TAFSIR ALFATIHAH: 04
s03. AL-FATIHAH:04
A.Teks Ayat dan terjemahnya
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai hari pembalasan.
B.Kaitan dengan ayat sebelumnya
1. Pada ayat sebelumnya diterangkan bahwa Allâh SWT itu memiliki segala pujian, Tuhan alam semesta yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penyayangnya Allâh tanpa batas, Pengasih-Nya sesuai dengan apa yang Ia janjikan. Setelah hamba-Nya menyadari akan kasih sayang Allâh yang tanpa batas, maka pada ayat ke empat ini diingatkan bahwa mereka akan menemui ajal, menghadapi hari pembalasan di alam lain yaitu alam akhirat. Allâh SWT bukan hanya menguasi alam kini, tapi juga alam mendatang.
2. Jika ayat sebelumnya difahami implikasinya menanamkan jiwa tauhîd rubûbiyah, ayat ini menanamkan jiwa tauhîd Mulkiyah.
C.Tinjauan Historis
Ayat 4 dari surat al-Fatihah ini turun sekaligus dengan keenam ayat lainnya. Salah satu perbedaan antara Al-Qur`ân dengan kitab lainnya adalah dari segi cara turun. Jika Taurat, dan Injil turun sekaligus, maka Al-Qur`ân turun secara berangsur, disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi, atau karena pertanyaan shahabat, atau kebutuhan lainnya. Sedangkan banyaknya ayat yang turun, ada yang sekaligus satu surat, ada pula beberapa ayat, dan ada pula yang hanya sebagian ayat. Surat al-Fâtihah, termasuk yang diturunkan sekaligus tujuh ayat.[1] Oleh karena itu historis ayat ini sama dengan hitoris seluruh ayat dari al-Fâtihah.
D.Tafsir kalimat
1. مَالِكِ
Perkataan ini berasal dari م ل ك , dibaca مَلَكَ – يَمْلِكُ malaka, berarti mempunyai atau memiliki, مَلَكٌٍ berarti Malaikat, مُلْكٌٍ kerajaan, مِلْكٌٍ kepunyaan, مَلِك raja, مُلُك raja-raja, sedangkan مَالِك berati yang merajai, yang menguasai atau yang memiliki.[2] Perkataan ملك yang tercantum dalam Al-Qur`ân, disimpulkan oleh al-Damaghani, ma’nanya mencapai sepuluh arti yaitu : (a) القُدرَة kekuasaan seperti pada Qs.7:188, (b) الغِنى kekayaan seperti pada Qs.5:20, (c) الإمَارة pemerintahan, seperti pada Qs.12:101, (d) kenabian seperti pada Qs.2:251, (e) الضبْط menguasai, seperti pada Qs.36:71, (f) الخزَانة pembendaharaan seperti pada Qs.57:5, (g) العَمد kesengajaan, Qs.20:87, (h) نُزُول المَلائِكة turun malaikat, pada Qs.76:20, (i) الفضيلة و المنْزِلة kedudukan dan keutamaan, seperti pada Qs.37:35, (j) المِلْك kepemilikan, seperti pada Qs.33:50. [3]
Dalam tarjamah Al-Qur`ân Depag RI, perkataan مَالك pada Qs.1:4 diartikan yang menguasai, pada Qs.3:26 diartikan yang memiliki, pada Qs.43:77 diartikan Malik sebagai nama Malaikat penjaga neraka. Perkatan ملك selanjutnya, dalam Al-Qur`ân menurut tarjamah Depag RI, dapat dilihat pada tabel berikut:
TULISAN |
No Surat: No ayat |
Artinya |
مُلْك |
2:102 / 2:107 / 3:189 / 5:17 / 5:18 / 5:40 / 5:120 / 7:158 / 9:116 / 24:42 / 25:2 / 38:10 / 39:44 / 42:49 / 43:51 / 43:85 / 45:27 / 48:14 / 57:2 / 57:5 / 85:9 / |
kerajaan |
مَلِك |
18:79 / 114:2 |
raja |
المَلك |
2:247 / 2:251 / 2:258 / |
pemerintahan |
الملك |
3:26 / 4:53 / 12:101 / 17:111 / 25:26 / 35:13 / 39:6 / 64:1 / 61:1 / |
kerajaan |
الملك |
6:73 / 22:56 / |
kekuasaan |
المَلِك |
12:43 / 12:50 / 12:54 / 12:72 / 12:76 / 20:114 / 23:116 / 59:23 / 62:1 |
raja |
الْمَلِك juga termasuk asma Allâh al-Husnâ. Allâh SWT adalah yang Maha memiliki, Maha mengusai, dan Maha merajai. Jabatan kata مَالِكِ (dibaca: Mâliki) pada ayat ini sebagai badal dari lafazh ألله, bukan sifat darinya.[4] Dengan demikian Allâh SWT yang memiliki sifat Rabb al-‘alamîn, juga mempunyai kedudkan sebagai Mâlik.
2. يَوْمِ hari/priode/masa
Perkataan يَوْمِ yang tercantum dalam Al-Qur`ân, ma’nanya, tidak kurang dari enam arti: (a) periode, seperti pada Qs.41:9 dan Qs.22:47, (b) hari, seperti pada Qs.32:5, (c) kiamat, seperti pada Qs.36:65, (d) saat atau waktu, seperti Qs.19:15, (e) peristiwa atau kejadian, seperti pada Qs.30:4, (f) siang hari, seperti pada Qs.6:158.[5]
3. الدِّينِ pembalasan
Perkataan الدِّينِ dalam Al-Qur`ân, terkadang berma’na agama, ketaatan, hari kiamat, ibadat, terkadang berarti hari pembalasan. Lebih jelasnya, dengan berpedoman pada tarjamah Depag RI, arti الدِّيْن bisa dilihat pada tabel berikut:
Kata |
Surat:ayat |
Artinya |
الدِّيْن |
1:4 / 37:20 / 38:78 / 51:6 / 51:12 / 56:56 / 70:26 / 74:46 / 82:15 / 82:17 / 82:18 / 63:11 |
pembalasan |
الدِّيْن |
2:132 / 2:254 / 3:19 / 4:46 / 8:39 / 8:72 / 9:11 / 9:33 / 9:36 / 9:122 / 12:40 / 22:78 / 30:30 / 31:32 / 33:5 / 39:3 / 39:11 / 42:13 / 42:21 / 48:28 / 60:8 / 60:9 / 61:9 / 98:5 / |
agama |
الدِّيْن |
2:193 / 7:29 / 10:22 / 16:52 / 29:65 / 39:2 |
ketaatan |
الدِّيْن |
15:35 / 26:82 / |
Hari kiamat |
الدِّيْن |
40:14 / 40:65 / |
ibadat |
Dengan demikian, ayat Mâliki Yaumiddin, dalam surat al-Fatihah itu terdiri dari tiga kata: (1) Mâliki, yang berarti raja, penguasa, atau pemilik mutlak; (2) yaum, berarti hari, masa, saat, era, atau zaman, (3) al-Din, berarti pembalasan, pemutusan, atau penetapan putusan.
[1] Al-Zuhayli, al-Tafsir al-Munir, I h.16
[2] Kamus al-Munawir, h.1455
[3] al-Husayn al-Damaghani (lahir: 400H), Ishlah al-Wujuh wa al-Nzha`ir fi al-Qur`an al-Karim, h. 440
[4] al-‘Ukburi (538H-616H), Imlâ mâ manna bih al-Rahmân, I h.12
[5] al-Husayn al-Damaghani (lahir: 400H), Ishlah al-Wujuh wa al-Nzha`ir fi al-Qur`an al-Karim, h.507