ali-Imran: 121-122 (PELAJARAN DARI PERANG UHUD)
PELAJARAN DARI PERANG UHUD
(kajian tafsir ali Imran: 121-122)
A. Teks Ayat dan Tarjamahnya
وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ * إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mu’min pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, ketika dua golongan daripadamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah karena Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal..Qs.3:121-122
B. Kaitan dengan Ayat Sebelumnya
1. Ayat sebelumnya mengungkap sifat munafiq yang suka bahagia di kala kaum mu`min mengalami kesulitan. Ayat berikutnya mengungkap salah satu bukti kendala yang dialami muslimin di kala perang Uhud, skibat terpengaruh munafiq. Kaitan kedua ayat tersebut utamanya memberikan bimbingan pada mu`min agar selalu waspada terhadap munafiq.
2. Ayat 120 yang lalu memberikan bimbingan agar mu`min tetap shabar dan waspada terhadap ulah munafiq. Ayat berikutnya mengungkap tentang bagaimana dampak negative dari kurang shabar. Karena ada sebagian kecil mujahid yang kurang shabr, dampaknya sangat luas.
C. Tinjauan Historis
1. Ibn Abi Hatim meriwayatkan:
المِسْوَر بن مَخْرِمة قال قُلْت لِعَبْد الرَّحْمن بن عَوْف أخِْبرْني عَنْ قِصَّتِكُم يَوْمَ أُحُد قَالَ اقْرَأ العِشْرِيْن وَمِائَة مِنْ آلِ عِمْرَان تَجِدها al-Miswar bin Makhrimah mengatakan: Saya bertanaya kepada Abdurrahaman bin Auf: Tolong ceritakan kepada kami bagaimana kisah perang Uhud! Beliau berkata: Bacalah surat al-Imran ayat 120 dan seterusnya, niscaya anda akan menemukannya.[1]
2. Musyirikin Quraisy yang tidak terbunuh pada perang badar, sangat dendam ingin membals kekalahannya. Mereka mengimpun kekuatan yang sangat besar, baik dana maupun jumlah tentara hingga mencapai tiga ribu prsonil, bahkan menggunakan kaum wanita sebagai tameng. Rencana serangan tersebut tersebar hingga diketahui rasul SAW. Rasul mengadakan musyawarah, apakah bertahan di tempat ataukah ke luar supaya tidak terjadi perang di dalam kota. Abdullah bin Ubay dan pengikutnya menyarankan tetap bertahan hingga mendapat serangan. Sedangkan kaum muda, terutama yang tidak sempat ikut perang badar, menyarankan agar menghadang musuh. Mereka bermohon: أَخْرِجْ بِنَا يَا رسول الله إلَيْهِم نُقَاتِلْهُمْ بِأُحُد وَنَرْجُو أن نُصِيْبَ مَنَ الفَضِيَلة مَا أصَابَ أهْلُ بَدْر (Keluarkan kami ya Rasul, agar kami bisa memerangi mereka di medan uhud, mudah-mudahan bisa meraih keutamaan seperti bala tentara badar).[2] Mereka terus mendesak rasul hingga masuk kamar dan mengenakan baju perang. Setelah kaum muda merasa bersalah, menarik lagi desakannya, tapi rasul bersikap tegas akan terkadnya untuk melawan kaum musyrikin di luar kota Madinah. Belau bersabda: إنَّهُ لَيْسَ لِنَبِيٍّ إذَا لَبِسَ لأُمَّتَهُ أَنْ يَضَعَهَا حَتَّى يُقَاِتَل Seungguhnya pantang bagi Nabi bila telah memakai pakaian perang untuk menanggalkannya hingga perang. Hr. Ahmad, [3]
Pada hari sabtu pagi tanggal 7-Syawal- tiga puluh bulan setelah hijrah, Rasul SAW menuju ke Uhud dan mengatur posisi pasukan kaum muslimin. Di perjalanan menuju Uhud, Abdullah bin Ubay dan beberapa orang pengikutnya ada yang kembali ke rumah masing-masing. Sedangkan yang setia pada Rasul diatur posisinya ada yang di jabal Rumat sebanyak 50 orang dipimpin Abdullah bin Zubair, pasukan pedang dipimpin Abu Dujanah, sedangklan yang lainnya di atur di berbagai posisi hingga berjumlah 700 orang. Rasul berpesan pada pasukan panah:
احْمُوا ظُهُورَنَا فَإنْ رَأيْتُمُونَا نُقْتَل فَلا تَنْصُرُونَا وإنْ رَأيْتُمُوْنَا قَدْ غَنِمْنَا فَلا تُشْرِكُونَا Tetaplah kalian di posisi masing-masing. Jagalah pasukan kita dari belakang. Jika kalian melihat ada yang terbunuh jangan ikut menolong. Jika kalian melihat kami meraih kemenangan dan dapat rampasan perang jangan ikut-ikutan merebut. Hr. al-Hakim.[4] Pesan inilah yang dilanggar oleh sebagian anggota pasukan pemanah, hingga menimbulkan kerugian kaum muslimin. Pasukan Khalid bin Walid dari musyrikin bisa menerjang dari belakang hingga Hamzah wafat, Rasul terluka.
D. Tafsir Tiap Ayat
1. وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mu’min pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,
غدوت: خَرَجْتَ فِي الغَدَاة وهِيَ مَا بَيْنَ طُلُوعِ الفجْر و طُلُوع الشَّمْسِ Keluar waktu pagi, yaitu antara terbit fajar hingga terbit matahari. Rasul pergi ke Uhud pada hari sabtu mengatur pasukan 12-Syawal 3 H.[5]
تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ: تُنَزِّل المُجَاهِدِيْن الأمَاكن الَّتِي رَأَيْتَهَا صَالِحَةً لِلنُّزُوْل فِيْهَا مِنْ سَاحَة المعْرِكَة
Engkau tempatkan para mujahid di berbagai lokasi yang cocok dijadikan markas pertahanan perang.
مَقَاعِدَ: أَمَاكِن و أنْظمة لِلْقِتَالِ
Markas pertahanan dalam pertempuran
Ingatlah hai Muhammad ketika engkau keluar dari rumah menuju Uhud pada hari sabtu pagi bulan syawal. Engkau menempatkan orang mu’min di markas pertahanan tertentu untuk persiapan perang. Ada yang engkau tempatkan di sbelah kiri, sebelah kanan dan di atas bukit kecil sebagai pasukan panah. Allah SWT mengetahui atas apa yang diperbuat dan mendengar apa yang engkau pesankan. Allah juga tahu apa yang engkau musyawarahkan; ada yang berpandangan secara ikhlash, peserta musyawarah itu, ada pula yang bersikap munafiq, atau yang lain.[6]
Rasul SAW mempersiapkan diri untuk menghadang kaum musyrikin di Uhud, atas desakan para pemuda yang penuh semangat. Sementara yang tua menghendaki tetap berada di rumah, menunggu panen kurma di musim panas usai. Rasul menggunakan strategi dengan mengatur pasukan menjadi beberapa posisi, pasukan panah ditempatkan di bukit kecil sementara bendera dipegang Mush’ab. Posisi lainnya dibagi dua, ada yang dipimpin Zubair bin Awwam ada yang dipimpin al-Mundzi Bin Amr. Sedangkan musyriki dipimpin Khalid bin Walid.[7] Kaum musyrikin ingin membalas dendam kekalahan perang badar, menghimpun kekuatan mencapai 3000 tentara dan mengerahkan wanita dan harta. Sebenarnya pasukan kaum muslimin yang dipersiapkan perang Uhud itu berjumlah 1000 orang, namun tiga ratus tiga belas orang mundur karena pengaruh Abdullah bin Ubay.
2. إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ ketika dua golongan daripadamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah karena Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal
هَمَّتْ : هَم : حَدِيْث النَّفْس وَاتِّجَهِهَا إلى الشَّيء
Mengarahkan hati pada sesuatu yang diinginkan.[8]
Kata Ibn Jarir إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَاdua kelompok ini adalah kaum anshar, bani haritsah dan Bani Salimah. Mereka mundur karena pengaruh munafiq, dan lemah imannya merasa takut oleh serangan kaum musyrikin.[9]
تَفْشَلَا: تضْعُفَا وتَعُدَا إِلَى دِيَارِهِمَا تَارِكِيْن الرَّسُول وَمنْ معَه يَخُوضُوْنَ المعْركَة وَحْدهُم Lemah hingga mundur dan pulang ke rumah meninggalkan Rasul dan mu’minin di medan perang.[10]
وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا Sebenarnya mereka tidak perlu takut, karena Allah menjadi penolong, melainkan: وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Ketika menghadapi perang Uhud, ada shabat yang mengusulkan agar minto bantuan pasukan dari yahudi, yang telah mengadakan perjanjian akan saling bantu dengan muslim. Namun Rasul SAW menandaskan: لا ننتصر أهل الشرك على أهل الشرك tidak sepatutnya kami minta tolong pada orang musyrik dalam mengalahkan kaum musyrik. Di antara pasukan muslim ada dua pemuda belia yang berusia 15 tahun yaitu Rafi’ bin Khudaij dan Samurah bin Jundab, yang baru dizinkan perang, karena peristiwa badr belum diizinkan. Rasul pada saat itu menawarkan sebilah pendang untuk yang siap duel dengan musuh. Abu Dujanah mengambilnya dan mengelalilingi pasukan dengan menampilkan kegagahannya. Melihat demikian Rasul bersabdaإِنَّهَا يَبْغَضها الله إلا في مثل هذا الموطن cara berjalan yang seperti inilah yang dimurkai Allah, kalau bukan dalam situasi dan medan seprti ni.[11] Pada tahap awal peperangan berkecamuk, Hamzah bin Abdul-Muthalib, Abu Dujanah, dan Mush’ab bin Umair dapat memporakporandakan tentara musyrik. Namun Mush’ab akhirnya gugur di depan Rasul, maka bendera diambil alih oleh Ali bin Abi Thalib. Di bawah panji beliau kaum muslimin dapat mengusir kaum musyrikin dari posisinya, meninggalkan harta dan wanita yang telah isumpah untuk melindunginya. Dari situasi inilah dia antara anggota pasukan panah terkecoh turun ikut menyerang dan mengambil ghanimah. Abdullah bin Zubair berteriak mengingatkan mereka agar displin atas\perintah rasu dan melarang mereka turun. Namun hanya beliau dan beberapa orang anggota saja. Melihat keadaan demikian maka Khalid bin Walid dari musuh dengan pasukannya baling menyerang dari belakang hingga menggugurkan tentara panah. Tentara muslim akhirnya jadi kacau balau, korban berguguran hingga tujuh puluh orang termasuk Hamzah. Rasul juga terkena lemparan hinga wajahnya mengeluarkan darah, yang dibersihkan Ali. Karena darah Rasul tidak berhenti, fathimah membakar ranting, dan abunya dijadikan pengerih darah Rasul SAW. Saat itu pula tersebar isu bahwa Rasul wafat. Abu Sufyan panglima musyrik menanyakan siapa yang membunuh Rasul,: Umar bin Qumaiah mengaku telah membunuh Rasul. Hindun binti Utbah mengoyak jantung hamzah. Abu Sufyan dengan bangga berteriak bahwa perang uhud iyu merupakan balasan perang Badar. Tentara mereka tewas berjumlah 25 orang.
Kaum musyrikin meninggalkan Uhud dengan pesta di malam ahad. Hari ahad besoknya Rasul mengumukan agar mengejar musuh, tapi sudah pada melarikan diri. Secara fisik kaum muslimin kalah saat itu, tapi secara non fisik menang, karena musyrik lari.
E. Beberapa Ibrah:
1. Ulah munafiq selalu mendatangkan kerugian bagi mu’min.
2. Pendapat mayoritas dalam musyawarah tidak selamanya tepat untuk dilaksanakan
3. Musyawarah harus tetap dilaksanakan, tapi disiplin mesti diutamakan dalam segala hal
4. Dalam musyawarah menghadapi perang Uhud, nampaknya Rasul cenderung bertahan, tapi suara mayoritas menyarankan agar menghadang di luar kota. Walau mereka menyesal, tapi mungkin mencabutnya.
5. Melanggar perintah Rasul mengakibatkan kerugian besar.
6. Sombong untuk gos perang, dibenarkan
7. Shabar dalam peperangan merupakan syarat utama menghindari kekacauan
8. Rasul tidak berkenan meminta bantuan orang yahudi dalam menghadapi musuh
9. Kaum muslimin jangan mudah terpikat oleh tipu daya harta
10. Perselisihan pendapat menghadapi munafiq menimbulkan kelemahan dalam berjuang
11. Rasul tidak menggunakan mu’jizat yang ghair ma’qul dalam perang maupun pengobatan dari luka.
[1] ( Ibn Hajar, Fath al-Bari, VII h.347)
[2] (Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, XII h.422
[3] Musnad Ahmad III h.351
[4] al-Mustadrak, II h.324
[5] Al-Munir, IV h.63
[6] )Mahmud Hijazi, al-Wadlih, IV h.23)
[7] (al-Zuhaili, al-Munir, IV h.68)
[8] Al-Wadlih, IV h.23
[9] Ibn Jarir –(224-310 H) Tarikh al-Thabari, II h.64
[10] Aysar al-Tafsir, I h.369
[11] (Ibn Hisyam, w. 213 H, al-Sirah al-Nabawiyah, IV h.13).