07. Duapuluh langkah optimalisasi amalan ramadlan berdasar isyarat al-baqarah:183-188
Bagian ketujuh:
Duapuluh langkah optimalisasi amalan ramadlan berdasar isyarat al-baqarah:183-188
Ayat-ayat shaum yang ditafsirkan di atas tentang amalan ramadlan, dapat pula ditelaah makna tersiratnya mengenai langkah-langkah agar shaum meraih derajat taqwa, antara lain sebagai berikut:
Â
- Menjadikan iman sebagai dasar يَااَيÙهَاالَّذÙيْنَ اَمَنÙوْا
Dalam ayat ini, yang diseru untuk shaum hanyalah orang mukmin. Orang yang tidak beriman, tidak diseru oleh ayat ini. Dengan demikian dasar ibadah shaum adalah iman.
Â
- Ibadah menunggu perintah
ÙƒÙتÙبَ عَلَيْكÙم٠الصّÙيَامÙ
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa shaum itu difardlukan atas orang mukmin. Secara tersirat menunjukkan bahwa orang mukmin dalam melaksanakan shaumnya berdasar perintah. Bukan berdasar nafsu atau perasaan. Asal hukum dalam ibadah adalah larangan, sepanjang tidak ada perintah. Orang mukmin tidak akan melasakanan suatu upacara ritual yang tidak bersumber pada perintah Allah SWT.
- Mengkaji sejarah para Nabi
كَمَاكÙتÙبَ عَلىَ الَّذÙيْنَ Ù…Ùنْ قَبْلÙÙƒÙمْ
Pada ayat ini ditegaskan bahwa Allah SWT telah memerintah shaum kepada umat terdahulu. Ibadah shaum tidak hanya diperintahkan kepada umat Nabi Muhammad. Dengan demikian secara tersirat ayat ini mendorong orang mukmin agar mengkaji sejarah masa lalu, khususnya para Nabi. Secara tersirat dalam ayat ini, juga mengandung prinsip beribadah. Ibadah itu harus mengikuti contoh. Upacara ibadah tidak bisa dibuat-buat, melainkan harus ada contohnya. Bagi umat Nabi Muhammad, contoh ibadah adalah Rasulullah SAW.
- Menjadikan shaum sebagai pembina diri
لَعَـلَّـــكÙمْ تَـتَّــقÙــــــــــوْنَ
Ayat 2:183 ini dikunci dengan kalimat “agar kalian bertaqwa”. Ayat ini merupakan penegasan bahwa ibadah shaum itu harus membekas pada pembinaan taqwa. Dengan demikian, shaum tidak hanya bernilai ritual, tapi juga harus membekas pada perubahan sikap, dari yang jelek menjadi baik. dari yang baik menjadi bertambah baik. Nilai shaum seseorang bisa dievaluasi dari aspek ketaqwaannya. Jika shaumnya dilaksanakan secara baik, maka pasti akan meningkat ketaqwaannya. Jika ternyata ketaqwaannya tidak meningkat, maka dapat disimpulkan bahwa shaumnya masih belum sempurna.
- Memilih Shaum daripada rukhshah.
Pada ayat 184 diterangkan bahwa orang yang sakit dan diperjalanan diberi keringanan (rukhshah) untuk berbuka. Namun dikunci dengan penutup ayat bahwa shaum itu lebih baik. وَاَنْ تَصÙوْمÙوْاخَيْرٌلَّكÙمْ اÙنْ ÙƒÙنْـتÙمْ تَعْلَمÙوْنَ
Ini mengandung arti langkah pertama adalah melaksanakan ibadah shaum.
- Meningkatkan amal kebaikan.
مَنْ تَطَـوَّعَ خَيْرًاÙَهـÙوَخَيْرٌلَــهÙ
Ayat di atas menandaskan bahwa jika seseorang memperbanyak kebaikan, dia akan memperoleh kebaikan yang lebih baik lagi. Rasulullah saw pun mengajarkan demikian. Rasul adalah orang yang paling dermawan. Namun di bulan Ramadlan lebih dermawan lagi dari biasanya. Ibnu Abbas menerangkan:
كَانَ رَسÙول٠الله٠صلىالله عليه وسـلم اَجْوَدَالنَّاس٠وَاجْوَدَمَايَكÙوْن٠ÙÙÙŠ رَمَضَانَ
Adalah Rasulullah saw itu orang yang paling dermawan. Di kala bulan Ramadlan, beliau lebih dermawan lagi. (Hr. Bukhari I: 326)
- Memperbanyak tadarrus Al-Quran.
Allah berfirman sebagai penjelas bulan diwajibkannya ibadah shaum:
……….شَـهْـر٠رَمَضــانَ الَّذÙÙ‰ Ø£ÙنْـزÙÙ„ÙŽ ÙÙــيْه٠الْقÙــرْاَنÙ
Bulan Ramadlan adalah bulan saatnya diturunkan Al-Quran …….. (Qs. 2: 185)
Dengan diingatkannya kembali bahwa Al-Quran itu diturunkan di bulan Ramadlan, mengandung seruan agar setiap kaum muslimin banyak tadarrus Al-Quran.
Kata tadarus berasal dari kata darosa yang dibubuhi ta di awal dan alif antara fa fi’il (dal) dan ‘ain fi’il (ra), menurut sebagian ahli sharaf mengandung arti sering atau terus menerus. Perkataan darosa berarti belajar. Jadi kalau sudah dibubuhi tambahan ta dan alif yang menunjukan sering, maka artinya mempelajari dengan terus menerus. Oleh karena itu, arti Tadarus Al-Quran adalah mempelajari Al-Quran dengan terus menerus dan mendalam, meneliti terjemahnya, menghayati isinya dan memperdalam tafsirannya. Itulah yang dianjurkan Rasulullah saw.
Dalam pengertian lain perkataan darosa yang dijadikan kata tadarrus itu mempunyai arti saling interaksi antara dua orang atau lebih. Jadi, tadarrus Al-Quran mempunyai arti mempelajari Al-Quran dengan jalan mendiskusikan artinya dan memusyawarahkan bagaimana cara mengamalkannya. Memang setiap kata yang dibubuhi tambahan ta di awal dan alif setelah fa fi’il mempunyai arti saling atau musyarakah.
- Menjadikan Al-Quran sebagai Hidayah
Allah SWT berfirman bahwa al-Quran itu sebagai:
Ù‡Ùـــدًى لّÙلنَّــــاسÙ
Hidayah dan petunjuk bagi manusia (Qs. 2: 185)
Setiap manusia akan memperoleh petunjuk dalam hidupnya dengan memperoleh pengalaman. Baik karena merasakan, karena ia punya hidayah khawas. Baik itu karena insting, karena ia punya hidayah ilham. Baik itu bisa memilih dengan pikirannya, karena punya hidayah akal. Atau pun dengan pengalaman-pengalaman yang lain, yang bisa dijadikan guru paling utama, karena ia berinteraksi dengan lingkungannya.
- Menjadikan Al-Quran sebagai Bayyinaat.
Allah SWT menerangkan fungsi Al-Quran sebagai:
وَبَيّÙنـَـات٠مÙــنَ الْهÙــدَى
Dan Pemberi penjelasan dari petunjuk (Qs. 2: 185)
Setiap manusia, karena berinteraksi dengan lingkungan akan memperoleh penjelasan dalam gambaran hidupnya. Bagi orang yang beriman yang ingin shaumnya menuju taqwa akan menjadikan Al-Qur’an sebagai penjelas utama dalam kehidupannya.
- Membedakan Hak dan Bathil.
Selanjutnya Allah SWT menyempurnakan fungsi Al-Quran sebagai:
وَالْÙÙـــــــرْقـَانÙ
Dan pembeda antara hak dan bathil (Qs. 2: 185)
Dengan akal pikirannya manusia akan bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang bathil, mana yang benar dan mana yang salah. Namun akal kadang-kadang dipengaruhi oleh sehat ataukah tidak. Oleh karena itu kebenarannya tidak mutlaq.
- Menyempurnakan hitungan.
Setelah Allah menerangkan fungsi Al-Qur’an yang harus dijadikan gambaran oleh setiap yang shaum menuju taqwa dalam kehidupannya, maka melengkapi perintah:
ÙˆÙŽÙ„ÙتÙـكْـمÙـلÙـوا العÙـدَّةَ
               Hendaklah menyempurnakan hitungan (QS. 2:185).
Menyempurnakan hitungan di sini mempunyai arti yang luas. Di samping berarti menyempurnakan hitungan shaum (sebagai mana diterangkan pada kitab Taisirul-Aliyil-Qodir, 1978, I:142) juga mengandung arti menyempurnakan hitungan zakat, hitungan shalat dan perhitungan dalam segala kegiatan sehari-hari. Lebih jauhnya menuju taqwa, akan memperhitungkan segala amal dan perbuatan yang akan dilaksanakannya itu, apakah bermanfaat untuk ibadah kepada Allah ataukah tidak. Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasul SAW bersabda:
Ù…Ùنْ ØÙـسْـن٠اسْـلاَم٠الْمَـرْء٠تَـرْكÙـه٠مَالاَ يَـعْـنÙـيْـهÙ
  Diantara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan yang kurang bermanfaat. (HR. Turmudzi, Assan’ani, 1960, IV: 179).
Ibadah shaum merupakan manifestasi keislaman. Sedangkan sempurnanya keislaman seseorang terletak pada mampu ataukah tidak meninggalkan yang kurang bermanfaat. Sudah tentu dipandang dari segi ibadah. Oleh karena itu orang yang shaum menuju taqwa akan memperhitungkan amal perbuatannya sebelum ia lakukan apakah ada unsur ibadah ataukah tidak ?
- Mengagungkan Allah SWT.
Pada ayat 185 surat Al-Baqarah, Allah menyerukan:
ÙˆÙŽÙ„ÙتÙـكَبّÙـرÙوْا اللهَ عَلَى مَا هَـدَا ÙƒÙمْ
              Hendaklah kalian mengagungkan Allah sesuai apa yang    ditunjukan-Nya kepadamu……..(QS. 2: 185).
Manusia telah diangkat oleh Allah sebagai Khalifah (QS. 2:30 atau Qs. 6: 165). Khalifah merupakan jabatan tertinggi melebihi jabatan yang lain di alam semesta ini. Artinya tidak ada makhluq yang mempunyai derajat dan jabatan yang tinggi melebihi manusia. Jika manusia mempunyai jabatan tertinggi, maka atasannya yang mutlak hanyalah satu yaitu Allah SWT. Jika hanya Allah saja atasannya yang mutlak, maka sungguh rugi orang yang mau tunduk dan membesarkan serta mengadi kepada selain Allah. Oleh karena itu, orang yang shaum menuju taqwa akan mengagungkan Allah SWT.
- Mensyukuri nikmat yang Allah berikan.
Ayat 185 surat Al-Baqarah itu dikunci dengan kata:
لَـعَـلَـكÙمْ تَـشْـكÙـرÙوْنَ
Mudah-mudahan kalian mau bersyukur. (QS. 2: 185).
Dalam pelaksanaan ibadah shaum, terutama ketika berbuka, terkandung rasa nikmat dan bahagia yang tak ternilai harganya. Dengan demikian shaum pun membawa bahagia. Orang yang beriman, jika mendapat kebahagiaan, pasti akan bersyukur, karena ia tahu diri dan tahu terima kasih. Oleh karena itu orang yang shaum menuju taqwa tidak akan lupa bersyukur kepada Allah. Imam Al-Ghazali (IV: 81-82) menerangkan bahwa syukur harus dimanifestasikan dengan hati, lisan dan anggota badan. Syukur dengan hati adalah beranggapan dan berkeyakinan bahwa nikmat itu semata-mata pemberian Allah SWT. Syukur dengan lisan yaitu mengucapkan kalimah yang dianjurkan oleh Allah SWT, seperti tahmid / hamdalah dan sejenisnya. Sedangkan syukur dengan anggota badan adalah menggunakan kenikmatan pemberian Allah itu untuk beribadah kepada-Nya dan menjauhkan diri dari segala maksiat.
- Memperbanyak do’a kepada Allah SWT.
Pada ayat berikutnya, Allah menjanjikan:
ÙˆÙŽØ¥Ùذَا سَـاَلَكَ عÙـبَادÙÙ‰ عَـنّÙÙ‰ ÙَـإÙنّÙÙ‰ قَـرÙيْـبٌ اÙجÙـيْـب٠دَعْـوَةَ الدَّاع٠إÙذَا دَعَـانÙ
Dan bila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang dzat-Ku, jawablah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan do’a orang yang berdo’a, jika mereka berdo’a kepada-Ku….. (QS. 2: 186).
Janji Allah ini mempunyai anjuran kepada orang yang shaum, agar mereka banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Abi Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ثَـلاَثَـةٌ لاَ تÙـرَدّ٠دَعْـوَتÙـهÙـمْ اَلإÙمَـام٠الـعَـادÙل٠وَالـصَّـائÙÙ…Ù Øَـتَّى ÙŠÙÙ€ÙْطÙـرَ وَدَعْـوَة٠الْمَـظْـلÙوْمÙ
Tiga golongan, tidak akan ditolak do’anya; pemimpin yang adil, orang shaum sehingga ia berbuka dan do’a orang yang teraniaya..(HR. Ahmad, Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Majah, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, 1978: 146).
Oleh karena itu alangkah sayangnya jika kesempatan ijabah ini tidak dimanfaatkan untuk berdo’a.
- Memenuhi seruan Allah SWT.
Masih dalam satu ayat dengan anjuran do’a, Allah SWT memerintahkan untuk memenuhi seruannya, dengan firman-Nya:
ÙَلْـيَـسْـتَـجÙـيْـبÙـوْالÙÙ‰
Hendaklah memenuhi seruan-Ku………(QS. 2: 186).
Imam Jalalain (I: 26) menerangkan bahwa memenuhi seruan Allah itu adalah dengan mentaati segala perintah-Nya.
Ayat ini juga masih berkaitan dengan perintah do’a dan janji Allah bagi orang yang berdo’a. Jadi kalau do’a itu mau dikabulkan maka mesti disertai dengan taat kepada Allah SWT. Oleh karena itu, do’a dan taat tidak bisa dipisahkan. Maka orang yang menginginkan shaumnya menjadi taqwa, tentu akan selalu taat dan patuh kepada Allah SWT.
- Iman dijadikan dasar dalam segala amal.
Disamping memerintahkan do’a dan taat, pada ayat 186 ini juga Allah SWT memerintahkan:
وَلْـيÙـؤْمÙـنÙـوا بÙÙ‰ لَـعَـلَّـهÙـمْ يَـرْشÙـدÙوْنَ
Hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar memperoleh petunjuk. (QS. 2: 186).
Iman merupakan dasar segala amal perbuatan. Oleh karena itu shaum pun harus berdasarkan pada iman, bukan berlatar belakang yang lain. Apakah artinya melakukan ibadah shaum, kalau tidak berdasarkan iman.
- Memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis
Dengan dihalalkannya makan dan minum serta hubungan suam I isteri di malam hari sebagaimana tersurat pada Qs.2:187 Ø£ÙØÙلَّ Ù„ÙŽÙƒÙمْ لَيْلَةَ الصّÙيَام٠الرَّÙَث٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ Ù†ÙسَائÙÙƒÙمْ dan Ùَالْآَنَ بَاشÙرÙوهÙنَّ  (gaulilah isterimu di malam hari) serta memberi isyarat bahwa shaum yang sifatnya ibadah ritual tidak boleh mengabaikan kebutuhan psikologis dan biologis, baik diri sendiri maupun keluarga.
- 18. Menjaga keharmonisan suami isteri.
kalimat Ù‡Ùنَّ Ù„Ùبَاسٌ Ù„ÙŽÙƒÙمْ وَأَنْتÙمْ Ù„Ùبَاسٌ Ù„ÙŽÙ‡Ùنَّ (istri adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi istrimu), ditegaskan dalam rangkaian ayat shaum, memberi isyarat bahwa keharominsan suami istri mesti tetap dipeliharan. jangan sampai ibadah shaum menimbulkan krisis. selama shaum keharmonisan suami isteri mesti tetap dipelihara.
- 19. Memperbanyak I’tikaf.
Pada ayat 187 Allah SWT menjelaskan hal-hal yang dibolehkan pada malam Ramadlan dan batas waktunya. Disamping itu juga diterangkan batasan bagi orang yang i’tikaf.
وَأَنْتÙمْ عَاكÙÙÙوْنَ ÙÙيْ الْمَسَاجÙدÙ
I’tikaf adalah berada di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Â
Imam As-Syafi’i (1983, II: 115) menerangkan bahwa i’tikaf itu hukumnya sunat bagi yang tidak bernadzar, tapi wajib bagi orang yang bernadzar dengannya. Aisyah Ra. menerangkan: bahwa Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadlan, sampai beliau wafat (Muttafaq-alaih, Asson’ani, II: 174).
- Menjauhi makanan yang haram.
وَلاَ تَأْكÙÙ„Ùوْا أَمْوَالَكÙمْ بَيْنَكÙمْ بÙالْبَاطÙÙ„ وَتÙدْلÙوْا بÙهَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ الْØÙكَّام٠لÙتَأْكÙÙ„Ùوْا ÙَرÙيْقًا Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّاس٠بÙالإÙثْم٠وَأَنْتÙمْ تَعْلَمÙوْنَ
Dan janganlah kamu memakan harta di antaramu dengan cara tidak sah dan membawa perkara kepada hakim agar bisa menggunakan harta orang lain dengan cara tidak benar, padahal kamu mengetahui. Qs.2:188.
Ayat ini melarang orang mukmin untuk memakan harta orang lain dengan cara batal. Ayat ini tercantum pada kelompok ayat-ayat shaum. Walaupun ayatnya beda, tapi masih dalam satu ruku (antara ‘ain dan ‘ain) dalam surat Al-Baqarah, antara perintah shaum dengan larangan memakan harta secara tidak halal.
Ibadah shaum mengajarkan agar kaum muslimin mempunyai kemampuan untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak berguna. Perbuatan yang tidak berguna saja harus dijauhi, apalagi perbuatan yang tidak halal. Itulah shaum menuju taqwa. Oleh karena itu, jika kita menginginkan ibadah shaumnya mencapai taqwa, maka delapan belas langkah yang telah diuraikan di atas tadi, harus ditempuh. Mudah-mudahan ibadah shaum kita dapat memperoleh taqwa sesuai dengan yang dicanangkan oleh Allah SWT yang memerintahkannya. Semoga Ramadlan kita bernilai mulia. Wallahu A’lam.
-=o0o=-