TANDA AKHIR ZAMAN (kajian hadits riwayat al-Bukhari dari Anas)
DIANTARA TANDA AKHIR ZAMAN
(kajian hadits riwayat al-Bukhari dari Anas)
A. Teks Hadits yang Dikaji
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ لَأُحَدِّثَنَّكُمْ حَدِيثًا لَا يُحَدِّثُكُمْ أَحَدٌ بَعْدِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتُشْرَب الخَمْرُ وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ
Anas bin Malik yang menyatakan: Saya akan sampaikan hadits yang mungkin tidak ada yang menyampaikannya seorang pun sepeninggalku. Saya mendengar Rasul SAW bersabda: di antara tanda akhir jaman; sedikitnya ilmu, munculnya kebodohan, merajalela perzinahan, merebaknya khamr, banyaknya kaum wanita sedikitnya pria, sehingga satu pria berbanding lima puluh wanita. Hr. al-Bukhari.[1]
B. Syarah al-Hadits
1. عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ hadits ini diriwayatkan dari Aanas bin Malik.
Anas bin Malik urutan ke tiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan hadist, Ia meriwayatkan sebanyak 2.286 hadits. beliau adalah (Khadam) pelayan Rasulullah yang terpercaya, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya Ummu sulaiman membawanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk berkhidmat. Ayahnya bernama Malik bin an-Nadlr. Anas bin Malik tidak berperang dalam perang Badar yang akbar, karena usianya masih sangat muda. Tetapi ia banyak mengikuti peperangan lainnya sesudah itu. Pada hari hari terakhir masa kehidupannya, Anas pindah ke Basrah, yang menjadikan satu satunya sahabat Nabi disana. Ia wafat pada tahun 93 H dalam usia melampaui seratus tahun
2. قَالَ لَأُحَدِّثَنَّكُمْ حَدِيثًا لَا يُحَدِّثُكُمْ أَحَدٌ بَعْدِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ Anas bin Malik yang menyatakan: Saya akan sampaikan hadits yang mungkin tidak ada yang menyampaikannya seorang pun sepeninggalku. Saya mendengar Rasul SAW bersabda
Perkataan لاحدثنكم berfungsi sebagai jawab sumpah yang tidak disebutkan. Aslinya ialah والله لاحدّثنكم yang berarti “Demi Allah aku akan kabarkan kepadamu“. Ada yang meriwayatkan bahwa Anas pada saat itu bertanya kepada para shahabatnya: Apakah tidak perlu aku sampaikan hadits yang sangat penting? Shahabatnya menjawab: Ya. Kemudian Anas me-nandaskan لاحدّثنكم. Kalimat لايحدثكم احد بعدي dalam riwayat Mulim tidak dicantumkan maf’ulnya. Sedangkan dalam riwayat Ibnu Majah berbunyi لايحدثكم به احد بعدي dan berdasar jalur Hisyam, kalimatnya berbunyi لايحدثكم به غيري yang berati tidak ada yang menyampaikan hadits ini sealin aku. Menurut riwayat Abu Awanah, Anas itu mengatakan لايحدثكم احد سمعه من رسول الله صلى الله عليه وسلم بعدي artinya: Tidak seorang pun yang mengabarkan hadits ini orang yang langsung mendengar dari Rasulullah setelah aku. Diketahui bahwa setelah Anas memang benar-benar tidak ada shahabat Rasul SAW yang menyampai-kan hadits ini di daerahnya, al-Bashrah. Pada saat itu shahabat Rasulullah yang tinggal di Bashrah tinggal Anas Bin Malik. Dengan demikian perkataan لايحدثكم به بعدي ini dapat berfungsi khusus kepada orang Bashrah khususnya, karena beliaulah shahabat yang terakhir menyampaikan hadits. Dapat pula berfungsi umum, karena hadits ini disampaikan oleh Anas di kala usianya hampir berakhir. Perkataan سمعت merupakan penjelas dari perkataan serbelumnya, yang menunjukkan bahwa beliau itu langsung mendengar dari Rasulul SAW.
3. مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ
Perkataan مِنْpada hadits ini berfungsi تَبْعِيض yang berarti “sebagian” atau “di antara”. Sedangkan أَشْرَاطِ السَّاعَةِ mengandung arti syarat terjadinya saat kehancuran, yang difahami oleh ulama sebagai tanda bakal terjadinya kiamat, atau tanda-tanda akhir zaman. Dengan demikian tanda akhir zaman bukan hanya yang diungkapkan pada hadits ini belaka, masih banyak yang lainnya. Adapun yang diungkapkan dalam hadits ini hanya sebagaiannya.
4. أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ
Mansur Ali Nashif,[2] mengomentari hadits ini dengan menyatakan bahwa di antara tanda akhir zaman adalah hilangnya ilmu disebabkan kaum ulama banyak yang wafat, dan tidak ada yang menggantikannya hingga kebodohan semakin merajalela yang berakibat manusia banyak yang sesat. Abdurrahman Al-Banna,[3] berpendapat isyarat hadits adalah merajalelanya kebodohan di kalangan umat, sehingga yang punya ilmu tidak nampak keilmuannya. Boleh jadi orang yang tidak berilmu malah meraih kekuasaan, karena dipilih masyarakat. Sabda Rasul: ان يقِل العلم dalam riwayat Muslim berbunyi: ان يرفع العلم sebagaimana riwayat Sa’id bin Abi Syaibah dan Hammam sebagaimana dikutip dalam kitabul-Hudud, kitabul-Asyribah dan kitabun-Nikah riwayat Bukhari. Perkataan ان يقل yang berarti menjadi sedikit, ada kemungkinan menunjukkan di permulaan akhir zaman, yang kemudian lama kelamaan menjadi hilang ilmu itu sebagaimana ditandaskan ان يرفع. Namun sebenarnya perkataan ان يقل العلم juga bisa saja mem-punyai makna hilang ilmu.
Tanda yang pertama kehadiran akhir zaman ialah diangkatnya ilmu dan semakin nampaknya kebodohan, sebagaimana dalam sabdanya: أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ atau dalam redaksi lain berbunyi: يرفع العلم يظهر الجهل Perkatan يرفع العلم ilmu diangkat bisa berarti hakiki bisa juga berarti majazi. Makna secara hakiki ialah Allah SWT mencabut ilmu dari dunia ini, hingga yang ada hanyalah orang bodoh.
عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا *
“Sesungguhnya Allah SWT tidak mencabut ilmu langsung dari manusia yang berilmu (menjadi bodoh). Namun Ia mencabut ilmu dari dunia dengan meninggalnya ulama. Andaikata ulama sudah tidak tersisa, maka kaum juhala (orang bodoh) diangkat masyarakat jadi pemimpinnya. Jika masyarakat minta fatwa, maka juhala itu memberikan jawaban tanpa ilmu, yang akhirnya mereka tersesat dan menyesatkan”. H.R. Mutafaq Alaih.[4]
Menurut hadits ini, pada suatu saat Allah SWT mencabut ilmu dengan mewafatkan kaum ulama. Ulama merupakan lambang kemajuan ilmu. Tanpa ulama ilmu akan pudar. Jika ulama telah tiada maka orang bodohlah yang menjadi pemimpin yang memfatwakan dengan kebodohan. Akhirnya, manusia banyak yang sesat. Yang benar disingkirkan dan salah dipelihara. Yang benar dianggap salah, yang salah dianggap benar. Mungkin saja, pada waktu itu banyak orang pintar, orang cerdas di bidang pengatahun, seni dan teknologi, tapi bodoh di bidang aqidah dan keimanan. Mungkin pula ada orang yang memiliki pengetahuan tentang al-Qur’an dan sunnah, tapi tidak memiliki keberanian untuk menerangkannya, karena merasa takut kehilangan pengaruh atau jabatan. Orang yang demikian tidak tergolong ulama, walau pun berilmu. Ulama adalah orang yang berilmu dan pandai mengamalkannya serta tidak merasa takut oleh siapa pun selain oleh Allah SWT. Firman-Nya:
إِنَّمَا يَخْشَى الله مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا إِنَّ الله عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Qs.35:28
Berdasar ayat ini, yang takut kepada Allah itu adalah ulama. Oleh karena itu ulama hanya takut oleh Allah dan tidak takut oleh yang lainnya. Jika ada orang yang takut oleh selain Allah, maka tidak termasuk golongan ulama, walau pun berilmu. Tidak semua orang berilmu itu masuk kategori ulama, tapi setiap ulama pasti berilmu. Orang yang berilmu dan hanya takut oleh Allah, itulah ulama. Tampaknya bisa dibedakan antara ilmuwan dengan ulama. Siapa pun yang berilmu bisa disebut ilmuwan, tapi belum tentu masuk ke kategori ulama yang diridlai Allah SWT.
Dengan demikian diangkatnya ilmu dan munculnya kebodohan sebagai tanda akhir zaman itu, mungkin saja dalam kenyataannya masih banyak ilmuwan. Namun ilmuwan itu tidak bertindak sebagai ulama, sehingga yang nampak dipermukaan adalah kebodohan. Tampaknya jika hal ini terjadi, ulama dianggap sudah wafat, walau ilmuwan banyak yang hidup. Kalau sudah demikian, maka kebenaran semakin tersembunyi kebathilan semakin nampak. Orang yang berbuat salah bisa bebas dari hukuman, orang yang benar bisa dihukum, karena hakim yang berkuasa tidak menjalankan dan tidak menegakkan kebenaran.
اَلْقُضَاةُ ثَلاَثَةٌ: إِثْنَانِ فِي النَّارِ وَوَاحِدٌ فِي الجَنَّةِ رَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ فَهُوَ فِى الجَنَّةِ وَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَلَمْ يَقْضِ بِهِ وَجَارَ فِى الْحُكْمِ فَهُوَ فِيْ النَّارِ وَرَجُلٌ لَمْ يَعْرِفِ الْحَقَّ فَقَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ
Hakim itu terbagi kepada tiga golongan, dua golongan masuk neraka dan hanya satu yang masuk surga; seseorang mengetahui kebenaran kemudian menegakkan kebenaran tersebut, maka dia masuk surga. Seseorang tahu akan kebenaran tapi tidak mau menghukum dengan kebenaran itu bahkan dia berbuat jahat dalam meng-hukum, maka ia masuk neraka. Seorang lagi tidak mengetahui kebenaran, kemudian menghukum manusia atas dasar kebodohan, maka ia juga masuk neraka. Hr. Empat ahli hadits[5] dan dianggap shahih oleh al-Hakim.[6]
Hadits ini menandaskan bahwa dari tiga hakim hanya satu yang akan masuk surga yaitu yang tahu betul tentang kebenaran dan menghukum dengan kebenaran tersebut. Sementara yang lainnya menjadi ahli neraka, karena tidak menjalankan hukumnya berdasar kebenaran. Sungguh sedikit jumlah orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya itu. Orang yang tidak menegakkan kebenaran, walau dia berilmu adalah termasuk bodoh. Dengan demikian يظهر الجهل atau munculnya kebodohan yang menjadi tanda akhir zaman itu bisa jadi kebodohan orang pinter. Maksudnya banyak orang pinter, tapi bodoh dalam beramal.
Saat ini diakui bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi itu semakin berkembang, tapi ternyata masih banyak kema’siatan dan kemunkaran yang merajalela. Ahli hukum, sarjana hukum, juga semakin bertambah jumlahnya, tapi banyak orang yang melanggar hukum, tidak mendapat hukuman.
5. وَيَظْهَرَ الزِّنَا
Tanda akhir zaman berikutnya ialah apabila perzinahan telah nampak dan merajalela, sebagaimana diungkapkan dalam hadits ويظهر الزنا . Merajalelanya perzinahan disebabkan berbagai faktor. Faktor yang paling dominan, tentu saja karena kurangnya kesadaran masyarakat atas bahaya perzinahan, baik dari kesehatan maupun dari segi keimanan. Orang yang beriman dan tetap dalam keimanannya tidak akan berzina. Indikasi keterlibatan remaja-remaja dalam perilaku se*s bebas semakin terlihat. Setidaknya remaja yang sedang dimabuk kasmaran, minimalnya mereka melakukan tindakan yang mengarah pada proses awal sebelum terjadi penetrasi yang tidak layak mereka lakukan. Jangankan di usia remaja, anak yang baru menginjak Sekolah Dasar saja sudah mengerti apa itu berpacaran, bahkan banyak dari anak SD tersebut yang sudah belajar untuk memadu kasih, ya biarpun dalam istilahnya cinta monyet, tapi nantinya juga akan menjurus pada yang tidak diharapkan, sungguh tragis. Adegan berciuman merupakan bumbu dari berpacaran, kata mereka “berpacaran tanpa berciuman / cipokan akan terasa hambar dan tidak mempunyai makna tersendiri”. Berawal dari adegan berciuman, pada umumnya para remaja tidak bisa mengontrol diri karena mereka pada merasakan rangsangan yang sangat kuat dari berciuman, saling raba-meraba dan akhirnya terjadi penetrasi. Siapa yang rugi? Pasti kerugian akan diderita oleh sang wanita. Sungguh mengkhawatirkan pergaulan remaja di Indonesia saat ini. Indikasi keterlibatan mereka dalam perilaku seks bebas semakin terlihat. Minimal, mereka melakukan tindakan yang mengarah pada proses awal sebelum terjadi penetrasi yang sangat tidak diharapkan.
Dikutip oleh Tempo dari Maria Ulfah Anshor, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mulainya berbagai adegan yang mengarah pada urusan seksual ini tidak lepas dari aktivitas pacaran dini. Banyak remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala usia mereka 12 tahun. Usia ini adalah usia rata-rata remaja saat ini dalam melakukan pacaran. Menurut survey kesehatan reproduksi yang dilakukan BKKBN, usia tersebut jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan 10 tahun lalu. Anak kelas enam SD saat ini, sudah tidak segan lagi memadu kasih.
Gawatnya lagi, perilaku tidak senonoh dilakukan para remaja yang berpacaran ini kala mereka bertemu. Sekitar 92 persen remaja yang berpacaran, saling berpegangan tangan. Ada 82 persen yang saling berciuman. Dan, 63 persen remaja yang berpacaran, tidak malu untuk saling meraba (petting) bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya tabu untuk dilakukan. Ada perbedaan gaya pacaran remaja sekarang dengan dulu. Remaja saat ini lebih permisif untuk melakukan apa pun demi “cinta”. Semua aktivitas itu yang akhirnya memengaruhi niat untuk melakukan seks lebih jauh. Menurut Maria, seks bebas ini membuat angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja meningkat tajam. Ada peningkatan 700 persen dari jumlah antara tahun 2004 hingga 2010, dari awalnya 154 kasus menjadi 1.119 kasus. Diperkirakan, penyebab utama remaja mengenal pornografi adalah dari teve, internet, dan kebebasan berlebihan yang diberikan pada anak di lingkungan keluarga.[7] Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini memang sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan beberapa data, di antaranya dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks. Hasil survei lain juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen di antaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat dari perilaku seks bebas. Bahkan penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara tahun 2000-2002, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali. Data ini didukung beberapa hasil penelitian bahwa terdapat 98% mahasiswi Yogyakarta yang melakukan seks pra nikah mengaku pernah melakukan aborsi. Secara kumulatif, aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh wanita yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para remaja. Artinya, ada 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang diperkirakan melakukan aborsi setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkankan, tiap hari 100 remaja melakukan aborsi dan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun.Selain itu survei yang dilakukan BKKBN pada akhir 2008 menyatakan, 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia melakukan seks pranikah. Dan, para pelaku seks dini itu menyakini, berhubungan seksual satu kali tidak menyebabkan kehamilan.Sumber lain juga menyebutkan tidak kurang dari 900 ribu remaja yang pernah aborsi akibat seks bebas (Jawa Pos, 28-5-2001). Dan di Jawa Timur, remaja yang melakukan aborsi tercatat 60% dari total kasus (Jawa Pos, 9-4-2005).[8] Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Barat mencatat 57% remaja Kota Bandung telah melakukan hubungan seksual di luar nikah.[9] Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat mendapatkan temuan, 28 persen pekerja seks anak/remaja di Bandung Raya adalah pelajar aktif atau masih bersekolah. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua P2TP2A Provinsi Jawa Barat Yeni Huriyani, yang ditemui pada acara Seminar Nasional & Call Paper Psikologi Unisba 2013 di Aula Unisba, Jalan Taman Sari, Rabu (4/9/2013) kemarin.Yeni mengatakan, para remaja yang terjerumus perilaku negatif ini masih bersekolah seperti pelajar pada umumnya. Menurut Yeni, pihak sekolah, bahkan orangtua mereka, mungkin tidak tahu aktivitas anak mereka di luar. Ironisnya, perilaku mereka dipicu antara lain oleh gaya hidup.”Ada pergeseran dalam lingkungan. Gaya hidup jadi berubah. Hanya karena ingin bisa nongkrong di kafe elite, jajan di kafe elite, mereka seperti itu (jadi pekerja seks). Bahkan, ada yang ingin handphone bagus, lalu janjian di luar sekolah,” katanya.[10]
6. وَتُشْرَب الخَمْرُ merajalalelanya yang klecanduan khamr
khamr atau minuman keras, narkotik, dan sebangsanya serta perzinahan merajalela. Saat ini telah nampak sehingga kedua perbuatan jahat ini mendapat legitimasi dan legalitas. Imam Nawawi,[11] berpendapat bahwa yang dimaksud khamr diminum sebagai tanda akhir zaman ialah merajalelanya para peminum sehingga berani secara terang-terangan. Tanda yang kedua tibanya akhir zaman ialah apabila khamr telah menjadi minuman masyarakat, sebagaimana ditegaskan dalam sabdanya. يشرب الخمر Dalam riwayat Bukhari dan Muslim diterangkan bahwa Umar Bin Khathab pernah berkhuthbah dan menagaskan:والخَمْر مَاخَامَرَ العَقْل Khamr ialah segala sesuatu yang mengakibatkankan tertutupnya fungsi aqal fikiran.[12] Dengan demikian istilah khamr itu mencakup segala minuman, obat-obatan baik yang dimakan atau disunti-kan, atau dalam bentuk apapun yang bila digunakan mengakibatkan tidak berfungsinya akal, alias me-mabukkan. Istilah yang digunakan sekarang adalah NAZA (Narkotik, Alkohol dan Zat Adiktif lainnya). Istilah khamr merupakan kata jadian dari sifat bukan dari nama benda. Oleh karena itu al-Qur’an maupun hadits tidak menyebutkan nama benda atau zatnya, melainkan sifatnya. Dinamakan khamr, yang dalam bahasa aslinya berarti menutup, karena zat tersebut dapat menutupi fungsi akal atau mempengaruhi-nya sehingga mengurangi kemampuan berfikir.[13] Dengan demikian, ecstasy, heroin, narkotik, minuman keras, bius, dan zat adikitif lainnya termasuk khamr. Abd Allah bin Baz dan Ulama Saudi lainnya di abad XX berpendapat bahwa rokok termasuk khamr.
Diterangkannya, dari banyaknya kasus narkoba itu. Pecandu narkoba jenis sabu-sabu masih mendominasi, disusul dengan ekstasi. “Untuk 2012 ini ada peningkatan pemakai narkoba di Surabaya. Terbukti pengungkapan kasusnya meningkat hingga 50 % dan rata-rata mereka memakai untuk bersenang-senang di tempat hiburan malam,” tambah Iskandar. Sementara itu dari banyaknya tersangka, Iskandar mengatakan banyak pengguna yang masih berusia belia. Yakni usia antara 15 – 19 tahun sebanyak 2 orang. Usia 20 – 24 tahun ada 11 orang dan usia 25 – 64 sebanyak 39 orang.[14]
7. وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ
Semakin sedikitnya kaum pria, karena banyak terjadi peperangan, dan kaum wanita semakin banyak jumlahnya hingga satu pria berbanding lima puluh wanita. Sabda Rasul SAW: وتكثر النساء ada kemungkinan disebabkan terjadinya banyak kekacauan yang menimbulkan peperangan hingga kaum pria banyak yang terbunuh, karena mereka ahli perang beda lagi dengan wanita. Namun pendapat ini perlu dipertimbangkan keabsahannya. Hadits Abi Musa dalam bab Zakat diterangkan bahwa jumlah kaum wanita itu akan lebih banyak. Tidak diterangkan apa sebabnya, melainkan hanya kepastian di akhir zaman. Mungkin saja pada satu saat Allah SWT menakdirkan seperti itu, sehingga yang lahir ke dunia ini lebih banyak wanita dibanding pria. Banyak kaum wanita juga ada kaitannya dengan semakin merajalelanya kebodoan dan menurunnya ilmu pengetahuan. Sedangkan yang dimaksud dengan sabda Rasul لخمسين bisa bermakna hakiki jumlahnya secara kuantitas demikian, bisa juga bermakna majazi. Dalam hadits Abi Musa diterangkan bahwa nanti akan kau lihat seorang pria diikuti oleh empat puluh wanita. Sabda Rasul SAW : القيم berarti orang yang betanggung jawab urusan wanita. Kita ketahui bahwa kaum pria itu merupakan pemimpin bagi kaum wanita. Tanda akhir zaman berikutnya adalah apabila jumlah wanita semakin banyak dan kaum pria semakin sedikit, sebagimana diungkap dalam hadits:
وَتَكْثُرَالنِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّىيَكُونَ لِلخَمْسِيْنَ امْرَأَةً القَيِّمُ الوَحِدُ
(Semakin banyak kaum wanita dan semakin sedikit kaum pria, sehingga bagi lima puluh wanita hanya satu yang menaji pemimpin).
Apakah yang dimaksud dengan banyaknya wanita sebagaimana diungkap dalam hadits itu bermakna hakiki ataukah majazi, tentu diperlukan analisis khusus. Namun baik secara hakiki, maupun majazi, saat ini telah terjadi. Menurut perhitungan statistik, telah jelas. Allah SWT mungkin berkehandak demikian, kaum ibu sekarang ini lebih banyak melahirkan bayi wanita dibanding pria. Apalagi di negeri yang berkecamuk peperangan; akan semakin mencolok perbedaan jumlah pria dengan wanita itu. Namun bila yang dimaksud hadits tersebut adalah jumlah wanita lebih banyak di banding pria secara kuantitas, nampaknya saat ini belum terjadi. Dari data sensus penduduk dunia, jumlah laki-laki adalah sebesar 3.532.503.174 orang atau sebesar 50.3%, sedangkan jumlah penduduk dunia wanita sebesar 3.485.040.790 atau sebesar 49.7% dari total penduduk 7.017.543.964. Tahun 2013 statistik.[15]
Data statisktik di atas mengisyaratkan bahwa ditinju dari perbandingan penduduk, dunia maupun se Indonesia, belum menunjukkan akhir zaman. Namun kepastian bakal sedikitnya jumlah pria di banding wanita di akhir zaman telah diakui secara ilmiyah. VIVAnews – Proses evolusi kromosom Y, kromosom penentu jenis kelamin laki-laki, dianggap tidak stabil. Peneliti genetika Universitas LaTrobe Australia, Profesor Jenny Graves mengungkapkan, dalam waktu lima juta tahun ke depan, dampak evolusi kromosom itu bisa jadi mengakibatkan punahnya jenis kelamin pria. Jenny mendasarkan pada perhitungan penyusutan kromosom Y. Sekitar 166 juta tahun yang lalu, kromosom Y mempunyai 1.669 gen. Namun, hari ini jumlahnya menyusut menjadi 45 gen saja. Artinya, per satu juta tahun, gen kromosom Y hilang 9,8 gen. “Dengan perhitungan tersebut, kromosom Y akan punah dalam 4,6 juta tahun yang akan datang, dan pria bisa punah,” jelas Profesor Jenny dalam presentasi seminar “Genom Aneh pada Hewan, Jenis Kelamin dan Masa Depan Pria” di Kedubes Australia, Kuningan, Jakarta, Rabu 21 Agustus 2013. Dia menyebutkan, penyebab merosotnya gen yakni mutasi, pembatalan, dan penyisipan sel secara terus menerus dalam testis. Menurutnya tempat testis berkembang menjadi lingkungan yang kurang baik bagi kromosom Y. Dalam evolusi itu, gen potensial laki-laki yang dibawa oleh kromosom Y, banyak yang disalin ke kromosom X. Akibatnya, jenis kelamin laki-laki bisa menyusut di masa depan.
Ia juga berspekulasi, bila nantinya manusia tidak punah, maka gen dan kromosom penentu jenis kelamin baru akan berevolusi. “Ini proses yang alamiah. Mungkin nantinya akan mengarah pada evolusi spesies hominid baru,” katanya.[16]
Ada kemungkinan pula, makna وَتَكْثُرَالنِّسَاءُ banyak wanita itu secara majazi yang menunjukkan kualitasnya, bila eksistensi kaum wanita lebih nampak di banding kaum pria. لِلخَمْسِيْنَ امْرَأَةً القَيِّمُ الوَحِدُ juga bisa berarti dari lima puluh manusia hanya satu yang memiliki kejantanan? Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui ta’wilnya. Namun yang jelas, saat ini banyak sekali kaum pria yang tidak jantan. Banyak pula pria yang berpenampilan wanita. Banyak sekali pemimpin yang hanya berusaha untuk disenangi atasannya. Banyak sekali orang yang tidak berani mengemukakan pendiriannya di hadapan atasan. Orang yang demikian, tampaknya lebih tepat dinamakan laki-laki tidak jantan, walau jenis kelaminnya pria. Dengan kata lain di akhir jaman, banyak manusia yang kelaminnya jantan, tapi sikapnya betina. Kalau ketidakjantanan semacam ini dimiliki oleh kaum cendikiawan, lebih berbahaya lagi, sebab mereka akan memberi fatwa yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi, walau bertentangan dengan akidahnya.
C. Beberapa Ibrah
1. Tanda-tanda akhir zaman cukup banyak yang diungkapkan dalam berbagai hadits, tapi empat tanda akhir zaman yang diungkapkan dalam hadits ini merupakan sebagiannya. Ungkapan Rasul SAW tersebut tentu saja merupakan kepastian yang tidak perlu diragukan. Dengan mengetahui tanda akhir zaman tersebut bukan hanya sebagai pengetahuan, tapi sebagai peringatan. Setiap muslim mesti mewaspadai sutau yang bakal terjadi, jangan sampai tertimpa dampak negatifnya.
2. Memperhatikan data yang ada berdasar hasil penelitian ilmiyah, jelaslah bahwa tanda akhir zaman itu sudah nampak seperti (1) munculnya kebodohan di permukaan, sedangkan kecerdasan semakin meredam. (2) merajalelanya perzinahan, ternyata bukan hanya di kalangan dewasa, tapi juga di kalangan remaja bahkan anak-anak; (3) merajalelanya mabuk-mabukan, baik khamr berupa minuman keras maupunj narkoba, bahkan sampai ke penjara dan aparat keamanan yang terkena; (4) semakin sedikitnya kepemimpinan pria, atau eksistensinya di permukaan baik dunia social, politik mapun perekonomian.
3. Jumlah manusia yang berjenis kelamin pria, saat ini memang masih lebih banyak di banding kaum wanita. Artinya bila ditinjau dari jumlah atau kuantitas, belum menunjukkan akhir zaman. Namun semakin lama semakin menipis, karena pengaruh kromosom. Walau secara jenis kelamin pria masih banyak jumlahnya, tapi eksistensinya semakin menurun. Sama halnya jumlah ilmuwan semakin bertambah, tapi yang berkuasa di permukaan banyak yang bukan ahlinya. Tanda akhir zaman tidak bisa dihindari bakal terjadi, yang perlu diwaspadai adalah dampak negatifnya. Oleh karena itu setiap umat Islam mesti berusaha saling mengingatkan sesamanya, jangan sampai menjadi korban akhir zaman.
[1] Shahih al-Bukhari, V h.2120
[2] (At-Taj, III h.23)
[3] (Al-Fathurrabani,I:182),
[4] Shahih al-Bukhari, I h.50, Shahih Muslim, IV h.2058
[5] Sunan Abi Dawud, I h.52, Sunan al-Turmudzi, III h.613, Sunan al-Nasa`iy, III h.461, Sunan Ibn Majah, II h.776
[6] al-Hakim, al-Mustadrak ala al-Shahihain, IV h.101
[7] http://tutorial-yoshiwafa.blogspot.com/2013/01/80-persen-lebih-remaja-indonesia-pernah.html
[8] http://sule-gratis.blogspot.com/2013/01/seks-bebas-di-kalangan-remaja-pelajar.html
[9] http://www.inilahkoran.com/read/detail/2026930/duh-57-remaja-di-bandung-sudah-berhubungan-seks
[10]ttp://regional.kompas.com/read/2013/09/05/0945388/28.Persen.Pekerja.Seks.Remaja.di.Bandung.adalah.Pelajar.Aktif
[11] (Syarah Muslim,IV:2056)
[12] Shahih al-Bukhari, IV h.1688, Shahih Muslim, IV h.2322
[13] (Sayid Sabiq, Fiqhus-Sunnah,II:319).
[14] http://www.centroone.com/news/2012/02/2v/polisi-narkoba-merajalela-di-dunia-remaja/
[15] http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=penduduk_ratio&info1=4
[16] http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/438180-peneliti-australia–pria-punah-5-juta-tahun-lagi