SILATURAHIM YANG MERAIH RAHMAH Berdasar isyarat Qs.9:71
SILATURAHIM MERAIH RAHMAH
Beradasr isyarat Qs.9:71
A. Pentingnya Silaturahim
Sudah berjalan sejak lama, tradisi di negeri kita mengadakan acara silaturrahim pasca idul fithri. Walau sebenarnya silaturrahim itu mesti dilakukan setiap saat, tak terbatas waktu dan tempat, tapi tak ada salahnya tradisi tersebut dikembangkan. Shahabat Rasul SAW menyampaikan tahni`ah sesamanya dengan berdo’a تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُم dan yang menerima ucapannya menjawab نَعَمْ، تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُم (semoga Allah menerima segala amal ibadah kami dan ibadah anda). Kebiasaan ini memberi isyarat adanya saling sapa ketika hari ied, baik iedul-Fithri maupun iedul-Adlha. Pentingnya shilaturrahim, tidak ada keraguan lagi, antara lain sebagai berikut.
1. Shilaturahim sebagai kewajiban setiap mu`min
Setiap mu`min berkewajiban menjalin silaturahim utamanya kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia maupun sesame mkhluq. Rasul SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, hendaklan menjalin shilaturahimnya. Barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam. Hr. al-Bukhari.[1]
2. Yang tidak silaturahim putus dengan Arsy Allah
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ “Ikatan kekeluargaan tergantung di arasy, dia mengatakan barang siapa menjalin hubungan baik dengan ku, maka Allah akan menjalinnya. Barang siapa yang memutuskan hubungan denganku, maka Allah pun akan memutuskan hubungan dengannya”. Hr. Bukhari dan Muslim.[2] Berdasar hadits orang yang tidak mau menjalin shilaturrahim, bakal putus hubungan dengan Allah SWT. Tegasnya hubungan baik seseorang dengan Arsy Allah dipengaruhi oleh terjalin atau tidaknya hubungan dengan sesame manusia.
3. Shilaturahim meraih rejeki memanjangkan usia
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Anas Bin Malik berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:“Barangsiapa yang menginginkan diperluas rezekinya, dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah menjalin shilaturrahim”. Hr. al-Bukhari[3]
Hadits ini merupakan jaminan dari Rasulullah bahwa orang yang menjalin silaturrahim, bakal luas rezekinya dan panjang usianya. Dengabn terjalin shilaturahim akan terbuka jaringan kehidupan, maka usaha akan mudah. Dengan shilaturahim persoalan bisa bisa diatasi bersama, maka kesehatan akan terpelihara, maka memanjngkan usia. Yang dimaksud dengan luas rezeki, tentu saja tidak identik dengan banyak harta. Tidak sedikit orang yang banyak hartanya, tapi rezekinya sempit. Tidak sedikit orang yang sedikit hartanya, tapi rezekinya luas. Demikian pula yang dimaksud dengan panjang usia, tidak identik dengan hidup sampai lanjut usia. Bukankah ada orang yang berusia lanjut, tapi telah mati eksistensinya? Orang dikenang bukan karena umur panjang, tapi karena memberi manfaat bagi banyak orang. Manusia berjaya bukan karena panjang usia, tapi karena berkarya dan berjasa untuk sesama.
4. Sempit rejeki, pendek usia akibat putus silaturahim
Hadits مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ selain sebagai jaminan bahwa yang menjalin silaturahim bakal meraih rejeki dan panjang usia, juga memberi isyarat bahwa yang memutuskan shilaturahim bakal mendapatkan akibat sebaliknya yaitu akan sulit rejeki dan berusia pendek. Putus persudaraan bisa memendekan usia karena membawa stress yang mendatangkan penyakit. Putus silaturahim juga mempersempit jaringan, maka akan sempit rejeki.
5. Erat Shilaturahim dicintai putusnya dibenci
Sesuai dengan namanya, صِلَةُ الرَّحِم shilaturrahim mengandung arti jalinan kasih sayang atau persaudaraan dan kekeluargaan. Untuk mendapatkan kasih sayang, maka harus lebih dahulu menyayangi yang lain. Rasulullah SAW bersabda:إِنَّهُ مَنْ لا يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ Sesungguhnya barangsiapa yang tidak menyayangi, niscaya tidak akan disayangi . Muttafaq alaih dari Abi Hurairah.[4] Orang yang ingin disayangi Allah SWT harus menyayangi manusia. Rasul SAW bersabda:مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ “ Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia, maka tidak akan mendapat kasih sayang Allah SWT . Hr. Bukhari dan Muslim, [5] Oleh karena itu shilaturrahim, bukan hanya mesti ditingkatkan kuantitasnya, tapi juga perlu dibina kualitasnya. Shilaturrahim tidak hanya bersifat lahiriyah tapi juga bathiniah. Tidak hanya berjabat tangan atau mushafahah, tapi juga berjabat hati mengikat ukhuwah. Persoalnnya ada seperti apa menjalin silaturahim berdasar kasih sayang Allah dan untuk meraih rahmah-Nya itu?. Kajian ini langkah silaturahim berdasar Qs.9:71
B. Teks Ayat qs.9:71dan Tarjamahnya
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ()
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.. Qs.9:71
C. Isyarat Ayat
Dalam ayat ini tersirat langkah yang harus ditempuh dalam menjalin silaturahim mememelihara kasih sayang sesama agar mendapat kasih sayang Allah antara lain :
1. Menjadi Pengayom sesama
Saling menolong dan mengayomi serta memimpin sesama. Langkah ini tersirat pada pangkal ayat وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ Saling tolong sesama mu’min hanyalah dalam kebaikan dan takwa. Orang mu’min tidak boleh menolong sesamanya dalam kema’siatan atau pelanggaran. Mereka juga saling mengayomi dan memimpin di jalan yang benar. Perkataan أَولِيَاء merupakan bentuk jama dari wali. Wali berarti penolong, pemelihara, pengurus, pengayom dan pelindung. Kaum mu’minin satu sama lain saling melindungi, saling menolong, saling menjaga. Mereka bagaikan satu tubuh yang saling merasakan, atau bagaikan dalam satu bangunan yang setiap komponennya saling menunjang. Gambaran semacam ini terungkap juga dalam hadits antara lain:الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا orang mu’min bagi mu’min yang lainnya bagaikan satu bangunan, yang saling memperkokoh satu sama lain. Hr. al-Bukhari.[6] Bangunan bisa kokoh karena setiap komponen saling menunjang dan tidak bertentangan satu sama lain. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى Perumpamaan sesama mu’min dalam saling mencintai, saling menyayangi dan saling mengayomi, tak ubahnya seperti satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit dan demam. Hr. Muslim.[7]
Inilah gambaran pergaulan sesama mu’min. Betapa erat hubungannya di lingkungan mereka. Keeratan mereka tak ubahnya bagaikan satu tubuh. Jika di antara mu’min ada yang merasakan penderitaan, maka anggota yang lain ikut merasakan dan sekaligus ikut mengatasinya.
2. amar ma’ruf nahyi munkar.
Amar ma’ruf dan nahyi munkar sesama mu’min, mengandung arti bahwa kasih sayang tidak boleh memberikan kesempatan berma’siat. Langkah ini tersirat pada kalimat يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Amar ma’ruf nahy munkar tidak terlepas dari segala aspek kegiatan sesama mu’min. Karakteristik inilah yang membedakan antara mu’min dengan munafiq. Dalam ayat sebelumnya (Qs.9:67) ditandaskan bahwa munafiq suka saling membantu di antara sesamanya dalam mencegah yang ma’ruf dan mengembangkan yang munkar. Orang mu’min justru selalu menegakkan yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran. Pelaksanaan amar ma’ruf nahy munkar ini, tidak terhalang oleh siapa pun. Dikaitkan dengan potongan ayat di atas, jelaslah bahwa kerjasama serta saling bantu sesama mu’min itu dalam menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Dalam menjaga persaudaraan sesama, bukan berarti membiarkan orang lain bersalah. Kasih sayang yang dijaga, bukan hanya untuk kepentingan dunia, tapi juga untuk keselamatan di alam baqa. Menjaga hak asasi manusia bukan berarti memberi kebebasan pelanggaran tapi harus tetap menegakkan kebenaran. Inilah perbedaan antara saling menyayangi berdasar birahi, dengan yang berdasar rahmat Ilahi. Memerintah yang ma’ruf dan mencegah yang munkar juga mengandung arti memelihara yang berdampak baik tehadap silaturahim serta menjauhi ucap, sikap dan tindakan yang menimbulkan terganggunya silaturahim.
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ () إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ () يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ () يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ ()
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Qs.49:9-11
Mencegah hal-hal yang menganggangu jalinan silatihaim berdasar isyarat ayat di atas antara lain (1) وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا mendamaikan yang berselisih (2) فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ menghukum yang membangkang atau yang tidak mau damai, sehingga kembali ke jalan perdamian yang diperintahkan Allah. (3) فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ bersikap dan bertindak adil pada semua fihak (4) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ membangun persaudaraan dan kekeluargaan berdasar taqwa. (5) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ jangan memperolokan fihak manapun, dan jangan menganggap spele yang lain. (6) وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ jangan mencela diri ataupun fihak lain (7) وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ jangan memberi julukan buruk, atau memberi sebutan yang tidak disenangi fihak manapun. (8) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ jauhi buruk sangka dan saling mencurigai. (9) وَلَا تَجَسَّسُوا jengan mencari-cari kesalahan dan kelemahan fihak lain. (10) وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ jangan menggunjing, menceritakan kejelekan atau mengumpat fihak lain. (11) وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌtetap bertaqwa dan bertaubat dari segala kesalahan serta saling memaafkan sebagaimana Allah penerima taubat dan Maha penyayang.
3. menegakkan shalat.
Menegakkan shalat tersurat pada firman-Nya وَيُقِيمُونَ الصَّلَاة secara individu ibadah ini merupakan kontak utama dengan Allah SWT sebagai Maha Pencipta. Dengann demikian silaturahim yang mendatangkan rahmat Ilahi, bukan hanya menjalin komunikasi sesama manusia, tapi juga dengan al-Khaliq. Apalah arti bisa kemunikasi secara cerat dengan manusia kalau terputus hubungan dengan Tuhannya. Shalat merupakan ibadah utama terdiri ucapan, perbuatan, sikap dan perasaan dikerahkan untuk kontak dengan Tuhan. Hikmah yang didapat tidak hanya bersifat ritual kerohanian, tapi juga sosial kejasmanian. Dalam ibadah shalat terkandung shilaturahim bukan hanya dengan al-Khaliq, tapi juga dengan diri sendiri. Shilaturahim dengan diri sendiri, mencakup 3R yaitu rasio, rasa dan raga. Para peneliti[8] telah menemukan berbagai manfaat gerakan raga shalat bagi kesehatan antara lain: (1) Hkimah dan Manfaat Takbiratul Ihram : Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas. (2). Hikmah dan Manfaat Gerakan Rukuk : Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah. (3). Hikmah dan Manfaat Gerakan I’tidal :Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan. (4.) Hikmah dan Manfaat Gerakan Sujud : Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posis jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan. (5). Hikmah dan Manfaat Gerakan Duduk diantara Dua Sujud : Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita. (6). Hikmah dan Manfaat Gerakan Salam : Gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah. Menegakkan shalat secara berjamaah juga mengandung hikmah sosial dalam kepemimpinan kehidupan bermasyarakat.
4. menunaikan zakat.
Zakat merupakan bagian dari sialturahim tersurat pada kalimat وَيُؤْتُونَ الزَّكَاة Syari’ah Islam mengakui adanya kebebasan memiliki kekayaan bagi setiap individu maupun kelompok. Namun dalam harta yang dimiliki terdapat hak orang lain yang mesti diberikan pada yang berhak menerimanya. Itulah system zakat yang menemkan kesadaran silaturahim dalam bentuk harta alias berbagi keni’matan dan kesejahteraan. Zakat merupakan perwujudan ibadah harta. Secara garis besarnya terdiri dari zakat harta, dan zakat fitrah. Kesemua zakat tersebut diambil dari muslim, dikelola oleh muslim dan digunakan untuk kepentingan kemajuan kaum muslimin. Menunaikan zakat mencakup pada perbaikan kualitas ekonomi dan kesejahteraan umat, serta memenuhi hak dan kewajiban lainnya yang bersifat materi. Zakat juga merupakan jembatan jalinan silaturahim antara yang kaya dengan yang papa, yang terkadang terhalang oleh jurang perbedaan kedudukan.
(5) berpegang teguh pada al-qur`an dan sunnah.
Kalimat وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَه mengisyaratkan bahwa dalam silaturahim mesti meningkatkan ketaan pada Allah dan Rasul-Nya. Sebenarnya keempat langkah di atas pun merupakan bagian dari taat pada Allah dan rasul-Nya. Lalu mengapa ditegaskan kembali secara eksplisit di sini? Ini mengandung arti penegasan pentingnya berpegang pada al-Qur`an dan al-Sunnah. Taat pada Allah dengan menjalankan al-Qur`an dan taat pada Rasul dengan mengikuti sunnah Rasul SAW. Oleh karena itu kalimat ini sebagai isyarat perintah silaturahim dengan aturan syari’ah. Bila lima langkah sialturahim di atas terpenuhi, maka jaminannya rahmat danb kasih sayang Allah SWT akan tercurah sebagaimana pada pengunci ayat ditegaskan: أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ . (mereka itulah orang-orang yang mendapat rahmat dari Allah SWT. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi bijaksana. Semoga kita meraih rahmat-Nya. Amiiin.
[1] Shahih al-Bukhari, no.5673
[2] Shahih muslim, juz XII h.407 no.4635
[3] Shahih al-Bukhari, juz VII h.228 no.1925
[4] shahih Muslim, no.1145
[5] shahih muslim, no.4283
[6] shahih al-Bukhari, no.459
[7] shahih Muslim, no.4685
[8] http://candrazr.wordpress.com/2012/08/13/manfaat-gerakan-sholat-bagi-kesehatan/