IBRAH AL-FATIHAH:04
E. Beberapa Ibrah
Kalimat Mâliki Yaumiddin senantiasa diucapkan oleh setiap muslim, minimal tujuh belas kali sehari semalam, yaitu tatkala menunaikan ibadah shalat, karena merupakan salah satu ayat dari surat al-Fatihah. Ayat ini menanamkan jiwa tauhid kepada pembacanya, terutama tauhid mulkiyah. Tauhid, menurut bahasa berarti mengesakan, menunggalkan, atau mengganggap tunggal. Mulkiyah berasal dari kata Mulk, yang berarti kerajaan, kekuasaan, atau kedaulatan. Tauhid Mulkiyah berarti menganggap adanya kekuasaan, kedaulatan, atau kerajaan tunggal, yaitu Allâh SWT, bukan selain-Nya. Oleh karena itu orang mu’min yakin betul tidak ada penguasa tunggal selain AllâhSWT. Dia SWT yang mencabut kekuasaan atau memberikannya kepada manusia yang Ia kehendaki. Firman-Nya:
Ù‚Ùل٠اللَّهÙمَّ مَالÙÙƒÙŽ الْمÙلْك٠تÙؤْتÙÙŠ الْمÙلْكَ مَنْ تَشَاء٠وَتَنْزÙع٠الْمÙلْكَ Ù…Ùمَّنْ تَشَاء٠وَتÙعÙزّ٠مَنْ تَشَاء٠وَتÙØ°Ùلّ٠مَنْ تَشَاء٠بÙيَدÙÙƒÙŽ الْخَيْر٠إÙنَّكَ عَلَى ÙƒÙلّ٠شَيْء٠قَدÙيرٌ
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Qs.3:26
Tauhid mulkiyah berdasar ayat ini, mengandung beberapa prinsip antara lain (1) berkeyakinan bahwa kekuasaan mutlak hanya ditangan Allâh SWT., (2) kekuasan makhluq hanya sementara, (3) kekuasaan dan kewenangan manusia merupakan pemberian Allâh SWT, (4) kemuliaan adalah milik Allâh SWT, (5) kebajikan hanyalah yang dianggap baik oleh Allâh SWT, (6) Allâh SWT menguasai segala-galanya.
Karena kekuasaan mutlak, diyakini orang mu’min hanya ditangan Allâh SWT maka perasaan takut atau pun khawatir, hanya pada-Nya. Dengan demikian orang yang bertauhid mulkiyah akan memiliki keberanian menghadapi apa pun. Namun ia tidak akan berani menentang Allâh SWT. Setiap muslim mengucapkan Mâliki Yaumiddin, Dialah Allâh SWT yang memiliki kekuasaan mutlak, sepanjang masa, tidak berawal tidak berakhir.
Ayat ini memberikan bimbingan keimanan kepada umat, terutama dua bentuk keimanan, yaitu: (1) keyakinan hanya satu penguasa tunggal yaitu Allâh SWT, (2) keimanan adanya hari kiamat sebagai hari pembalasan. Keimanan pertama, hanya ada penguasa tunggal yaitu Allâh SWT., mengandung arti pembatalan pada kekuasaan selain-Nya. Seorang muslim hanya mengakui kekuasaan selain Allâh itu sebagai kekuasaan sementara. Jika dia berkuasa, tidak memaksakan mengekalkan kekuasaannya, karena tidak ada yang kekal selain Allâh. Orang muslim yang berkuasa, tidak akan bertindak sewenang-wenang, sebab yang boleh sewenang-wenang hanya Allâh. Allâh yang berkuasa penuh, manusia kekuasaannya akan berakhir. Allâh yang bekuasa abadi, kekuasaan manusia hanya sementara. Dengan demikian, manusia muslim, jika jadi rakyat tidak akan tunduk pada kekuasaan yang bertindak sewenang-wenang. Jika ia berkuasa, tidak akan berbuat seenaknya kepada rakyat. Keimanan kedua yang tersirat pada kalimah Mâliki yaumiddin ialah terhadap adanya hari pembalasan, yaitu hari akhir. Hari akhir, dipercayai atau pun tidak, tetap akan terjadi. Manusia yang percaya atau tidak pada adanya hari akhir, akan tetap mengalaminya. Betapa rugi orang yang tidak percaya pada hari akhir, kemudian mengalaminya, karena bakal mengalami kekagetan yang luar biasa. Ia akan menderita oleh penyesalan yang amat sangat sebagimana dilukiskan dalam Al-Qur’an:
ÙˆÙŽÙ†ÙÙÙخَ ÙÙÙŠ الصّÙور٠ÙÙŽØ¥Ùذَا Ù‡Ùمْ Ù…ÙÙ†ÙŽ الْأَجْدَاث٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ رَبّÙÙ‡Ùمْ يَنْسÙÙ„Ùونَ(*)قَالÙوا يَاوَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا Ù…Ùنْ مَرْقَدÙنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّØْمَن٠وَصَدَقَ الْمÙرْسَلÙونَ
Dan ditiuplah sangsakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasûl-Rasûl-Nya. (Qs.36:51-52).
Ayat ini menggambarkan betapa menyesalnya orang yang tidak percaya adanya hari kiamat. Mereka di akhirat baru menyadari bahwa hari kiamat itu ada. Sedangkan sebelumnya tidak pernah sadar. Jika telah terjadi, maka penyesalan tiada arti. Orang mu’min diingatkan terus akan terjadinya hari pembalasan, agar mereka tidak lengah atau melupakannya. Dengan adanya pembaharuan keimanan pada hari pembalasan ini, diharapkan hidupnya berusaha membekali diri. Orang yang yakin adanya hari kiamat, tidak akan hidup seenaknya, karena merasa akan dimintai tanggung jawab. Orang yang iman pada hari akhir, tidak akan putus asa, tatkala menderita, karena ada harapan di hari pembalasan. Diperlakukan tidak adil pun, orang mu’min tidak akan depresi, sebab dalam hatinya ada harapan pembalasan di hari kemudian. Orang yang yakin adanya yaumiddin, jika ia kaya akan menyisihkan hartanya demi masa depan yang kekal di akhirat. Sedangkan jika ia miskin, tidak akan terlalu menderita, karena masih ada harapan kekayaan ruhaniyah, yang di akhirat kelak bakal diraih sebagai pembalasan jerih payah di dunia. Kekuasaan dan kerajaan di hari kiamat hanya dipegang Allâh SWT. Ia akan menegakkan keadilan seadil-adilnya. Pengadilan akhirat, tidak akan bisa direkayasa. Orang yang bersalah tidak akan mendapat pembelaan. Pada saat itu, saksi tidak akan bisa berbohong. Terdakwa tidak akan bisa mengelak.
الْيَوْمَ نَخْتÙم٠عَلَى Ø£ÙŽÙْوَاهÙÙ‡Ùمْ وَتÙكَلّÙÙ…Ùنَا أَيْدÙيهÙمْ وَتَشْهَد٠أَرْجÙÙ„ÙÙ‡Ùمْ بÙمَا كَانÙوا يَكْسÙبÙونَ
Pada hari ini, kami tutup mulut mereka dan berbicara kepada kami tangan mereka, kaki mereka menjadi saksi atas apa yang mereka perbuat. Qs.36:65
Ayat ini mengandung arti bahwa jika hari kiamat telah terjadi, lisan manusia terkunci, tidak akan bisa bicara untuk membela diri. Tangan yang bicara, alias amal perbuatannya, kaki menjadi saksi, memperlihatkan kamera rekaman perbuatan manusia. Jika telah terjadi demikian, maka tidak berlaku syafa’at atau tebusan:
وَاتَّقÙوا يَوْمًا لَا تَجْزÙÙŠ Ù†ÙŽÙْسٌ عَنْ Ù†ÙŽÙْس٠شَيْئًا وَلَا ÙŠÙقْبَل٠مÙنْهَا عَدْلٌ وَلَا تَنْÙَعÙهَا Ø´ÙŽÙَاعَةٌ وَلَا Ù‡Ùمْ ÙŠÙنْصَرÙونَ
“Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan orang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfa`at sesuatu syafa`at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolongâ€. Qs.2:123
Ayat ini dengan tegas menandaskan bahwa setiap individu manusia, nasibnya di akhirat ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan atas bantuan orang lain. Hanya Allâh SWT yang memiliki hak veto apakah manusia itu akan dijerumuskan pada neraka, ataukah diselamatkan ke surga. Oleh karena itu kalimah Mâliki yaumiddin yang selalu diucapkan itu harus benar-benar dihayati, dan dimanifestasikan maknanya pada kehidupan sehari-hari, tidak ada yang berkuasa mutlak, masa lalu, saat ini, ataupun di akhirat kelak, selain Allâh SWT. Amin.