TAFSIR AL-NISA:01 seri 01 – DASAR MEMBANGUN KELUARGA
DASAR-DASAR MEMBANGUN KELUARGA
(kajian tafsir al-Nisa:01) bagian pertama
A.Teks Ayat dan tarjamahnya
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Qs.4:1
B. Tinjauan Historis
Surat al-Nisa termasuk Madaniyah karena turun setelah Rasul SAW hijrah ke Madinah. A`isyah r.a menerangkan:وَمَا نُزِلَتْ سُوْرَةُ البَقَرَة وَالنِّسَاء إلاَّ وَأنَا عِنْدَه Tidak diturunkan surat al-Baqarah dan surat al-Nisa kecuali aku berada disisi rasul SAW. Hr. Abd al-Rzaq al-Shan’ani (126-211H), al-Bukhari (194-256H), al-Nsa`iy (215-303H),[1]
Rasul SAW menikahi Aisyah pada bulan syawal dua tahun sebelum hijrah dan membangun rumah tangga denganya, sejak bulan syawal tahun pertama hijri. Perhatikan hadits berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَنَزَلْنَا فِي بَنِي الْحَارِثِ بْنِ خَزْرَجٍ فَوُعِكْتُ فَتَمَرَّقَ شَعَرِي فَوَفَى جُمَيْمَةً فَأَتَتْنِي أُمِّي أُمُّ رُومَانَ وَإِنِّي لَفِي أُرْجُوحَةٍ وَمَعِي صَوَاحِبُ لِي فَصَرَخَتْ بِي فَأَتَيْتُهَا لَا أَدْرِي مَا تُرِيدُ بِي فَأَخَذَتْ بِيَدِي حَتَّى أَوْقَفَتْنِي عَلَى بَابِ الدَّارِ وَإِنِّي لَأُنْهِجُ حَتَّى سَكَنَ بَعْضُ نَفَسِي ثُمَّ أَخَذَتْ شَيْئًا مِنْ مَاءٍ فَمَسَحَتْ بِهِ وَجْهِي وَرَأْسِي ثُمَّ أَدْخَلَتْنِي الدَّارَ فَإِذَا نِسْوَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فِي الْبَيْتِ فَقُلْنَ عَلَى الْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ وَعَلَى خَيْرِ طَائِرٍ فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِنَّ فَأَصْلَحْنَ مِنْ شَأْنِي فَلَمْ يَرُعْنِي إِلَّا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضُحًى فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ
Aisyah menerangkan, Rasul SAW menikahiku ketika aku berusia enam tahun. Kemudian kami berhijrah ke Madinah dan bertempat tinggal di kawasan Bani Harits bin al-Khazraj. Pada suatu saat aku merasa demam, lalu rambutku diurai hingga pundak. Ummu Ruman, Ibuku, datang ketika aku sedang bermain ayunan bersama teman-teman. Ibuku memanggilku, dan kudatangi yang saat itu tidak tahu meksud panggilan tersebut. Lalu beliau memegang tanganku dan membawaku ke dekat pintu rumah, lalu berhenti. Kemudian beliau mengambil air dan membersihkan wajah serta kepalaku, kemudian memasukaknku ke dalam rumah. Ternyata di dalam rumah sudah terdapat banyak wanita anshar (juru rias), yang mengatakan: segala kebaikan, keberkahan dan keberuntungan atasmu. Lalu ibuku menreahkanku kepada mereka dirias. Tidak ada lagi yang paling mengejutkanku saat itu selain Rasul SAW telah menjemputku. Kemudian mereka menyerahkan diriku pada Rasul, saat itu aku berusia sembilan tahun. Hr. Al-Bukhari.[2] Dalam riwayat lain diterangkan:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَزَوَّجَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ بِنْتُ سِتٍّ وَبَنَى بِهَا وَهِيَ بِنْتُ تِسْعٍ وَمَاتَ عَنْهَا وَهِيَ بِنْتُ ثَمَانَ عَشْرَةَ
Dari ‘A`isyah diriwayatkan bahwa dia dinikah Rasul SAW ketika berusia enam tahun, berumah tangga ketika berusia sembilan tahun, dan ditinggal wafat ketika berusia delapan belas tahun. Hr. Muslim [3]
Dengan demikian jika A`isyah menegaskan bahwa surat al-Nisa diturunkan tatkala beliau setelah berada di sisi Rasul saw, maka dapat dipastikan ayat tersebut termasuk Madaniyah. Namun ada ulama yang berpendapat bahwa ayat ini termasuk Makiyah, karena awalnya berbunyi يا أيها الناس ya ayyuhan-Nasu. Sedangkan ayat madaniyah suka menggunakan يا ايها الذين ءامنوا ya ayyuhal-ladzina amanu. Imam Al-Qurthubi (w.671H), menolak pendapat tersebut, karena awal kalimat tidak bisa dijadikan dalil, sebagai makiyah atau madaniyahnya suatu surat dalam al-Qur`an. Bukankah, kata beliau, surat al-Baqarah juga termasuk madaniyah, tapi terdapat dalam beberapa ayat seruan يا أيها الناس ya ayyuhan-Nasu.[4] Surat al-Nisa:1, sering dibaca Rasulullah SAW dalam khuthbah nikah.[5] Dengan demikian, secara historis, ayat tersebut dapat dikategorikan sebagai ayat pernikahan.
C. Tafsir kalimat
1. يَاأَيُّهَا النَّاس ُ Wahai manusia.
Perkataan الناس merupakan bentuk jama dari انسانyang berarti manusia. Ketika ayat ini turun, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Jalalain, yang dimaksud manusia ialah orang-orang yang berada di jazirah Arab yang belum beriman. Namun maksud manusia yang dipanggil kalimat ini berlaku umum, kepada seluruh manusia di mana pun dan jaman apa pun mereka hidup, baik yang beriman atau pun yang belum beriman.
2. اتَّقُوا bertaqwalah kalian.
Perkataan اتَّقوْا merupakan bentuk perintah bagi banyak manusia, berasal dari إتَّقى – يَتَّقِي – إتِّقَاءُ yang merupakan kata jadian dari وقي – يَقي – وِقَاية yang berarti tahan, kuat, terpelihara, terhindar dari ancaman, terbentengi dari gangguan. Orang yang memiliki sifat demikian disebut مُتَّقٍ yang jamaknya مُتَّقُون atau متَّقِيْن sedangkan sifatnya disebut تَقْوَى . Oleh karena itu perkataan taqwa secara bahasa mengandung arti pandai menjaga atau memelihara diri. Taqwa kepada Allah berarti pandai menjaga dan memelihara hubungan baik dengan Allah, serta mampu menjauhi hal-hal yang mengganggu hubungan tersebut. Taqwa terhadap neraka berarti pandai menjaga diri dari hal-hal yang menjerumuskan ke neraka. Pengertian taqwa juga dapat dirumuskan:ألإِتِّقَاء وَالْحِفْظُ عِنْ عِقَابِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. Pandai menjaga diri dari hal-hal yang menjerumuskan pada akibat buruk di dunia maupun di akhirat. Menurut al-Manawi (w.1031H),[6] pengertian taqwa, antara lain sebagai berikut:التَّقْوَى تجنب القَبِيْح خَوْفًا مِنَ الله وَأصْلُهَا الوِقَايَة Taqwa ialah menjauhi segala keburukan, karena takut pada Allah SWT. Asal kata taqwa adalah al-Wiqayah, pandai menjaga diri.التَّقْوَى :التَّحَرُّز بِطَاعَةِ الله عَن عُقُوْبَتِه وَهُوَ صِيَانَةُ النَّفْسِ عَمَّا تَسْتَحِقُّ Takwa ialah pandai menjaga diri dari ancaman siksa Allah dengan taat pada –Nya. Tegasnya menjaga diri dari segala sesuatu yang menimbulkan siksaan. Boleh juga diterjemahkan: kokohnya pendirian dalam menyelamatkan diri dari bencana duniawi dan bencana ukhrawi; kuat dan tahan dari godaan yang mendorong pada kerugian apapun. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan memperoleh jalan keluar dalam mengatasi persoalan apapun. Allah SWT berfirman:وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا Barangsiapa taqwa kepada Allah, maka pasti baginya ada jalan keluar. Qs.65:2. Taqwa yang tercantum pada pangkal ayat ini, oleh Zuhaili diartikan:إِمْتِثَالُ الأَوَامِر وَاجْتِنَابُ الْمَنْهِيَّات Menaati segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya.[7] Selanjutnya Zuhaili menafsirkan bahwa taat pada Allah adalah menjalin hubungan baik dengan-Nya dengan menjalankan segala ibadah, mentauhidkan-Nya dengan menjauhi unsur syirik, serta memenuhi tanggung jawab sebagai seorang hamba Allah SWT. Menurut al-Raghim al-Asfahani (w.503H),[8] perkataan taqwa mempunyai beberapa arti antara lain:
(1) وقى : الوِقَايَة حِفْظُ الشَّيْء مِمَّا يُؤَذِيْهِ وَيَضُرُّهُ Al-wiqayah bermakna pandai menjaga diri dari sesuatu yang membahayakan dan menimbulkan madlarat. Pengertian semacam ini seperti pada ayat-ayat berikut:
فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا |
Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Qs.76:11 |
وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ |
Allah memelihara mereka dari azab neraka. Qs.44:56 |
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ |
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Qs.66:6 |
(2) التقوى = حِفْظُ النَّفْسِ عَمَّا يُؤْثِم وَذلِكَ بِتَرْكِ المَحْظُور وَيُتِمُّ ذلِكَ بِتَرْكِ بَعْضِ المُبَاحَات Taqwa dalam arti mengendalikan diri dari segala dosa dengan cara meninggalkan yang dilarang bahkan sebagian yang mubah bila kurang manfaat. Pengertian ini bisa ditemukan pada ayat-ayat berikut:
فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ |
maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Qs.7:35 |
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ |
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Qs.16:128 |
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ |
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). Qs.2:281 |
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا |
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Qs.4:1 |
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا |
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Qs.31:33 |
3. رَبَّكُمُ Tuhan kalian. Perkataan ini terdiri dari dua kata رَب ّ dan كُمْ. Kata رَبّ berarti yang mengurus, yang memelihara, yang mengayom, yang mendidik, yang ditaati, yang mengatur, yang dipertuhankan. Dengan demikian Asma Allah sebagai Rabb melambangkan kasih sayang, pencurahan rahmat dan karunia-Nya yang dianugrahkan kepada makhluq.
4.الَّذِي خَلَقَكُمْ yang menciptakan. Ulama bahasa membedakan antara perkataan خَلَقَ dengan جَعَلَ walau terkadang diartikan sama dalam bahasa Indonesia, yaitu membuat atau menjadikan. خَلَقَ sebenarnya menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada. Oleh karena itu manusia, walaupun dapat menciptakan sesuatu, tidak bisa disebut خَالِق karena hanya mampu menyusun atau merangkai dan merekayasa yang asalnya ada. Hanya Allah yang dapat menciptakan sesuatu dan yang tidak ada menjadi ada. Oleh karena itu tidak ada khaliq selain Allah SWT. Selain Allah adalah مَخْلُوْق makhluq. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah yang menciptakan manusia. Dialah Khaliq manusia yang harus dianggap sebagai rabb, sebagai yang dipja, yang dipuji, yang disanjung, dijadikan tempat berlindung, bernaung dan bergantung.
Kajian ayat ini belum selesai bersambung ke seri 02.
[1] Mushannaf Ab al-Razaq, III h.352, Shahih al-Bukhari, IV h.1910, al-Sunan al-Kubra, V h.5,
[2] Shahih al-Bukhari, III h.1414
[3] Shahih Muslim, II h.1039,
[4] al-Qurthubi, al-jami li Ahkam al-Qur`an, V h.5
[5] al-Hakim al-Naysaburi (231-405H), al-Mustadrak ala al-Shahihaini, II h.199
[6] al-Munawi, al-Ta’arif, j I h.199
[7] Al-Zuhayli, al-Tafsir al-Munir, IV h.222
[8] Mufradat Alfazh al-Qur`an, h.568