang mesti ditanamkan pada seluruh anggota keluarga berdasar hadits ini antara lain (1) saling membahagiakan, (2) mengatasi masalah yang dihadapi; (3) menolong orang yang membutuhkan bantuan, (4) membayarkan utang; (5) membebaskan sesame dari kelaparan.
-=o0o=-
[1] Tafsir al-Shawi, IV h.355
[2] (Tanwir al-Miqbas, h.520
[3] Tafsir Abi al-Su’ud, IX h.203
[4] Tafsir al-Jalalain, h.823
[5] Fath al-Qadir, V h.500
[6] Tafsir Ibn Katsir, IV h.555
[7] Tadzkirat al-Tafsir, h.36
[8] Ruh al-Ma’ani, XXX h.241
[9] Â tafsir al-Nasafi, IV h.359
[10] al-Tibyan Fi Tafsir Gharib al-Qur`an, I h.478
[11] Â Mukhtar al-Shihah, I h.309
[12] Â Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, XII h.645
[13] Â Sahl bin Sa’d bin Malik, Abu al-Abbas, Shahabat, Anshar, wafat di Madinah 88H
[14] Shahih al-Bukhari, V h.2237
[15]  Abu Dzar al-Ghifari, masuk Islam sejak masih awal kenabian, dikenal sebagai shahabat yang zuhud dan memiliki semangat jihad yang tinggi. Ia yang paling awal menyampaikan salam penghormatan Islam kepada Rasul SAW. (al-Ashbahani, Rijal Muslim, I h.119)
[16] Â Shahih Muslim, III h.1457
[17] Al-Suyuthi (849H-911H), Syarh al-Suyuthi, VI h.255
[18] (Muhammad Rasyid Ridla, al-Manar, X, h. 569).
[19] Shahih al-Bukhari, II h. 538, Shahih Muslim, II h.719, Sa’id Hawa, al-Asas fi al-Tafsir, h.2307
[20] Tanwir al-Miqbas min tafsir Ibn Abbas, h.12
[21] Fath al-Qadir, I h.105
[22] Lisan al-Arab, XIV h.406
[23] diringkas dari penjelasan mufasir antara lain: al-Thabari, XXX h.310-312, al-Wahidi, II h.1235, Tafsir Ibn Katsir, IV h.556, al-Alusi, Ruh al-Ma’ani, XXX g.242
[24] Lubab al-Nuqul, h.235
[25] al-Ta’rifat, I h.151
[26] al-Ta’arif, I h.380
[27] Ihya Ulum al-Din, III h.290
[28] al-tafsir al-Munir, XXX h.425
[29] Shahih Muslim, III h.1513, Sunan al-Nasa`iy, V h.30
[30] Shahih al-Bukhari, V h.2383, Shahih Muslim, IV h.2289
[31] Shahih Muslim, IV h.2289, Sunan Ibn Majah, II h.1405
[32] Jub al-Al-hazan, menurut bahasa terdiri dari dua kataÂ Ø¬ÙØ¨ (berarti sumur yang sangat dalam), dan Ø§Ù„ØØ²Ù† (berarti sesuatu yang menyedihkan, mengerikan, menakutkan).
[33] Sunan al-Tirmidzi, IV h.593
[34] Â Sunan Ibn Majah, II h.1412, Sunan al-Tirmidzi, IV h.594, Shahih Ibn Hibban, II h.99
[35] Tafsir al-Shan’ani, III h.399
[36] al-Tibyan fi Aqsam al-Qur`an, I h.52
[37] Muhammad Idris al-Syafi’iy, Ahkam al-Qur`an, I h.101
[38] http://banjarmasin.tribunnews.com/2014/11/07/ini-bahayanya-jadi-orang-pelit
[39] Musnad Ahmad, no.5502
[40] al-tafsir al-Munir, XXX h.425
[41] shahih al-Bukhari, Juz XIX h.45 no.5629
[42] sunan al-Tirmidzi, Juz XIII h.172 nomor 4338
[43] Shahih al-Bukhari, V h.2266
[44] Â Musnad Ahmad, II h.76, Sunan Abi Dawud, I h.155, al-Mustadrak, I h.327
[45]  Abu Bakr al-Bayhaqi, Syu’b al-Iman, II h.358, al-Daylami, al-Firdaus bi ma’tsur al-Khithab, IV h.245
[46] Thabarani, juz XI h.84, nomor 13468, menurut al-Albani hadits hasan (silsilah al-Shahihah, II h.602)