SEKILAS TENTANG MUSHIBAT
SEKILAS TENTANG MUSHIBAT
A. Muqaddimah
بسم الله الرحمن الرحيم
Mushîbat yang cukup banyak memakan korban, semakin menyadarkan kita bersama, bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan dan kekuasaan sempurna. Ternyata ilmu yang dibanggakan, teknologi canggih yang sering disombongkan, tidak bisa menjamin keselamatan abadi. Kenyataan semacam ini seyogyanya semakin menanamkan kesadaran bahwa yang memiliki kekuasaan mutlak hanyalah Allâh SWT, yang Maha Besar, Maha Gagah, Maha Perkasa. Hanya Dia yang Akbar. Allâh Akbar, yang lain kecil. Kita yakin, Allâh yang Akbar berbuat apa pun, tidak akan ada yang mampu menghalanginya. Jika Allâh menyelamatkan dan menolong manusia, tidak satu pun yang dapat mencelakakannya, jika Allâh membiarkan manusia celaka, tak satu pun yang dapat menolongnya.
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal. (Qs.3:160).
Namun kita pun yakin, walau Allâh SWT memiliki kekuasaan mutlak, tidak pernah sewenang-wenang untuk berbuat zhalim kepada hamba-Nya. Ia berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.. Qs.29:40
Yang sering menjadi pertanyaan adalah, untuk apa Allâh SWT menurunkan mushîbat, yang terkadang tidak pilih bulu, baik pada yang taat maupun pada yang ma’shiat? Pertanyaan semacam ini akan memunculkan jawaban yang beragam, tergantung dari sudut mana, orang memandang. Berdasar Qs.3:190-101, sekurang-kurangnya mencari jawaban dengan Dzikir dan tafakkur. Dzikir dalam arti mengingat Akkah dengan mengembalikan bahwa segala atas kekuasaan Allah dan tafakkur adalah mencari jawaban dengan penelitian yang mendalam tentang apa penyebabnya, dan mecari solusi menanggulangi korban serta mencegahnya jangan ada korban yang bertambah.
B. Pengertian Mushibat
Menurut bahasa, kata mushîbat, berasal dari أَصَاب – يُصِيْبُ – yang berarti menimpa, kemudian dalam bentuk lain menjadi مُصِيْبَة mushîbat, atau mushîbah yang bentuk aslinya مُصْوِبَة yang berarti sesuatu yang menimpa. Terkadang juga berarti meraih, terjadi, terkadang berma’na tepat.[1] Perkataan ini tidak hanya digunakan untuk sesuatu yang negatif, tapi juga yang positif, tidak hanya yang menimpa bersifat menyedihkan, tapi juga sesuatu yang menyenangkan. Perhatikan firman Allâh SWT berikut:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا Apa saja mushîbat yang baik (ni`mat) yang kamu peroleh adalah dari Allâh, dan apa saja mushîbat berupa bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasûl kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allâh menjadi saksi. Qs.4:79
Berdasar ayat ini, mushîbat terdiri من حَسَنَة min hasanah, berupa ni’mat dalam bentuk kebaikan yang menyenangkan, membahagiakan, dan منْ سَيِّئَةِ min sayyi`ah, al-balâ, dalam bentuk keburukan yang menimbulkan duka yang tidak menyenangkan.[2] Mushibah hasanah yang menyenangkan hakikatnya datang dari Allâh SWT, sebab Ia selalu menyuruh berbuat baik yang mendatangkan ketenangan dan kesenangan. Mushibah sayyi`ah, muncul akibat diri manusia, sebab Allâh SWT selalu mencegah perbuatan jahat yang mengakibatkan kesedihan.[3] Orang mu’min, baik meraih kebahagiaan, maupun tertima kesusahan, tetap meningkatkan kebaikan. Rasûl SAW bersabda:
عَجِبْتُ مِنْ قَضَاءِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمِدَ رَبَّهُ وَشَكَرَ وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ حَمِدَ رَبَّهُ وَصَبَرَ الْمُؤْمِنُ يُؤْجَرُ فِي كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى فِي اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِهِ
Sungguh aku kagum atas ketentuan Allâh yang diberikan kepada mu`min. Jika mendapatkan kbeikan, ia memuji Allâh dan bersykur. Jika tertimpa mushîbat yang tidak menyenangkan, ia tetap memuji Allâh dan shabar. Oleh karena itu, orang mu`min selalu mendapatkan pahala dalam segala hal, bahkan satu suap yang diberikan pada isterinya. Hr. Ahmad (164H-241H).[4] Menurut al-Haytsami (w.807H), hadits ini diriwayatkan melalui berbagai jalur, yang semua rawinya dapat dipercaya dan shahih.[5]
C. Munculnya Mushibat
1. Mushîbat Sebagai Sunnah Allah dalam fenomena alam
Sunnat Allah, adalah hukum atau ketentuan Allah SWT yang tersirat dan tersurat dalam kejadian alam semesta. Hukum semcam ini disebut pula ayat kawniyah yaitu ayat Allah yang terdapat di alam semesta. Allâh SWT berfirman:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ Dan pada sisi Allâh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Qs.6:59)
Berdasar ayat ini, alam semesta selalu berubah, termasuk bumi dan langit tidak kekal dan abadi. Bumi terkadang goncang oleh gempa, bintang bisa jatuh, meteor bisa tabrakan, gunung bisa meletus, laut bisa pasang atau pun surut. Semua itu fenomena alam yang telah ditetapkan sebagai hukum yang tidak bisa dicegah, karena telah ditulis dalam kitâb Mubîn, catatan yang nyata dinamakan al-Lauh al-Mahfûzh, berisi segala rencana Allâh SWT dan dapat perekam segala kejadian apa pun baik yang kecil maupun yang besar.[6] Apakah fenomena alam tersebut berdampak negatif atau tidak kepada manusia, sangat terkait dengan keadaan manusia itu sendiri.
2. Mushîbat akibat ulah manusia.
Allâh SWT berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs.30:41)
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍDan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahanmu). Qs.42:30
Contoh mushîbat yang dikibatkan oleh perbuatan manusia cukup banyak antara lain tabrakan, kebakaran, bom, penyakit akibat makanan, kebanjiran, dan kekacauan.
3. Mushîbat akibat kehandak Pencipta alam.
Allâh SWT berfirman:
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ () أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ () أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ () Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allâh (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allâh kecuali orang-orang yang merugi. Qs.7:97-99
Mushîbat semacam ini akan menjadi siksaan bagi orang yang tidak beriman, bahkan mereka akan menderita kerugian. Sedangkan bagi yang beriman dan bertaqwa, tetap akan mendapat berkah dari langi dan bumi. Firman Allâh SWT:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Qs.7:96
Dengan demikian orang yang beriman dan bertaqwa, akan tetap ,mendapatkan berkah, baik dari langit maupun bumi, walau mushîbat terjadi.
D. Fungsi Mushiîbat
1. Mushîbat sebagai ujian keimanan
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ () الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ () Maha Suci Allâh Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Qs.67:1-2[7]
Rasûl SAW bersabda:لَمْ يَبْقَ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا بَلَاءٌ وَفِتْنَةٌ Tidak ada yang tetap dari dunia, selain cobaan dan pitnah. Hr. Ibn Majah.[8]
2. Mushîbat sebagai penghapus dosa mu`min
Rasûl bersabda:
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ Cobaan akan tetap menimpa mu’min baik pada dirinya, anak dan hartanya sehingga menghadap Allâh SWT smabil terhapus keslahannya. Hr. al-Turmudzi, [9]
3. Mushîbat sebagai adzab atas Kafir
Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آَيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ () فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ () ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ ()
Sesungguhnya bagi kaum Saba‘ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. Qs.34:17
Banyak sekali contoh mushîbat yang bertfungsi sebagai adzab bagi kafirin antara lain kaum Ad, kaum Tsamud, kaum Fir’aun, Ashhab al-Aykah, dan kaum Sodom.
E. Sikap terhadap Mushîbat
1. Kembali pada Ilahi
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ () الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Qs.2:155-156
2. Tidak menyesal berkepanjangan
Rasûl SAW bersabda
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada mu’min yang lemah. Bersemangatlah dalam kebaikan dan yang memberi manfaat bagimu. Mint tolonglah pada Allâh jangan bosan. Jika menemui kegagalan, jangan kamu katakan”kenapa dulu tidak melakukan begini begitu. Katakanlah jika Allâh mengendaki apa pun bisa terjadi. Sesungguhnya kata-kata “andaikan” memberi peluang bgi perbuatan setan. Hr. Muslim [1]
3. jangan terlalu girang tatkala bahagia, jangan putus asa di kala duka. Allâh SWT berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ () لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ()
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allâh. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allâh tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Qs.57:23)
F. Penutup
Setelah menelaah beberapa ayat dan hadits di atas, maka semakin yakin bahwa Allâh SWT bertindak dan berbuat apa pun, baik menimpakan mushîbat, atau memberi ni’mat, menggambarkan rahmân dan rahîmnya, serta mengandung hikmah bagi umat manusia. Oleh karena itu jika mushîbat yang menimbulkan bencana bagi umat manusia, seyogyanya segera mengevaluasi diri, apakah berfungsi ujian, peringatan, teguran ataukah adzab. Tak sepatutnya seorang muslim menyesali mushibat terus menerus, karena tidak ada satu mushîbat pun yang menimpa mu`min, kecuali mendatangkan ni’mat di akhirat kelak. Oleh karena itu pandailah mengambil manfaat dari mushibat. Rasul SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada mu’min yang lemah. Bersemangatlah dalam kebaikan dan yang memberi manfaat bagimu. Mint tolonglah pada Allâh jangan bosan. Jika menemui kegagalan, jangan kamu katakan”kenapa dulu tidak melakukan begini begitu. Katakanlah jika Allâh mengendaki apa pun bisa terjadi. Sesungguhnya kata-kata “andaikan” memberi peluang bagi perbuatan setan. Hr. Muslim [2]
[1] Ibn Manzhur (630H-711H), Lisan al-‘Arab, I h.535-536
[2] Abd ibn Ahmad al-Nasafi, tafsir al-Nasafi, I h.238
[3] Abu Bakr al-Jaza`iri, Aysar al-Tafasir, I h.513
[4] Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad, I h.173
[5] Ali Ibn Abi Bakr al-Haytsami, Majma al-Zawa`id, VII h.209
[6] Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, I h.395
[7] Ayat senada bisa dilihat Qs.33:11.
[8] Sunan Ibn Majah, II h.1339
[9] Sunan al-Turmudzi, IV h.602
[10] Shahih Muslim, IV h.2052
[11] Shahih Muslim, IV h.2052