MISTERI QALBI SERI 07 (PENYAKIT QALBI)
PENYAKIT QALBU DAN MASALAHNYA
(berdasar isyarat beberapa ayat Al-Qu’an)
Seperti telah diungkapkan pada bahasan yang lalu, bahwa Qalb itu mengandung dua makna yaitu qalb dalam bentuk fisik jasmani berarti jantung, dan qalb non fisik yang bersifat ruhani yang sering diterjemahkan hati nurani atau dalam bahasa sehari-hari disebut hati. Adapun yang banyak dibicarakan dalam makalah ini, utamanya berdasar isyarat al-Qur`an dan hadits, adalah penyakit qalb yang bersifat ruhani. Sedangkan penyakit qalb yang bersifat jasmani akan lebih banyak dibicarakan dalam dunia medis, kedokteran yang bisa ditemukan oleh hasil tafakkur riset tenaga ahli. Tegasnya tadabbur al-Qur`an lebih focus pada kajian qalbi yang bersifat ruhani. Focus kajian qalbi yang bersifat jasmani merupakan tanggung jawab di bidang tafakkur alam.
Sekurang-kurangnya ada dua istilah penyakit yang terdapat dalam al-Qur’an yang perlu mendapat perhatian.
Pertama istilah مَرَض terdapat tiga belas kali, dua belas berkededudukan marfu’, مرَضٌ , yaitu pada Qs. 2:10, 5: 52, 8:49, 9:125,22:53, 24:50, 33:12, 33:32, 33:60, 47:20, 47:29, 74:31,dan satu berkedudukan manshub مرَضًا yaiu pada Qs.2:10. Ternyata semua istilah ini ditunjukkan pada penyakit ruhani. Penyakit ruhani tersebut selalu dirangkaikan dengan istilah قلب Qalb. Tidak ditemukan dalam al-Qur’an مرض pada فؤاد . Nampaknya penyakit ruhani itu pada Qalb, bukan pada Fu’ad. Namun neraka tidak hanya menyiksa Qalb, tapi juga masuk pada Fu’ad (Qs. 104:7).
Kedua istilah مَرِيْض yang kemudian dalam bentuk jama’nya مَرْضَى terdapat sepuluh kali; dua kali dengan menggunakan kata الْمَرِيْض , yaitu pada Qs.24:61 dan 48:17, tiga kali menggunakan istilah مَرِيْضًا yaitu pada Qs. 2:184, 2:185 , 2:196, dan lima kali menggunakan istilah مَرْضَى yaitu pada Qs.4:43, 4:102, 5:6, 9:91, dan 73:20. Ternyata istilah ini tidak terdapat dalam al-Qur’an yang mempunyi kedudukan marfu’, melainkan hanya manshub dan majrur Tentu. saja kita tidak akan mengetahui rahasia Allah, mengapa demikian. Namun yang jelas apabila ditelusuri ternyata istilah maradl dalam al-Qur’an itu semuanya menunjukkan penyakit hati ruhani. Sedangkan bagi penyakit fisik digunakan istilah maridl atau mardla
Jumlah kata maradl, dalam al-Qur’an, ternyata lebih banyak dari maridl. Perkataan maridl dan mardla hanya terletak pada ayat-ayat rukhshah atau keringanan hukum. Tidak terdapat ayat yang mengecam atau menilai negatif pada maridl atau mardla. Sedangkan istilah maradl, semuanya tercantum pada ayat-ayat kecaman, ejekan dan celaan. Ternyata penyakit yang tercela itu penyakit hatinurani, bukan penyakit fisik jasmani.
Jika ditinjau dari kedudukan atau jabatan kata, marfu itu biasanya menunjukkan pelaku atau subjek, tidak ada kalimat yang menjadi objek berkedudukan marfu’. Dalam bahasa Arab, apabila suatu kata tidak ada yang memerintah nashab, jar atau jazm, maka pasti marfu’. Menariknya perkataan maradl hampir semua berkedudukan marfu, hanya satu saja yang berkedudukan manshub. Yang satu pun merupakan tambahan dari sebelumnya dengan kalimat :
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمْ اللَّهُ مَرَضًا
Dalam hati mereka telah terdapat penyakit, maka Allah menambah penyakit mereka (Qs.2:10).
Bukankah ini mempunyai makna bahwa penyakit hatinurani itu merupakan subjek dari penyakit yang lain?
Beda lagi istilah maridl dan mardla yang berkaitan dengan penyakit fisik, tidak ada yang marfu; kalau tidak majrur, maka manshub. Dalam bahasa Arab tidak ada jabatan kata manshub atau majrur, kecuali akibat adanya ‘amil nashab atau amil jar. Jika kedudukan kata maridl atau mardla itu semua tidak ada yang marfu, besar kemungkinan penyakit jasad itu lebih banyak sebagai akibat, bukan penyebab.
Kata yang mempunyai kedudukan marfu’ itu dapat mempengaruhi jabatan kata yang lain. Dengan demikian mungkin bisa difahami pula, bahwa penyakit ruhani itu bukan hanya berbahaya bagi penderitanya, tapi juga berbahaya bagi orang lain.
Tadabbur Al-Qur’an lebih banyak berbicara tentang penyakit ruhani yang sulit ditemukan obatnya, dibanding berbicara penyakit fisik yang obatnya dapat ditemukan melalui penelitian ilmiah atau tafakkur.
Adapun penyakit Qalb yang dalam arati hatinurani yang dikemukakan dalam al-Qur’an antara lain sebagai berikut:
- Nifaq,
Nifaq disini mengandung arti berbagai bentuk kepalsuan, baik dalam bertindak, berucap atau pun bersikap. Orang yang menderita penyakit nifaq akut disebut munafiq. Munafiq mempunyai kedudukan terendah dalam pandangan al-Qur`an, karena termasuk الدرك الأسفل derajat paling rendah.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Qs.4:145
Sifat penyakit nifaq paling pokok tersirat pada ayat berikut
وَمِنْ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللهِ وَبِالْيَوْمِ الأخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ()يُخَادِعُونَ اللهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ()فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمْ اللهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ()
“Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Qs.2:8-10)
Ada tiga penyakit nifaq yang terungkap pada firman Allah SWT ini, yaitu (1) pura-pura beriman, padahal hatinya tidak, (2) menipu, dan (3) berdusta. Ketiga penyakit hati tersebut apabila tidak diobati akan semakin akut dan kronis, karena Allah SWT menambahkannya. Dalam ayat-ayat tersebut, tersirat juga bahwa penyakit hati itu akan merajalela kepada orang yang suka pura-pura, menipu dan berdusta. Diungkap pula sifat penyakit, secara rinci pada firman-Nya sebagai berikut:
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ () اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ () ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ () وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ () وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ () سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ () هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ () يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ()
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri. Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)”. Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. Qs.al-Munafiqun:01-18
Al-Qur’an surat al-Munafiqun, sesuai namanya mengungkap kebusukan sifat munafiq. Dalam ayat 1-8 tergambarlah secara tersirat bagaimana sifat dan perangai orang munafiq itu, antara lain: (1) Pura-pura bersaksi tentang kerasulan Nabi Muhammad SAW, padahal dusta, sebagaimana ayat pertama mereka mengatakan نَشْهَدُ أنَّكَ لَرَسُولُ الله padahal kenyataannya mereka itu لَكَاذِبُوْنَ dusta. (2) Menjadikan sumpah sebagai prisai untuk melindungi diri, seperti ditandaskan pada ayat yang kedua إتَّخَذُوْا أَيْمَانَهُمْ جُنَّة mereka jadikan sumpah sebagai prisai. (3) Menghalangi orang dari menempuh jalan Allah, seperti tersurat pada ayat kedua فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْل ِالله. (4) Terkadang iman terkadang kufur, seperti disebutkan pada ayat ketiga بِأَنَّهُمْ ءَامَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا Kelakuan mereka, kadang-kadang seperti orang mu’min, kadang-kadang seperti orang kafir, karena bermuka dua. (5) Tidak memahami dan tidak mau mengerti tentang apa yang diajarkan syari’ah Islam, seperti dikemuka-kan pada ayat 3 فَهُمْ لاَ يَفْقَهُوْنَ . (6) Penampilannya sangat mempesona إذَا رَاَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُم padahal هُمُ الْعَدُوّ di dalamnya bermusuhan. (7) Pandai bersilat lidah sehingga وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ kamu tertarik untuk mendengarkannya, padahal otaknya hampa dan penakut serta pengecut, sebagaimana digambarkan ayat yang keempat كَاَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَيَّدَةٌ bagaikan kayu yang tampak kuat, padahal bersandar. (8) Apabila diajak untuk menempuh jalan yang benar, وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ mereka berpaling atau لَوَّوْا رُؤُسَهُم bahkan berlaga sombong dan merintangi orang lain dari jalan Allah seperti dikemukakan pada ayat kelima يَصُدُّوْنَ وَهُمْ يَسْتَكْبِرُون mereka menghakangi jalan Allah dan berlaga sombong. (9) Jauh dari petunjuk Allah dan berbuat fasiq sebagaimana dikkemukakan ayat 6 إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ. (10) Memboikot nafaqah umat Islam seperti yang dilakukan munafiq Madinah melarang orang Anshar menafqahkan hartanya untuk orang muhajirin. Diungkap dalam ayat ke tujuh, orang munafiq itu mengatakan لاَتُنْفِقُوْا عَلَىمَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ . (11)Selalu berusaha agar kaum muslimin meninggalkan Rasul dengan mengatakan حَتَّى تَنْفَضُّوْا.