PROTEKSI KELUARGA DARI KEJAHATAN MAKHLUQ (kajian tafsir surat al-Falaq)
PROTEKSI KELUARGA DARI KEJAHATAN MAKHLUQ
(kajian tafsir surat al-Falaq)
- Teks Ayat dan Tarjamah
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki“. Qs.113:1-5
- Historis Ayat
- Menurut riwayat Abu Shalih yang juga dikuatkan Qatadah dari Ibn Abbas, surat al-Falaq ini turun di Madinah, berkaitan dengan orang yahudi yang berusaha menyihir Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam. Namun menurut riwayat Kuraib, al-Hasan, Atha, Ikrimah dan Jabir masih bersanadkan pada Ibn Abbas surat al-Falaq ini turun di Mekah.
- Banyak riwayat yang menerangkan bahwa seorang Yahudi yang bernama Lubaid bin al-A’sham berusaha menyihir Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam sehingga beliau terkena sakit. Kemudian turun surat al-Falaq ini berkaitan dengan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk berlindung dari kejahatan sihir yahudi itu. Usaha yahudi untuk menyihir rasul bisa terjadi, karena kelompok tersebut jagonya sihir. Namun kalau Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam sakit disebabkan sihir, tidak sesuai dengan penegasan al-Qur`an surat al-Isra: 47, yang membantah tuduhan musyrikin sebagai laki-laki yang terkena sihir.
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَسْتَمِعُونَ بِهِ إِذْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ وَإِذْ هُمْ نَجْوَى إِذْ يَقُولُ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا
Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika orang-orang zalim itu berkata: “Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir“. Qs.17:47
Dalam ayat ain ditegaskan:
وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا
orang-orang zalim itu berkata: “Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir. Qs.25:8
Kedua ayat ini mengecam orang yang mengatakan bahwa mu`min itu mengikuti orang yang terkena sihir. Disebutkan pula dalam ayat tersebut bahwa orang yang menuduh sihir pada Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam itu sebagai orang yang zhalim.
Riwayat yang paling shahih adalah yang mengungkapkan bahwa surat al-Falaq ini turun di Mekah setelah surat al-Fil, sedangkan Lubaid bin al-A’sham baru mengenal Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam setelah di Madinah. Oleh karena itu tidak mungkin sebab turun ayat lebih akhir dari ayatnya yang turun.
- Kaitan dengan ayat sebelumnya
Dalam surat al-Ikhlash tersirat bahwa Tauhid itu mencakup dalam (1) ibadah yang tersirat pada ayat pertama, (2) berlindung dan bergantung, sebagaimana tersirat pada ayat kedua, (3) bertindak dan bersikap, sebagaimana tersirat pada ayat ketiga. Surat al-Falaq ini utamanya memberikan didikan bagimana bertauhid dalam berlindung kepada Allah dari berbagai ancaman dan kejahatan makhluq.
- Tafsir tiaf Ayat
- قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai falaq,
Mufasirin berbeda-beda dalam menafsirkan perkataan الفلق antara lain:
(1)سجن في جهَنَّم (penjara di neraka jahannam), sebagaimana pandangan Ibn Abbas, Abu Abd al-Rahman.
(2) بيت في جهنم إذا فُتح صاح جميع أهل النار من شدّة حرّه (suatu tempat dalam neraka jahannam, yang bila dibukan pintunya, maka terbakarlah ahli neraka saking panasnya), sebagaimana dikemukan Ka’b melalui jalur Abi Ubaid.
(3) الصبح (waktu shubuh), sebagaimana dikemukakan oleh Jabir, Mujahid Sa’id bin Jubair dan al-Hasan,
(4) الخلق (ciptaan Allah), seperti dikemukan oleh Ali, Mu’awiyah, Ibn Zaid.[1]
Ayat pertama ini memerintah Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam dan umatnya untuk berlindung kepada Tuhan segala makhluq, yang mengisyaratkan larangan berlindung pada makhluq. Seperti dikemukakan pada kajian surat al-Ikhlash, bahwa hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala tempat belindung dan bergantung, maka ayat ini memerintah hanya berlindung pada al-Khaliq. Dalam setiap shalat, kaum muslimin juga berikrar hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabdi, berbakti, dan berlindung diri.
- مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَdari kejahatan makhluq
Yang dimaksud dengan kejahatan makhluq di sini mencakup berbagai bahaya. Bahaya tersebut ada yang merupakan akibat tabi’at kejahatannya ada pula akibat salah penggunaan. Makhluk yang bertabi’at membahayakan seperti binatang buas, virus penyakit, dan ular berbisa. Sedangkan bahaya akibat salah penggunaannya, seperti racun, narkotika, atau obat-obatan. Setiap muslim diserukan untuk berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang selalu memberi keselamatan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menciptakan kejahatan, tapi makhluk suka berbuat jahat. Oleh karena itu jika ingin selamat, hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala mohon perlindungan dari segala kejahatan makhluq. Kalimat مَا خَلَقَ bersifat umum, mencakup makhluq apa saja yang berpotensi berbuat jahat atau melakukan kejahatan.
Kemudian dirinci pada ayat berikutnya, karena ada yang lebih berbahaya di banduing dengan yang lainnya.
- وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَdari malam ke tika gelap gulita
Ayat ini seakan-akan mengemukakan bahwa malam gelap itu jahat. Yang jahat sebenarnya bukan malam, tapi situasi malam sering mendorong makhluk berbuat jahat. Kejahatan tersebut bisa diakibatkan karena musuh yang mencari kesempatan. Bisa juga diakibatkan timbulnya rasa takut, terancam, ataupun kedinginan. Gelapnya malam juga bisa mengakibatkan timbulnya nafsu pada diri manusia untuk berbuat yang kurang baik. Itulah mungkin salah satu maknanya, mengapa Rasulullah Shalla Allah alaihi wa Sallam menganjurkan bangun malam untuk tahajjud. Bila dibandingkan dengan ayat tahajud, ayat ini menunjukkan bahwa situasi malam akan tergantung kepada manusia. Jika manusia mengambil situasi malam untuk kepentingan ibadah, maka akan mendatangkan derajat tinggi.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Qs.17:79).
Sebaliknya, jika situasi malam itu tidak digunakan sebaik-baiknya, maka akan menimbulkan ancaman kejahatan. Itulah salah satu makna mengapa berlindung dari malam gelap gulita itu sangat penting dalam segala aspek kehidupan.
- وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَد dan dari kejahatan tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,
Perkataan النَّفَّاثَاتِ merupakan bentuk jama dari نفَّاثَة yang berarti wanita tukang sihir yang suka meniup-niupkan mantera. Menurut sebagian mufasir kalimat ini menggunakan bahasa yang sesuai dengan kebiasaan orang Arab ataupun yahudi, yang kebanyakan tukang sihir itu dari kalangan wanita. Namun menurut sebagian ulama kalimat ini melambangkan tukang sihir baik laki-laki maupun wanita yang kebiasaan dalam bersihirnya memecah belah orang yang saling mencintai sehingga menjadi bercerai berai, seperti kaum wanita yang mengadu domba.
Berlindung dari sihir mengandung makna menjaga diri dan keluarga agar jangan sampai terkena sihir dan harus berusaha memberantas ilmu sihir. Banyak keluarga yang ingin selamat dari gangguan sihir itu datang kepedukunan. Padahal mereka tahu bahwa dukun itu berbuat menyelamatkan kliennya dengan cara sihir. Minta dilindungi dari sihir dengan cara sihir lagi tentu saja akan menguntungkan tukang sihir. Bisa saja antara tukang sihir itu bersekongkol untuk memutuskan mana yang bisa dimenangkan dan mana yang dikalahkan. Perlu diketahui bahwa semua tukang sihir dan pedukunan itu minta tolong pada setan, sebagaimana tersirat pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir) yang mengajari sihir pada manusia. (Qs.2:102).
Semua setan telah bersepakat untuk menghancurkan manusia.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ () كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ
(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras. Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat, (Qs.22:3-4).
Jika manusia minta tolong pada setan, maka tentu saja setan itu akan mengadu domba manusia.
- وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki
Hasud ialah iri hati kepada keni’matan orang lain yang disertai dengan usaha untuk menghancurkannya. Hasud merupakan perbuatan yang berbahaya, karena dapat menghanguskan nilai amal kebajikan. Rasulullah Shalla Allah alaihi wa Sallam bersabda:
إيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ إِنَّ الْحَسَدَ يَاْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا . يَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Jauhilah olehmu perbuatan hasad. Sesungguhnya hasad itu dapat menghanguskan nilai kebajikan seperti api menghanguskan bahan bakar. Hr.Abu Daud (IV:276).
Berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari bahaya hasad, merupakan proteksi untuk menjaga kebahagiaan keluarga. Banyak keluarga yang berantakan akibat perbuatan hasad. Bahkan hancurnya hubungan antara Qabil dan Habil putra Adam, adalah karena hasad. Dikutuknya Iblis oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala , akibat hasad pada Adam. Masih banyak contoh lain yang menggambarkan krisis keluarga akibat hasad.
- Beberapa Ibrah
- Ditinjau dari sudut aqidah surat al-falaq ini meberikan gambaran bahwa (1) Tauhid mesti dimanifestasikan dalam perlindungan diri hanya pada Allah jangan berlindung atau bergantung pada selain-Nya, (2) berlindung atau bergantung kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala termasuk ketgori syirik rububiyah, (3) ilmu sihir yang minta bantuan setan termasuk perbuatan syirik.
- Makhluq yang berbahaya bagi manusia terdiri dari (1) situasi dan kondisi seperti malam yang gelap gulita; (2) perbuatan manusia yang minta bantuan setan jahat seperti tukang sihir; (3) penyakit manusia yang memunculkan kejahatan seperti iri, dengki, atau hasad.
- Berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari segala yang membahayakan mesti disertai usaha proteksi diri dan keluarga.
- Hal yang mesti diproteksi dari keluarga berdasar surat al-Falaq
Berlindung dari tantangan situasi dan kondisi yang berpengaruh negatif.
Surat al-Falaq ini mendorong kaum muslimin untuk selalu berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari:
- Kejahatan Makhluq
Yang dimaksud dengan kejahatan makhluq di sini mencakup berbagai bahaya. Bahaya tersebut ada yang akibat tabi’at kejahatannya ada pula akibat salah penggunaan. Makhluk yang bertabi’at membahayakan seperti binatang buas, virus penyakit, dan ular berbisa. Sedangkan bahaya akibat salah penggunaannya, seperti racun, narkotika, atau obat-obatan. Keluarga muslim diserukan untuk berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang selalu memberi keselamatan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menciptakan kejahatan, tapi makhluk suka berbuat jahat. Oleh karena itu jika ingin selamat, hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala mohon perlindungan.
- Malam yang gelap gulita
Ayat ini seakan-akan mengemukakan bahwa malam gelap itu jahat. Yang jahat sebenarnya bukan malam, tapi situasi malam sering mendorong makhluk berbuat jahat. Kejahatan tersebut bisa diakibatkan karena musuh yang mencari kesempatan. Bisa juga diakibatkan timbulnya rasa takut, terancam, ataupun kedinginan. Gelapnya malam juga bisa mengakibatkan timbulnya nafsu pada diri manusia untuk berbuat yang kurang baik. Itulah mungkin salah satu maknanya, mengapa Rasulullah Shalla Allah alaihi wa Sallam menganjurkan bangun malam untuk tahajjud. Bila dibandingkan dengan ayat tahajud, ayat ini menunjukkan bahwa situasi malam akan tergantung kepada manusia. Jika manusia mengambil situasi malam untuk kepentingan ibadah, maka akan mendatangkan derajat tinggi (Qs.17:79). Sebaliknya, jika situasi malam itu tidak digunakan sebaik-baiknya, maka akan menimbulkan ancaman kejahatan. Itulah salah satu makna mengapa berlindung dari malam gelap gulita itu sangat penting dalam kehidupan keluarga.
- Tukang Sihir
Berlindung dari sihir mengandung makna menjaga diri dan keluarga agar jangan sampai terkena sihir dan harus berusaha memberantas ilmu sihir. Banyak keluarga yang ingin selamat dari gangguan sihir itu datang kepedukunan. Padahal mereka tahu bahwa dukun itu berbuat menyelamat-kan kliennya dengan cara sihir. Minta dilindungi dari sihir dengan cara sihir lagi tentu saja akan menguntungkan tukang sihir. Bisa saja antara tukang sihir itu bersekongkol untuk memutuskan mana yang bisa dimenangkan dan mana yang dikalahkan. Perlu juga disadari bahwa semua tukang sihir dan pedukunan itu minta tolong pada setan (Qs.2:102). Semua setan telah bersepakat untuk menghancurkan manusia (Qs.22:3-4). Jika manusia minta tolong pada setan, maka tentu saja setan itu akan mengadu domba manusia. Perbuatan sihir termasuk golongan dosa terbesar yang sangat membahayakan (Hadits Muttafaq Alaih). Oleh karena itu setiap anggota keluarga seharusnya berlindung dari sihir itu hanya kepada Allah .
- Orang Hasud
Hasud ialah iri hati kepada keni’matan orang lain yang disertai dengan usaha untuk menghancurkannya. Hasud merupakan perbuatan yang berbahaya, karena dapat menghanguskan nilai amal kebajikan. Rasulullah Shalla Allah alaihi wa Sallam bersabda:
إيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ إِنَّ الْحَسَدَ يَاْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا . يَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Jauhilah olehmu perbuatan hasad. Sesungguhnya hasad itu dapat menghanguskan nilai kebajikan seperti api menghanguskan bahan bakar. Hr.Abu Daud (IV:276).
Berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari bahaya hasad, merupakan proteksi untuk menjaga kebahagiaan keluarga. Banyak keluarga yang berantakan akibat perbuatan hasad. Bahkan hancurnya hubungan antara Qabil dan Habil putra Adam, adalah karena hasad. Dikutuknya Iblis oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala , akibat hasad pada Adam. Masih banyak contoh lain yang menggambarkan krisis keluarga akibat hasad.
- Memproteksi keluarga dari berbagai kejahatan berdasar surat al-Falaq
Ditinjau dari aspek proteksi, Surat al-Falaq ini menggambarkan bahwa jika keluarga ingin tetap harmonis, langkah yang ditempuh adalah
- Hanya mempertuhankan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai satu-satunya Rabb,
- Berlindung hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala , pantang minta bantuan pedukunan dan sihir.
- Menjaga diri dan keluarga dari kejahatan makhluq, juga memberantas kejahatan. Seperti diterangkan di atas, bakwa kejahatan makhluq itu ada yang diakibatkan oleh tabi’at makhluq jahat, seperti binatang buas yang mengancam manusia. Ada pula yang diakibatkan ulah manusia merekayasa sesuatu yang baik menjadi membahayakan, seperti narkoba, atau obat-obatan yang diubah menjadi racun.
- Menjaga diri dan anggota keluarga dari ancaman di waktu malam serta menggunakan situasi malam untuk kepentingan ibadah,
- Memberantas sihir, baik sihir yang bersifat, maupun sihir yang bersifat ilimyah, yang menyilaukan. Segala yang dapat menyilaukan, atau mempesonakan, baik pedukunan maupun Ilimyah mesti tetap diwaspadai. Adpun sihir yang menggunakan jasa setan, lebih bahaya lagi akibatnya, serta lebih besar lagi dosanya. Menurut al-Azhari, sebagai dikutip oleh Ibn Manzhur, sihir ialah segala perbuatan yang mendekatkan diri pada setan dan mengharapkan bantuannya untuk kepentingan tertentu dalam mengubah keadaan. Masuk pula pada kategori sihir:
الأخْذَة الَّتِي تَأخُذُ العَيْن حَتَّي يظن أنَّ الأمْرَ كَمَا يُرَى وَلَيْسَ الأصْل عَلى مَا يُرَى
Menyulap penglihatan seseorang, sehingga terlihat sesuatu seperti apa yang dilihat, padahal sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang dilihat.[2] Demikian pula ilmu sihir yang tidak nampak kebatilannya sebab seperti kebenaran. Oleh karena itu sihir juga diartikan:
إخْرَاج البَاطل بِصُورَةِ الحَق
Menampilkan kebatilan dengan (berkedok) digambarkan seperti kebenaran. Sihir juga bermakna sesuatu yang tersembunyi, karena pelaku sihir biasanya tidak mau berterus terang tentang apa yang diperbuat sebenarnya.[3]
Al-Qur’an menjelaskan tentang adanya sihir seperti pada peristiwa Nabi Musa dengan Fir’aun. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
قَالُوا يَامُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ نَحْنُ الْمُلْقِينَ(*)قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ(*)وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ(*)
Ahli-ahli sihir berkata: “Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, atau kami yang akan melemparkan?. Musa menjawab: “Lemparkanlah (lebih dahulu)”. Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). dan Kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!”. Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa-apa yang mereka sulapkan. Qs.7:115-117
Dalam ayat di atas tersirat bagaimana sifat tukang sihir yang tampak perbedaannya dengan mu’jizat Nabi. Perbuatan tukang sihir itu menyilaukan pandangan orang yang melihat dengan cara tipu daya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran bukan karena kejadian yang nyata tapi disebabkan oleh tipu daya tukang sihir. Sedangkan mu’jizat merupakan kejadian yang sebenarnya dan atas perintah Allah SWT. Mu’jizat tidak mengandung tipu daya, sedangkan sihir penuh dengan tipu daya. Cara-cara sihir juga tidak nampak dipermukaan, kecuali hanya hasil usahanya saja agar manusia lain merasa terpesona. Perbuatan sihir tidak terlepas dari unsur kemusyrikan. Rasul SAW bersabda:
مَنْ عَقَد عُقْدَةً ثُمَّ نَفَثَ فِيْهَا فَقَدْ سَحَرَ وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ
Barangsiapa membuhul tali dan meniupnya berarti telah melakukan sihir dan barang siapa yang melakukan sihir berarti ia telah syirik. (H.R. An-Nasa`iy dari Abu Hurairah).[4]
Menurut Syekh Rajab bin Ahmad, ahli ilmu kalam, kemusyrikan tukang sihir karena di dalamnya terdapat keyakinan bahwa perbuatannya itu betul-betul memberi kesan kepada orang yang disihirnya, tanpa adanya campur tangan Tuhan. Dengan demikian berarti dia telah menyekutukan Allah SWT dalam kekuasaan-Nya. Menurut Al-Ghazali ilmu sihir termasuk العلم المذموم (ilmu tercela), karena lebih banyak memberi madlarat (kerugian) pada tukang sihir itu sendiri dan orang-orang yang disihirnya.[5]
Banyak orang beranggapan bahwa sihr itu merupakan warisan dari Nabi Sulaiman. Anggapan semacam ini bertentangan dengan al-Qur`an:
وَاتَّبِعُوْا مَا تَتْلُوْا الشَّيَاطِيْنُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى المَلَكَيْنِ بِبَابِيْلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ المَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَآرِّيْنَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ الله وَبَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرَــهُ مَالَهُ فِى الآخِرَةِ خَلاَقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَو كَانُوْا يَعْلَمُونَ* البقرة:
Mereka mengikuuti apa yang dibacakan syetan (tukang sihir) pada masa kerajaan Sulaiman; dan Sulaiman itu bukan orang kafir, tetapi syetanlah yang kafir. Mereka ajarkan ilmu sihir kepada manusia, dan apa-apa yang diturunkan kepada dua malaikat; Harut dan Marut di negeri Babil. Keduanya tidak mengajarkan sihir kepada seseorang, melainkan lebih dahulu berkata: Kami ini hanya mendatangkan cobaan, sebab itu janganlah engkau kafir. lalu mereka mempelajari dari apa-apa yang akan menceraikan antara suami dengan isterinya. Mereka itu tidak memberi melarat kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari apa-apa yang melarat kepada mereka dan tidak memberi manfaat bagi mereka. sesungguhnya mereka itu telah tahu, siapa yang membeli sihir (mengerjakannya) tak adalah untuknya bagian di akhirat. sesungguhnya amat jahat orang-orang yang menjual dirinya dengan sihir, jika mereka mengetahui. Qs. Al-Baqarah, 2: 102.
Ibnu Katsir menerangkan bahwa zaman Nabi Sulaiman telah terjadi pencurian keterangan oleh para tokoh setan. Setan itu biasanya mengintip informasi tentang nasib manusia dan menyampaikannya kepada para tokoh pedukunan. Mereka menuliskan apa yang didengar dari Nabi Sulaiman dan menyembunyikannya. Tatkala Nabi Sulaiman wafat, para tokoh setan itu membongkar kembali tulisannya. Mereka mengumumkan bahwa Nabi Sulaiman memiliki keajaiban itu karena adanya bacaan, mantera dan jimat-jimat. Di antara mereka juga ada yang melukis cincin Nabi Sulaiman dan menyebarluaskannya sebagai ajimat. Para tokoh yahudi pun mempercayai bahwa mantera dan jimat-jimat itu diajarkan Nabi Sulaiman. Tatkala Rasul SAW di utus pun, masih banyak yang mempercayai ajaran palsu itu. Al-Qur’an surat 2: 102 tersebut di atas merupakan bantahan terhadap kekeliruan anggapan yahudi tersebut.[6]
- Memberantas pedukunan, paranormal, ramalan-ramalan. Pedukunan dapat menghancurkan empat puluh hari nilai ibadah shalat. Shalat orang konsultasi ke dukun, akan ditolak selama empat puluh malam. Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Barang siapa yang datang pada dukun peramal, kemudian menanyakan sesuatu untuk konsultasi, maka shlatnya tidak diterima selama empatpuluh malam. Hr. Muslim.[7]
- membersihkan diri dan keluarga dari sifat hasad, iri, dengki. Dengki, hasad, iri merupakan penyakit yang membahayakan baik bagi penderitanya, maupun pada fihak lain. Jika penyakit iri dengki jika melanda keluarga, akan mudah mengganggu keharmonisan. Dengki adalah merasa benci pada orang yang mengalami kemajuan. Dia senang kalau orang lain menderita. Dia akan menderita, jika melihat orang lain bahagia. Seruan Rasul Shalla Allah alaihi wa Sallam di atas menegaskan bahwa iri dengaki bakal menggerogoti amal kebaikan bahkan menghancurkannya.
- Beberapa aspek proteksi keluarga berdasar surat al-Falaq
- Ditinjau dari aspek proteksi, Surat al-Falaq ini menggambarkan bahwa jika keluarga ingin tetapharmonis, langkah yang ditempuh adalah (1) menjadikan Allah sebagai satu-satunya Rabb, (2) berlindung hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala , (3) menjaga diri dan keluarga dari kejahatan makhluq, juga memberantas kejahatan, (4) menjaga diri dan anggota ke-luarga dari ancaman di waktu malam serta menggunakan situasi malam untuk kepentingan ibadah, (5) memberantas sihir dan pedukunan, (6) membersihkan diri dan keluarga dari sifat hasad.
- Ditinjau dari sudut pendidikan dalam keluarga surat al-Falaq ini memberikan gambaran bahwa dalam mendidik anak bukan hanya yang mendorong kemajuan, tapi juga yang dapat memfilter diri mereka dari pengaruh negative, baik yang bersifat informasi, situasi kondisi, maupun perkembangan makhluq.
- Istilah النَّفَّاثَاتِ yang mesti diwaspadai dalam proteksi keluarga, mencakup segala wanita yang menghembuskan pengaruh. Sihir pun ada yang bersifat magic ada pula non magik. Sihir wanita yang sifatnya non magic utamanya pesona yang selalu menggoda yang bisa berpengaruh pada ikatan aqad pernikahan. Betapa banyak rumah tangga berantakan diakibatkan pesona wanita lain. Surat al-Falaq ini mengajarkan agar setiap muslim waspada dan selalu berlindung dari setiap godaan. Sihirnya النَّفَّاثَاتِ bisa dalam bentuk rayuan yang mempessonakan hingga tergiur untuk ma’siat, bisa juga ucapan-ucapan yang propokatif hingga menimbulkan krisis keluarga.
Dengan perkembangan serta kemajuan tekonologi informasi, semakin mudah orang jahat menghancurkan mangsanya. Saat ini telah banyak ditemukan orang yang trjerumus pada kehancuran akibat terkena rayuan. Kecantikan wanita saat ini juga telah digunakan oleh lawan politik untuk marih kekuasaan. Dalam bisnis pun tidak terkecuali, banyak yang menggunakan jasa wanita perayu, demi memuluskan proyek yang diingikannya. Inilah pentingnya kaum muslimin berlindung pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari berbagai النَّفَّاثَاتِ yang membahayakan.
-=o0o=-
[1] Ibn Jarir al-Thabari, Jami al-Bayan, XXIV h.699-701
[2] Lisan al-Arab, IV h.348
[3] Tafsir al-Maraghi, I h.179
[4] Sunan al-Nasa`iy, , VII h.112
[5] Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (450-505H), Ihya Ulum al-Din, I h.29
[6] Tafsir ibn Katsir, I h.136
[7] shahih Muslim, XI h.273 no.4137